Share

Satu Atap
Satu Atap
Author: Keira

Bab 1

Author: Keira
last update Last Updated: 2025-08-27 11:19:42

Apartemen lantai tiga itu terkenal paling berisik karena dua unit di ujung lorong. Si kucing dan si tikus ini adalah Rakha Baskara dan Ayunda Shavira. hampir setiap hari pasti ada aja yang bikin heboh

Kalau bukan Vira yang gedor gedor pintu kamar Rakha karena musik rock Rakha yang kebangetan, Rakha yang protes soal kebisingan Vira saat meeting online.

Pernah juga mereka ribut gegara Vira yang ninggalin heelsnya di depan pintu, Rakha ngamuk karena nyaris kejedot waktu balik dalam keadaan mabuk.

Tapi gak dengan malam ini.....

Malam itu, Vira pulang dengan langkah sempoyongan. kepalanya pusing, matanya berat tapi lebih berat pas tau pacarnya yang sejam yang lalu sudah dia putuskan ketahuan selingkuh. Katanya ia terlalu mudah dipacari tapi gak bisa di sentuh.

"Brengsek.." umpat Vira saat menempelkan kartu akses pintu unit tapi pintunya tetap gak mau terbuka.

Bip.. bip..

Pintunya terbuka sendiri

"Hmm.. akhirnya kebuka juga." gumamnya.

Tanpa sadar, dia menyelonong masuk. Tasnya dilempar ke ranjang, lalu tubuhnya ikut ambruk. 

Rakha terdiam di belakang pintu, tangannya masih menggenggam gagang pintu.

"Ra... unit lo di samping, bukan di sini." ucap Rakha sambil berjalan menghampiri Vira, cewek itu sudah memejamkan mata di ranjang, sepatunya masih nempel. Pipinya memerah karena terlalu banyak minum alkohol.

Rakha mendengus pelan campuran antara kesal dan bingung " Mabok banget ni orang, mana nyasar ke unit gue lagi..." Ia berniat membiarkan Vira tidur, tapi ketika hendak menutup pintu, tangannya tiba tiba di tarik.

"Jangan pergi...." suara Vira lirih nyaris kayak meracau. walau matanya terpejam, jemarinya kuat menggenggam kaos Rakha seakan takut kehilangan.

"Kata kamu aku gak bisa di sentuh, aku mau kok tapi jangan tinggalin aku..." katanya sambil tersenyum dengan mata yang sedikit terpejam.

"Ka-mu..?" sejak kapan gue ngomong gitu?! Rakha menelan ludah. "Ra... sadar dulu.." ia menggelengkan kepala gadis itu "Lo salah orang."

Namun Gadis itu justru menariknya lebih dekat dan mulai mencium bibir Rakha, seketika Rakha di buat kaget lagi. Ciuman itu menyalakan pertahanan Rakha.

Detik berikutnya Rakha yang biasanya cerewet justru diam. ia menatap wajah Vira dari dekat, wajah yang tiap hari bikin dia kesal, tapi sekarang terlihat rapuh dan menggoda.

Tak ada jawaban. Hanya tangan Vira yang semakin menahan. Rakha mendekat, awalnya ragu. Ciuman itu dimulai sekilas, ringan, seolah ingin memastikan. Tapi vira merespon, bibirnya bergerak pelan.

Rakha menahan kepala Vira dengan lembut. “Gila.”

Ia berniat menggendong gadis itu, mengembalikan ke unit aslinya di sebelah. Namun Vira menahan. Ia menggeleng pelan.

Ia mendekat, menatap mata Rakha. Sementara Vira setengah berkabut. Perlahan ciuman itu berakhir saat Rakha menarik pinggang Vira pelan, mendekatkan tubuh Vira . Vira sempat sadar dan bengong sebentar, bibirnya kaku sepersekian detik. Tapi begitu sadar kembali, dia membalas ciuman Rakha

Tangannya naik ke dada Rakha, menahan dadanya. Lalu turun ke bawah.

Nafasnya mulai berat, detak jantungnya jungkir balik. Dan bukannya nolak, dia justru nyari lebih.

“Lo udah sadar?” bisik Rakha pas dia narik diri sedikit, nyari jawaban di mata Vira

Vira mengangguk, suaranya serak, "Lo—”

Rakha nggak butuh alasan lagi saat jemari Vira memeras bagian bawahnya. Ia mengangkat tubuh Vira ke pelukannya, membaringkannya perlahan di kasur. Jemarinya menelusuri wajah, lalu rambut, seperti takut kehilangan momen. Ciumannya makin dalam, makin berani.

Vira menutup mata, merasakan tiap sentuhan. Jemarinya meremas sprei, desahan kecil lolos tanpa bisa ditahan.

Rakha berhenti sebentar, keningnya menempel di kening Vira. “Lo yakin?”

Vira tersenyum, pipinya memanas. Ia mengangguk kecil. “Masukin aja.”

Rakha tertawa pelan, lalu melanjutkan. Dengan hati-hati, ia melepas kain yang masih menyatu di kulit Vira.

Ia mengeluarkan miliknya sebelum diberikan komentar.

“Ih, besar.”

Rakha terkekeh kecil. Lalu perlahan memasukkan miliknya seraya menciumi kulit telanjang Vira.

“Ah.. sakit..”

“Ini belum masuk.” tukasnya.

“Ah… Cepet.” kata Vira masih mendesah saat matanya terpejam.

Rakha mengecup lehernya lembut, menahan gerakan. “Mau gue berhenti?”

Vira menggeleng cepat, tangannya meremas lengan Rakha “Jangan.."

Gerakan itu makin dalam, makin intens, tapi tetap dijaga dengan ritme yang hangat.

Desahan Vira memenuhi kamar sempit itu, setiap getarannya bikin Rakha makin kehilangan kendali.

"Vira…" suaranya parau, nyaris patah. "Jangan sampe pagi nanti lo menyesali ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Atap   Bab 11

    Cowok itu Kevin, dia ngangkat dagu sambil nyengir ramah. “Hai, Vir." "Lo sendiri aja nih?" tanya Vira sambil senyum tipis. Kevin ngangguk "Iya nih, lagi nyari stok buat kosan. Lo?” Vira langsung geleng kecil, sambil nyengir balik. “Enggak, gue nggak sendirian. Sama temen seapartemen gue…” Dia noleh ke arah Rakha yang dari tadi mukanya udah jelas nggak nyaman. “Rakha. Kenalin, ini Kevin. Vin, kenalin ini Rakha.” Rakha nyodorin tangannya, tapi ekspresinya dingin banget. Kevin tetep nyambut dengan ramah, sementara tatapan Rakha jelas kayak ngomong, “Jangan macem-macem sama gue.” Habis jabat tangan, Kevin balik fokus ke Vira. “Lo kok akhir-akhir ini nggak pernah nongol lagi sih di tongkrongan? Anak-anak pada nanya juga, kira lo sibuk banget.” Rakha yang masih berdiri di samping troli, cuma bisa mendengus pelan. Tangannya ngepuk gagang troli keras-keras. Matanya melirik ke Vira sama Kevin yang ngobrol, dan entah kenapa, ada rasa nggak enak ngeliat mereka terlalu deket. Vira

  • Satu Atap   Bab 10

    Begitu mereka masuk minimarket, Rakha dorong troli dengan gaya sok serius. “Buruan, Vir. Mana list belanjaan lo? Gue males lama-lama di sini.” Vira langsung ngeluarin HP dari kantong, dengan santai nunjukin catatan belanjaan yang udah dia tulis rapi. “Nih, gue udah catet dari tadi.” Rakha melotot dramatis. “Hah? Jadi lo beneran ada list? Gue kira lo tipe orang yang belanja by feeling.” Vira ketawa kecil terus nyeletuk, “Yaelah, Lo juga belanja kan, bukan gue doang. Kulkas Lo kosong banget tuh, kayak otak lo. Hahaha.” Rakha langsung mendengus sambil pura-pura sakit hati. “Ih, keterlaluan banget lo. Ngeledek mulu kerjaannya.” “Ya abis gimana, faktanya emang kosong. Isi kulkas lo cuma botol kecap doang, Ra. Itu mah bukan kulkas, itu rak pameran kecap,” balas Vira, masih ngakak sendiri. Rakha geleng-geleng kepala, tapi senyum nggak bisa disembunyiin. Dia dorong troli lebih kenceng, pura-pura kesel. “Yaudah, mending lo yang jalanin nih troli sekalian.” “Waduh, nyerah cepet ama

  • Satu Atap   Bab 9

    Rakha jalan cepat menuju mobilnya, kunci udah dia pencet dari jauh biar lampunya kedip-kedip. Saking paniknya, dia bahkan nggak nyadar kalau Vira di belakang udah ketawa kecil liat kelakuannya. "Rak, santai kali… kayak dikejar debt collector aja," celetuk Vira begitu mereka sampai di mobil. Rakha ngelirik sebentar, lalu buru-buru buka pintu dan duduk di kursi supir. "Biarin, gue males banget liat muka tetangga itu lagi. Mulutnya tuh astaga kayak nggak ada tombol pause." Vira masuk, duduk di sampingnya. Dia masih senyum-senyum, saking nggak bisa nahan geli liat Rakha yang biasanya sok cool tapi sekarang malah kelabakan. "Yaelah, padahal tadi lucu banget, tau nggak? Lo tuh kayak… bocah ketahuan nyimpen contekan." Rakha langsung manyun. "Apaan sih. Nggak ada lucu-lucunya." Dia tancap gas, mobil melaju pelan keluar dari basement. Tapi di balik ekspresi kaku itu, hatinya masih deg-degan nggak karuan. Mobil melaju dengan tenang, lampu jalan mulai kelihatan redup-redup. Vira yang t

  • Satu Atap   Bab 8

    Vira masih nyengir puas karena berhasil bikin Rakha sewot. Tapi detik berikutnya, tatapan mereka bertemu, dan hening mendadak jatuh. Bukan hening yang canggung, tapi hening aneh yang bikin jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Rakha buru-buru mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk ngerapiin meja makan yang sebenarnya udah nggak berantakan sama sekali. "Yaudah, ayok kita keluar belanja. Bahan makanan di kamar lo juga pasti udah habis, kan? Sekalian aja." Vira sempat kaget dengan ajakan itu, matanya melebar. "Hah? Sore-sore gini, Rak? Males banget gue keluar." Rakha nyengir tipis, lalu ngambil kunci mobil dari meja. "Justru sore gini enak, masih terang, nggak panas, nggak juga terlalu rame. Udah, ayo. Gue anterin." Ada sesuatu di nada suara Rakha yang bikin Vira nggak bisa nolak. Entah karena beneran butuh belanja, atau karena cara Rakha ngomong barusan bikin hatinya nggak tenang. Akhirnya, dengan sedikit manyun, dia ambil tas kecilnya. "Iya, iya. Tapi lo yang

  • Satu Atap   Bab 7

    Vira menahan napas, tangannya gemetar waktu ngebuka tisu pembungkus itu. Rakha yang duduk di sebelahnya sama sekali nggak bisa nyembunyiin deg-degannya, bahkan dia refleks ngegepalin tangan di atas lutut. Perlahan, garis tipis mulai muncul. Vira langsung nutup mulutnya pakai tangan satunya, mata membelalak. “Rak…” suaranya serak, hampir nggak keluar. Rakha buru-buru condong, ngeliat lebih dekat. Wajahnya serius sebentar, lalu tiba-tiba senyum lebar kebentuk di bibirnya. “Iyah… kamu beneran hamil,” katanya dengan nada mantap, tapi matanya berbinar aneh. Belum sempet Vira nyerap kata-kata itu, Rakha langsung berdiri setengah lompat dari tempat duduknya, neriakin dengan antusias, “YESSS!!! Gue punya anak! Wih gila, Vir, kira-kira anaknya mirip gue atau lo yah? Kalau mirip gue pasti ganteng, kalau mirip lo—” “Ihh, Rakha! Bego banget sih lo!” Vira langsung motong dengan suara agak keras, wajahnya panas setengah kesel setengah panik. “Kita kan belum nikah! Ini namanya ha

  • Satu Atap   Bab 6

    Lift berbunyi ting ketika pintu terbuka di lantai tiga. Rakha buru-buru melangkah keluar, tapi suara temannya menahannya sebentar. “Rak!” panggilnya. Rakha menoleh cepat. “Apa lagi?” Temannya menyunggingkan senyum setengah menggoda, setengah serius. “Apa pun hasilnya nanti… jangan kabur, Bro." Rakha mendengus, buru-buru nyela. “Kan udah gue bilang, ini buat nyokap gue, bukan buat Vira—” Rakha langsung nutup mulutnya sendiri, terlambat sadar. Temannya mendelik, nyaris teriak. “HAH?! VIRA??” Rakha panik, wajahnya merah padam. “Eh, anj— maksud gue bukan gitu! Salah ngomong gue tadi.” Temannya menyilangkan tangan, tatapan penuh kecurigaan. “Rakha, Rakha… lo pikir gue bego? Dari dulu kalian ribut mulu kayak Tom & Jerry, sekarang tiba-tiba lo keluar malem-malem beli beginian, terus keceplosan nyebut nama Vira? Gila, plot twist banget hidup lo.” Rakha nyaris kehabisan kata-kata. “Sumpah, nggak kayak yang lo pikirin. Gue cuma… ya dia tadi sakit, muntah-muntah. Gue panik, mak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status