Share

Bab 5 – Cahaya Baru yang Mematikan.

---Gedung Perkantoran, Phonix Grup – Seoul, Korea Selatan---

Brakk!

“Bagaimana bisa ini terjadi, hah! Apa saja kerja kalian, sampai kalian tidak tahu soal ini!” teriak Direktur Choi.

Pagi ini, direktur Choi mendapatkan kabar mengejutkan dari salah satu pegawai kepercayaannya, yang mengatakan bahwa seluruh dana segar sekaligus simpanan emas yang selama ini mereka kumpulkan beberapa tahun dan di simpan dalam rekening Bank New York telah lenyap. Menghilang tanpa bekas.

Padahal, rencananya dana tersebut akan di gunakan untuk mendanai sejumlah proyek besar yang di lakukan di belakang Grup Phonix dan bekerjasama dengan perusahaan lawan, hingga para eksekutif bisa mengambil alih saham dari Phonix Grup dan mendirikan perusahaan baru dengan berbekal informasi yang mereka dapatkan secara illegal dari Phonix. Hal ini memang menjadi kebiasaan, dimana para direktur utama dan jajaran eksekutif lainnya akan mendapat sejumlah uang, jika mereka mau melimpahkan beberapa proyek ke perusahaan lawan sejak beberapa tahun lalu. Dan menjual berbagai informasi pada mereka juga.

Mereka akan membuat seolah – olah Phonix mengalami kemunduran, membuat para pemegang saham tak lagi mempercayai Presdir James sebagai pemimpin dan meminta Rapat Pemegang Saham Luar Biasa untuk mengganti posisi Presdir, bahkan membuat Brand Perusahaan baru di atas Phonix. Meski memang, tak semua eksekutif melakukan kejahatan tersebut.

Para pegawai yang terlibat adalah orang – orang yang di bayar untuk melakukan transaksi illegal terhadap perusahaan dan menjual informasi tersebut secara tersembunyi. Mereka yang mau melakukannya, di janjikan oleh para eksekutif akan mendapat sejumlah uang yang nominalnya sangat besar tiap bulan. Dan juga mendapat fasilitas khusus yang tak bisa di dapatkan pegawai biasa lainnya.

Selian itu, di pastikan juga bahwa mereka akan naik jabatan dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Daniel awalnya tak mengerti hal tersebut hingga akhirnya dia menyadari setelah melihat tingkah aneh Hyunsik yang juga adalah sahabatnya. Hyunsik pula yang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Hyunsik bilang pada Daniel, bahwa sesungguhnya dia tidak mau melakukan kejahatan ini. Hyunsik dan pegawai lainnya sebenarnya di paksa dan di tipu saat di minta menandatangani salah satu berkas yang di sebuat surat kontrak untuk kenaikan jabatan.

Mereka baru menyadari kejahatan itu, ketika mulai mengerjakan permintaan para eksekutif untuk mengirimkan banyak data rahasia perushaan pada perusahaan lawan dengan email khusus dan kode rahasia yang khusus pula.

Dan di saat mereka ingin berhenti, mereka menerima ancaman. Seperti keluarga mereka yang terus di ikuti dan di ganggu, juga mereka sendiri yang di buat sulit untuk mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Ini seperti buah simalakama untuk Hyunsik dan pegawai lainnya yang terjebak. Karena bahkan, tak jarang para eksekutif akhirnya membunuh mereka dengan membuatnya seperti kecelakaan, tak lama setelah mereka keluar dari Perusahaan Phonix.

Karena temuan ini pula, Daniel akhirnya bertindak lebih cepat dengan segera memerintahkan David untuk membentuk tim khusus yang biasa di gunakan di Inggris guna melakukan penyelidikan mendalam. Daniel sengaja menyusupkan banyak mata – mata di setiap divisi, management, dan bahkan kantor dalam dari para eksekutif untuk bisa memata – matai pergerakan mereka. Sekaligus memancing para eksekutif untuk bisa menunjukkan langsung kontrak mematikan yang selama ini menjerat para pegawai.

Hasil penyelidikan selama kurang lebih satu bulan itu akhirnya menghasilkan perkembangan yang di inginkan oleh Daniel. Pria itu menemukan bukti – bukti kecurangan dari para eksekutif dan bukti penyuapan pula yang di lakukan oleh para eksekutif terhadap para pejabat pemerintah untuk memuluskan jalan mereka.

Namun, ketika kode rahasia itu akhirnya di ketahui oleh Daniel, dia segera memberi kabar pada George, yang merupakan tangan kanan sang ayah di Inggris guna mengurus urusan di New York, karena dia tak mungkin untuk pergi kesana sendiri. Sehingga George segera mengambil langkah menuju New York untuk membekukan rekening tersebut dan mengambil alih dana yang ada dan mengembalikannya pada perusahaan Phonix secara tersembunyi.

Bukan perkara mudah bagi George, jika tidak membawa tumpukan berkas yang membuktikan bahwa dana yang tersimpan dalam Bank New York adalah dana gelap. Dan Phonix siap untuk menuntut pihak Bank, jika mereka tak bekerjasama dengan Phonix, atau jika mereka menyulitkan Phonix dalam mengurus hal ini. Karena nama Phonix yang memang sangat besar dan berpengaruh di daratan Amerika dengan berbagai macam bidang usaha, maka pihak Bank New York tak bisa menolak permintaan George. Di tambah lagi, kenyataan bahwa Presdir Bank tersebut adalah sahabat kental George sendiri.

Dengan segala koneksi yang di miliki Daniel, seluruh dana bisa di telusuri dan di temukan. Bahkan hingga dana rahasia yang di sembunyikan dalam Bank Swiss dan segera di bekukan juga di pindah tangankan ke perusahaan Phonix, dengan Daniel sebagai pemilik resminya. Dia juga membekukan seluruh asset milik para eksekutif yang di dapatkan selama mereka bergabung dengan perusahaan Phonix. Ini adalah cara balas dendam terbaik uuntuk pencuri seperti mereka yang berusaha menghancurkan perusahaan keluarganya. Yaitu dengan merampas segala yang di miliki oleh para eksekutif tanpa tersisa. Begitu pula dengan perusahaan lawan yang juga dananya ikut di bekukan karena terbukti terlibat dalam korupsi yang di lakukan dalam tubuh pemerintahan Korea Selatan.

 Membuat mereka bangkrut dan kehilangan seluruh kaki juga tangannya. Seperti itu rencana Daniel saat ini, yang sepertinya berjalan dengan cukup lancar. Karena dia melihat sendiri bagaimana managernya sedang memarahi salah seorang pegawai, yang dia yakini sebagai salah satu dari anak buah mereka di ruangannya.

**

Konser Phoenix hari ini berjalan sangat lancar. Mereka bisa memuaskan penonton dan membuat para penggemar yang hadir dalam konser merasa puas. Terlebih, ini adalah hari terakhir dari 6 hari konser yang di jadwalkan sebelumnya di Korea. Kini tinggal mempersiapkan konser mereka di Negara lain.

Pemberitaan tentang spektakulernya konser tersebut kini memenuhi seluruh lini pemberitaan yang ada di Korea. Baik dari media online dan media massa lainnya seperti Koran dan siaran berita televisi. Bahkan seluruh fansite dan fanbase dari Phoenix, semuanya terus mengunggah kejadian menarik dan mengesankan yang terjadi selama konser berlangsung. Kata – kata sapaan dan sambutan dari member, juga interaksi setiap member dengan para penggemar di panggung. Di tambah lagi foto lucu saat member Phoenix mengenakan kostum yang mirip cosplay di akhir acara.

Hingga, terdapat satu berita yang di unggah oleh salah satu fansite Suho, tentang sebuah tragedy yang terjadi setelah konser berlangsung. Dan tragedy tersebut, telah membuat satu nyawa dari fans mereka hilang.

Awalnya, berita itu sama sekali tak pernah di gubris oleh siapapun. Karena mereka semua tengah bergembira dengan comeback, serta pagelaran konser mewah yang berlangsung. Terlebih lagi, fansite yang pertama kali mengungkap kejadian ini, bukanlah fansite besar yang memiliki banyak followers. Jadi banyak yang menganggap ini hanya sebuah berita bohong yang hanya ingin menurunkan pamor Phoenix dengan menyebarkan rumor jahat.

Dan berita itupun hanya bertahan selama beberapa hari, hingga kemudian hilang tak berbekas.

**

“Susan!” teriak seorang perempuan muda sambil melambaikan tangannya dengan penuh semangat.

“Hai! Kamu lama banget sampainya, aku nunggu daritadi!” gerutu si gadis yang di panggil dengan nama Susan itu namun dengan tertawa kecil.

“Maaf, maaf… kamu tahu bagaimana macetnya jalanan Seoul di jam – jam seperti ini kan? Oh ya, kita jadi mau makan disini atau--”

“Di kafe itu saja! Ada makanan favoritku!” ajak Susan.

“Oke!”

Mereka kemudian segera menyeberang jalanan padat daerah Gangnam, untuk menuju sebuah kafe yang terlihat cukup meriah dengan lampu kerlap kerlip di bagian luar. Sepertinya kafe ini cukup populer, jika melihat banyaknya pengunjung yang seusia mereka tengah berkumpul sambil mengobrol dan minum beer juga soju di dalamnya.

“Kau sering kesini?” tanya Meilin—seorang imigran China yang kini tinggal di Korea dan menetap di Negara ini selama beberapa tahun.

“Iya. Kalau aku suntuk, aku pasti datang ke tempat ini. termasuk, jika ada transaksi seperti ini juga,” jawab Susan singkat.

Gadis muda itu kemudian mengambil sebuah amplop dari dalam tasnya. Amplop besar itu berisi banyak foto dari beberapa idol. Lebih tepatnya, foto candeed yang di ambil secara diam – diam di beberapa tempat yang merupakan privasi dari si idol itu sendiri. Selain itu, Susan juga memberikan satu amplop besar lainnya yang berisi daftar alamat tempat yang sering di kunjungi serta waktu kunjung dari para idol. Sementara Meilin, juga mengeluarkan amplop besar dari dalam tas nya yang berisi segepok uang dengan nominal besar dan berbentuk dollar amerika, untuk di berikan pada Susan.

“Hitung dulu, kalau kurang setelah aku pergi dari sini. Kau tak akan mendapat sisanya,” ancam Meilin sambil tersenyum kecil.

“Aku tahu…” Susan lalu melihat uangnya dan menghitungnya cermat, meski cukup cepat. Lalu menutup kembali amplop yang di terima dari Meilin. “Sudah komplit!” katanya dan menyerahkan amplop alamat pada Meilin.

“Untuk selanjutnya, aku akan menghubungimu lagi jika aku butuh,” ujar Meilin.

Susan kemudian menaikkan matanya, “asal kau bayar sesuai dengan permintaanku. Kau akan selalu mendapatkan apa yang kau inginkan Mei….”

“Omong – omong. Aku bingung, bagaimana caramu mendapatkan ini semua dengan mudah? Bahkan, orang lain dari lingkup kita perlu waktu yang cukup panjang hanya untuk mendapatkan 1 foto eksklusif seperti ini,” tanya Meilin.

Susan hanya tergelak sebentar dan menatap Meilin.

“Tak perlu penasaran bagaimana caraku mendapatkan ini semua. Yang penting, aku bisa mendapatkan apa yang kau dan semua orang disana mau.”

“Yah… itu memang bukan urusanku juga sih, tapi sebaiknya kau juga berhati – hati. Ada banyak mata – mata di grup kita,” ingat Meilin.

“Aku tahu…” Susan menanggapi dengan malas, “kalau kau sudah tak punya keperluan lagi denganku. Bukankah sebaiknya kau pergi dan memberikan aku waktu untuk menikmati ini?” Susan menunjukkan amplop yang berisi uang itu pada meilin.

Sementara Meilin hanya berdecih tak karuan melihat tingkah Susan yang terlihat sanagt gila terhadap uang. Padahal, jika di lihat secara seksama, penampilan Susan tak seperti orang yang kekurangan uang. Dia lebih mirip Fangirl yang memiliki uang berlimpah dan pamor yang luar biasa. Tapi itu bukan urusan meilin sekarang.

“Aku pulang duluan…” pamit Meilin.

**

Tiinnn… tiinn…

Suara klakson mobil terdengar di jalanan kota Seoul yang padat sore ini. seperti biasa yang terjadi tiap jam pulang kantor tiba, semua orang seperti di kejar waktu untuk segera pulang ke rumahnya masing – masing, atau pergi ke tempat lain dan bertemu dengan orang baru pula. Begitu pun dengan Rachel yang sore ini memiliki janji temu dengan Daniel. Sudah hampir satu minggu mereka tak bersua, tak menyapa, maupun berkabar karena kesibukan Daniel yang sangat padat.

Rachel sendiri tak mengerti dengan dirinya yang mau saja menerima sikap Daniel yang sering acuh terhadapnya. Dan memilih untuk mempercayai setiap kata yang keluar dari bibir Daniel. Bahkan, saat Daniel berdalih untuk tak bisa bertemu dan kencan karena urusan kerja kemarin, Rachel sama sekali tak merasa marah atau tersinggung, dan langsung mengiyakan permintaan Daniel tanpa banyak bertanya. Mungkin karena cinta. Mungkin itu yang membedakan hubungannya dengan pria lain sebelum Daniel. Daniel sangat berbeda dalam memperlakukan dirinya.

Pria itu memang sangat sering memanjakan Rachel, memberikan apapun yang di inginkan sang gadis tanpa banyak bicara atau bertanya. Namun dia juga selalu mau mendengarkan segala keluhan Rachel tiap waktu, meski itu tengah malam. Dan selalu mau mendengar pendapat Rachel, sekaligus bertanya bagaimana pendapat dan perasaan gadis itu terhadap segala hal yang terjadi di antara keduanya. Rachel selalu di anggap istimewa dan penting. Setidaknya, itulah yang di rasakan gadis itu terhadap Daniel.

Mungkin, karena selama ini Rachel tak pernah di perlakukan seperti ini. bahkan oleh kedua orangtuanya sendiri. Mereka yang tak pernah menanyakan pendapat Rachel atau mengindahkan keinginan sang anak. Mereka yang hanya berpikir bahwa mereka telah melakukan segalanya untuk Rachel dengan uang mereka, fasilitas dan segalanya.

Mengingat itu semua, membuat Rachel menghela nafas dan kembali memandang langit senja yang berwarna kuning terang. Agak berbeda dari biasanya.

Cup!

Kecupan singkat yang mengejutkan, mendarat di pipi kiri Rachel dan membuat gadis itu sontak menoleh. Lalu tersenyum lebar saat melihat Daniel sudah berdiri di sampingnya sambil membawakan sebuah buket bunga mawar berwarna warni yang sangat besar. Bahkan wangi bunga itu langsung tercium oleh Rachel.

“Maaf ya, aku membuatmu lama menunggu.” Daniel mengambil posisi untuk duduk tepat di hadapan Rachel yang masih fokus dengan bunga mawar itu.

Gadis itu kemudian menggeleng singkat, dan masih dengan tersenyum bahagia menatap Daniel. Matanya berkilat senang, “kalau kau membawakan aku bunga seperti ini. aku tak akan bisa marah padamu, Sayang…” ujar gadis itu.

“Hmm…” Daniel yang gemas dengan reaksi dan jawaban Rachel, kini mencubit pipi kekasihnya gemas dan memberikan ciuman dengan membentuk bibirnya di hadapan Rachel, “kau memang yang terbaik Sayang. Aku sangat mencintaimu!”

“Aku juga sangat mencintaimu, Sayang. Sangat sangat dan sangat!” timpal Rachel dengan sangat bahagia.

“Oh ya, kenapa belum pesan makanan?” tanya Daniel yang heran melhat hanya ada minuman di depan meja mereka.

“Aku tunggu kamu. Aku mau, kamu yang pilihkan makan malam kita kali ini. mau kan?” pinta Rachel.

Daniel langsung mengangguk, “Tentu Tuan Putriku Sayang. Apapun untukmu.”

Daniel lalu memanggil pelayan dan meminta mereka membawakan daftar menu, kemudian memilihkan menu spesial dari sana. Dan memesankannya untuk Rachel dan dirinya.

“Oh ya sayang. Sebenarnya… ada yang ingin aku sampaikan padamu malam ini.” Daniel membuka percakapannya. Kini wajahnya terlihat sangat serius.

“Kamu mau bicara apa?” tanya Rachel yang mulai sedikit gugup melihat perangai Daniel.

“Aku…”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status