Share

Bab 3

Author: Keira
last update Last Updated: 2025-08-27 19:29:16

Beberapa hari mereka masih seperti itu, papasan, pura-pura gak liat atau paling angguk tipis. Sampai akhirnya, pagi itu....

Hari itu, lorong apartemen sepi. Vira baru keluar unitnya, niatnya cuma mau turun bentar. Pas banget ketemu Rakha mereka hanya saling lempar tatapan bentar.

Belum sempat melangkah jauh, Vira mendadak berhenti. Tangannya menyekap mulut, wajahnya pucet. Rakha otomatis menoleh.

Cewek itu goyah, badannya kelihatan lemas. Rakha langsung lari nyamperin, tangannya sigap menangkap bahu Vira biar gak jatuh. "Lo kenapa?!" suaranya sedikit panik, beda banget dari biasanya.

Vira cuma menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. Dia sudah gak kuat nahan mualnya yang makin parah. Rakha menoleh ke arah pintu kamarnya yang sedikit kebuka - yang tadi belum sempat kekunci. "Sini ikut gue.."

Tanpa banyak mikir, Rakha menuntun Vira masuk ke kamarnya. membawa Vira masuk ke kamar mandi, begitu pintu kamar mandi terbuka Vira langsung lari kecil ke arah kloset dan muntah sejadi-jadinya.

Rakha berdiri di sampingnya, satu tangan nepuk punggungnya, satu lagi nahan rambut Vira biar gak berantakan ke muka. "Udah, keluarin aja pelan-pelan. Tenang ada gue disini" ucap Rakha.

Beberapa menit kemudian, wajah Vira masih kelihatan pucet, di tambah lagi keringat dingin ngalir di pelipisnya. "Sorry... gue gak bermaksud nyusahin Lo." suaranya serak, hampir gak kedengaran.

Rakha tidak menjawab dia hanya pergi dan balik lagi sambil bawa segelas air putih sama handuk kecil. Dia jongkok di samping Vira, terus nyodorin dua-duanya. "Nih minum dulu. habis itu lap muka Lo."

Vira nurut. airnya di teguk pelan pelan Sampai setengah gelas habis. lalu handuk kecil dia tempelin ke pipinya sendiri. "Thanks" gumamnya pelan.

Rakha ngeliatin beberapa detik, matanya gak lepas. Baru kali ini dia liat Vira segini lemah. Biasanya ribut Mulu, sekarang malah kelihatan rapuh.

"Lo sakit?" tanyanya sambil ngusap tengkuk sendiri, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

Vira cuma geleng pelan, matanya masih sayu. "Cuma mual aja, gakpapa."

Rakha diem, tapi dalam hatinya berisik sendiri. Kenapa sih gue jadi peduli banget sama dia? biasanya pengen ngusir, sekarang malah pengen jagain. Aneh...

Rakha nyender di tembok kamar mandi, pandangannya masih tertuju ke Vira yang sesekali masih mual. "Ra.." suara Rakha serak, kayak gak yakin harus ngapain. Tangannya mengepal, rahangnya tegang.

"Lo udah dapet belum bulan ini?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alis, nada suaranya terdengar santai tapi waspada.

Vira yang lagi nyeruput air langsung keselek "Apaan sih Lo tiba tiba nanyak gitu? emangnya kenapa?" nada suaranya agak naik, antara kesel, kaget, sama bingung kenapa Rakha bisa kepikiran ke arah situ.

Rakha nyengir tipis, tapi jelas jelas ada keseriusannya. "Ya gue nanyak aja, kalo aja.. yah ngerti lah maksud gue."

Vira terdiam sebentar, matanya refleks ngerah ke lantai. dalam hatinya dia malah ikutan mikir, eh.. iya yah.. bulan ini gue belum dapet, baru kali ini juga gue mual mual parah gini sampai keringat dingin.

pelan banget, hampir kayak nggak mau ngaku, dia jawab "Belum".

sekejap ruangan jadi hening, Rakha yang tadi kelihatan sok cool tiba tiba kelihatan panik. "Anjir... seriusan Lo?" suara Rakha terdengar berat, setengah gak percaya, setengah panik.

Vira yang masih setengah lemes cuma bisa bengong, jantungnya berdegup makin gak karuan. "Gue.... takut....".

Rakha gerak cepat, jalan ke arah Vira, jongkok biar sejajar. Tatapannya lebih lembut, tapi jelas ada kepanikan juga. "Oke, dengerin gue, tenang jangan panik setidaknya kita harus ke dokter, atau minimal gue beliin test pack dulu. Gue nggak bisa diem kalau cuma nebak nebak."

Vira menelan ludah, ada rasa takut tapi juga anehnya ngerasa hangat karena Rakha kalihatan benar benar peduli. "Kalau gue beneran hamil gimana?".

Rakha mendekat, suaranya pelan tapi mantap. "Apapun hasilnya, gue nggak bakal ninggalin Lo." gumamnya sambil memeluk Vira. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Atap   Bab 8

    Vira masih nyengir puas karena berhasil bikin Rakha sewot. Tapi detik berikutnya, tatapan mereka bertemu, dan hening mendadak jatuh. Bukan hening yang canggung, tapi hening aneh yang bikin jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Rakha buru-buru mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk ngerapiin meja makan yang sebenarnya udah nggak berantakan sama sekali. "Yaudah, ayok kita keluar belanja. Bahan makanan di kamar lo juga pasti udah habis, kan? Sekalian aja." Vira sempat kaget dengan ajakan itu, matanya melebar. "Hah? Sore-sore gini, Rak? Males banget gue keluar." Rakha nyengir tipis, lalu ngambil kunci mobil dari meja. "Justru sore gini enak, masih terang, nggak panas, nggak juga terlalu rame. Udah, ayo. Gue anterin." Ada sesuatu di nada suara Rakha yang bikin Vira nggak bisa nolak. Entah karena beneran butuh belanja, atau karena cara Rakha ngomong barusan bikin hatinya nggak tenang. Akhirnya, dengan sedikit manyun, dia ambil tas kecilnya. "Iya, iya. Tapi lo yang

  • Satu Atap   Bab 7

    Vira menahan napas, tangannya gemetar waktu ngebuka tisu pembungkus itu. Rakha yang duduk di sebelahnya sama sekali nggak bisa nyembunyiin deg-degannya, bahkan dia refleks ngegepalin tangan di atas lutut. Perlahan, garis tipis mulai muncul. Vira langsung nutup mulutnya pakai tangan satunya, mata membelalak. “Rak…” suaranya serak, hampir nggak keluar. Rakha buru-buru condong, ngeliat lebih dekat. Wajahnya serius sebentar, lalu tiba-tiba senyum lebar kebentuk di bibirnya. “Iyah… kamu beneran hamil,” katanya dengan nada mantap, tapi matanya berbinar aneh. Belum sempet Vira nyerap kata-kata itu, Rakha langsung berdiri setengah lompat dari tempat duduknya, neriakin dengan antusias, “YESSS!!! Gue punya anak! Wih gila, Vir, kira-kira anaknya mirip gue atau lo yah? Kalau mirip gue pasti ganteng, kalau mirip lo—” “Ihh, Rakha! Bego banget sih lo!” Vira langsung motong dengan suara agak keras, wajahnya panas setengah kesel setengah panik. “Kita kan belum nikah! Ini namanya ha

  • Satu Atap   Bab 6

    Lift berbunyi ting ketika pintu terbuka di lantai tiga. Rakha buru-buru melangkah keluar, tapi suara temannya menahannya sebentar. “Rak!” panggilnya. Rakha menoleh cepat. “Apa lagi?” Temannya menyunggingkan senyum setengah menggoda, setengah serius. “Apa pun hasilnya nanti… jangan kabur, Bro." Rakha mendengus, buru-buru nyela. “Kan udah gue bilang, ini buat nyokap gue, bukan buat Vira—” Rakha langsung nutup mulutnya sendiri, terlambat sadar. Temannya mendelik, nyaris teriak. “HAH?! VIRA??” Rakha panik, wajahnya merah padam. “Eh, anj— maksud gue bukan gitu! Salah ngomong gue tadi.” Temannya menyilangkan tangan, tatapan penuh kecurigaan. “Rakha, Rakha… lo pikir gue bego? Dari dulu kalian ribut mulu kayak Tom & Jerry, sekarang tiba-tiba lo keluar malem-malem beli beginian, terus keceplosan nyebut nama Vira? Gila, plot twist banget hidup lo.” Rakha nyaris kehabisan kata-kata. “Sumpah, nggak kayak yang lo pikirin. Gue cuma… ya dia tadi sakit, muntah-muntah. Gue panik, mak

  • Satu Atap   Bab 5

    Begitu pintu mobil tertutup rapat, napas Rakha akhirnya pecah dalam helaan berat. “Astaga…” gumamnya, sambil menyandarkan kepala ke setir. Kantong kecil di tangannya terasa jauh lebih berat daripada sekadar plastik tipis berisi test pack. “Gila... apes banget sih gue hari ini,” gumamnya dengan nada setengah kesal, setengah panik. “Kenapa harus ketemu si bego itu pas banget keluar apotek...” Dia mengacak rambutnya, frustrasi. Kantong belanja kecil itu seakan menatap balik, bikin jantungnya makin deg-degan. Rakha menghela napas lagi, kali ini lebih panjang, lalu menutup wajah dengan kedua tangan. “Ya Allah, kenapa ribet banget, sih... baru juga mau cari jawaban, eh malah hampir ketahuan,” ucapnya lirih, nyaris seperti orang ngomel sama dirinya sendiri. Rakha menekan pedal gas tanpa banyak pikir, membiarkan deru mesin mengisi keheningan malam. Jalanan seolah jadi pelarian singkat dari riuh yang masih menggema di kepalanya. Begitu sampai di basement apartemen, ia memutar kemudi pe

  • Satu Atap   Bab 4

    Perlahan pelukan itu akhirnya terlepas. Vira masih bisa merasakan hangatnya, tapi ia buru buru mengalihkan pandangan. wajahnya tetap pucat, keringat dingin masih menetes di pelipis. Rakha menarik nafas, lalu tanpa banyak bicara dia meraih tangan Vira, menuntunnya keluar dari kamar mandi. Gerakannya hati hati seolah takut cewek itu bakal jatuh. "Duduk dulu" ucap Rakha pelan sambil menuntun Vira ke tepi ranjang. Vira menurut, meski matanya terus mengikuti gerak gerik Rakha. Ada sesuatu yang aneh dalam cara cowok itu bersikap, sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Rakha berdiri sebentar di depan pintu lalu menoleh "Aku keluar dulu bentar, beli test pack". Vira mengernyit "Lo... beneran serius?" Rakha menatapnya sebentar, matanya penuh keyakinan "Gue nggak main main, kalau emang ada apa apa kita harus tau secepatnya." Rakha melangkah cepat keluar unit, nafasnya terasa berat. Tangannya otomatis merogoh saku celana, mencari kunci mobil kesayangannya. Begitu sampai di

  • Satu Atap   Bab 3

    Beberapa hari mereka masih seperti itu, papasan, pura-pura gak liat atau paling angguk tipis. Sampai akhirnya, pagi itu.... Hari itu, lorong apartemen sepi. Vira baru keluar unitnya, niatnya cuma mau turun bentar. Pas banget ketemu Rakha mereka hanya saling lempar tatapan bentar. Belum sempat melangkah jauh, Vira mendadak berhenti. Tangannya menyekap mulut, wajahnya pucet. Rakha otomatis menoleh. Cewek itu goyah, badannya kelihatan lemas. Rakha langsung lari nyamperin, tangannya sigap menangkap bahu Vira biar gak jatuh. "Lo kenapa?!" suaranya sedikit panik, beda banget dari biasanya. Vira cuma menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. Dia sudah gak kuat nahan mualnya yang makin parah. Rakha menoleh ke arah pintu kamarnya yang sedikit kebuka - yang tadi belum sempat kekunci. "Sini ikut gue.." Tanpa banyak mikir, Rakha menuntun Vira masuk ke kamarnya. membawa Vira masuk ke kamar mandi, begitu pintu kamar mandi terbuka Vira langsung lari kecil ke arah kloset dan muntah sej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status