Bab 1
Mira sungguh tidak menyangka kalau teman-temannya akan mengadakan pesta kejutan ulang tahunnya di sebuah klub malam seperti ini. Saat penutup mata dan telinganya dibuka, ia terjebak dan tidak bisa kabur dari sana. Dia bukanlah wanita yang suka dengan hingar bingar diskotik seperti ini tapi saat ini dia hanya bisa pasrah saat semua orang dengan semangat menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya.Mira menatap ke arah teman-temannya yang berteriak riuh di tengah-tengah para undangan yang notabene pria-pria tampan yang tampak sengaja diundang khusus untuk memeriahkan pesta yang mereka buat.Motivasinya sudah bisa ditebak. Mereka ingin, hanya mereka yang menjadi sorotan dan menjadi wanita-wanita yang paling cantik di antara semua pria yang hadir di dalam klub.Setelah itu Mira langsung digiring oleh teman-temannya untuk meniup lilin ulang tahun yang sengaja dibentuk seperti mercusuar yang tinggi menjulang hingga Mira harus naik ke atas kursi yang sudah disiapkan oleh teman-temannya.Pada akhirnya dia hanya bisa menuruti permintaan mereka. Dia menanggalkan sepatu hak tingginya dan naik ke atas kursi yang telah mereka siapkan untuk meniup lilin mercusuarnya. Dia melipat tangan sambil memejamkan matanya sesaat dan mengucapkan harapan di hadapan kue ulang tahunnya yang super besar.Setelah Mira selesai mengucapkan harapannya, Jenny, Reni, Tari, dan Santi langsung memutar confetti secara bersama-sama. Semburan gemerlap kertas warna-warni menghujani Mira dalam sekejap.Mira tersenyum bahagia melihat kemeriahan pesta yang telah disiapkan teman-temannya.Mereka mengerubungi Mira dan mengucapkan selamat ulang tahun dengan ciri khas pertemanan mereka yang selalu heboh dan kompak selama ini.Mira tersenyum geli tapi juga salut melihat keceriaan dan usaha teman-teman akrabnya untuk membuatnya bahagia di hari ulang tahunnya."Terima kasih," kata Mira sambil memeluk teman-temannya seraya tersenyum bahagia.Acara tentu tidak berakhir begitu saja. Pada akhirnya mereka sengaja membuat permainan yang menjadi kelemahan Mira yaitu permainan mengingat nama karena selalu kalah Mira harus menerima hukuman dengan meneguk minuman beralkohol tinggi hingga berkali-kali sampai ia benar-benar mabuk dan hanya bisa pasrah mengikuti permainan yang mereka rancang selanjutnya.Mereka meminta semua tamu undangan yang sudah mereka seleksi, berjejer dan membuat lingkaran besar di hadapan Mira lalu mereka meminta Mira untuk menilai siapa pria yang terganteng dari semuanya pria ganteng lainnya untuk menjadi raja di hari istimewanya.Hadiah yang mereka siapkan tidak tanggung-tanggung!Satu buah mobil keluaran terbaru akan menjadi milik mereka kalau mereka terpilih dan bisa memberikan satu malam yang panas untuk Mira!Mira adalah seorang janda dengan satu anak yang sudah menginjak usia dewasa. Suaminya meninggal saat anaknya masih berumur lima tahun tapi meski memiliki paras cantik dan juga pintar mengurus perusahaan, Mira tidak pernah berniat untuk mencari pengganti almarhum suaminya.Dia selalu fokus merawat anak dan juga bisnisnya dibanding mendengarkan usulan mereka untuk mencari pendamping baru. Semua usaha perjodohan yang dilakukan teman-temannya selalu gagal karena Mira selalu berhasil menghindari saat pertemuan itu dirancang untuknya."Kalian tidak perlu menjodoh-jodohkanku dengan pria manapun. Saat Suamiku meninggal, hatiku turut mati bersamanya. Aku sudah berjanji akan fokus mengurus buah hati dan juga perusahaan kami saja," kata Mira kala itu."Kau gila, bagaimana kau bisa hidup tanpa seks! Seks dengan klimaks yang hebat membuat kita, para wanita akan lebih awet muda!" kata Jenny sambil memelototi Mira."Tanpa pasangan aku masih bisa menikmati sensasi seks yang selalu memberiku klimaks yang memuaskan!" seru Mira sambil mendehem dengan wajah yang memerah."Hah!" seru semua teman-temannya dengan rasa penasaran tingkat tinggi. "Bagaimana bisa?" tanyanya langsung mendekat dan mengerubungi Mira.Mira berbisik di telinga teman-temannya sambil menahan tawa geli."Tentu saja alat bantu seks memiliki sensasi yang berbeda dengan hangat tubuh seorang pria, Mir!" seru Reni sambil menggaris miring keningnya."Bagiku sama saja dan aku selalu mendapatkannya di setiap waktu," sahut Mira lagi dengan acuh.Kembali ke pesta ulang tahun Mira ...Mira yang sudah setengah mabuk mengikuti permainan teman-temannya tanpa merasa sungkan dan malu-malu. Ia berjalan perlahan memilih dan terus berjalan. Dia Menyeleksi satu persatu orang yang berdiri di hadapannya dan secara tidak sadar dia malah mendekati salah seorang tamu pria lalu menunjuknya tanpa ragu dengan tegas.“Jenny! Aku inginkan dia!" kata Mira tanpa malu-malu sambil tersenyum menggoda pria pilihannya.Jenny dan teman-temannya langsung bergegas melarang Mira. "Mir, dia bukan peserta tapi tamu sungguhan di klub ini, pilih yang lain saja yah," bujuk Santi sambil membujuk Mira yang tampak menggeleng-geleng menolak apa yang dikatakan Santi kepadanya."Aku tidak mau yang lain! Aku mau dia, hanya dia yang akan menjadi Rajaku malam ini!” seru Mira dengan kondisi mabuk. Entah kenapa dia merasa pria itu sangat mirip dengan almarhum suaminya karena itu dia memilihnya!Rendi mengamati wanita yang menunjuknya saat ini dengan wajah serius. Wanita yang sudah setengah mabuk itu sangat cantik dan memikat hatinya. Seharusnya Rendi menolak dan memberitahu kalau dia bukanlah tamu undangannya tapi melihat teman-temannya yang ingin mendekati wanita itu, Rendi langsung menarik Mira dalam pangkuannya."Aku akan menjadi Rajanya pada malam ini," kata Rendi dengan penuh percaya diri.Hela napas kecewa terdengar dari semua peserta yang sudah mendaftar. Meski pria yang dipilih ratu pesta saat ini memang tampan tapi pria yang dipilih oleh ratu pesta mereka itu bukanlah seorang pria muda melainkan pria yang setengah tua meski masih terlihat gagah. Seharusnya ratu pesta memilih salah satu dari mereka dibanding dengan pria yang bukan peserta resmi itu.Melihat keadaan yang kacau dan riuh, Jenny langsung naik ke atas meja dengan berani. "Bagi peserta yang belum terpilih jangan kecewa, malam ini kalian bisa makan dan minum sepuasnya! Tagihan akan ditanggung oleh Ratu Pesta kita!" seru Jenny dengan penuh percaya diri.Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah langsung bergema di dalam klub termasuk teman-teman Rendi yang menyemangati temannya yang dingin ini."Yah, yah, aku akan membayar semuanya!" seru Mira sambil tertawa-tawa dipenuhi dengan aura mabuk.Seruan Mira disambut dengan tepuk tangan dan sorakan gembira dari semua orang yang berada di dalam klub.Sesuai kesepakatan, mereka digiring untuk naik ke dalam lift dengan disaksikan ke empat teman akrab Mira yang sengaja menginap di sebelah kamar mereka untuk merayakan keberhasilan mereka membuat Mira merasakan kehangatan seorang pria.“Ini kunci kamar kalian, tapi sebelum kalian masuk. Kalian harus meminum anggur ini,” kata Jenny langsung mengulurkan sloki anggur spesial yang sudah mereka siapkan sebelumnya."Tunggu dulu, apa teman kalian ini sudah mengetahui rencana kalian saat ini?" tanya Rendi mencoba mencari tahu."Jangan pikirkan hal itu! Tugasmu sebagai Raja pada malam ini untuk memuaskan teman kami ini dan membuat temanku ini bisa merasakan indahnya sensasi bercinta itu!" sela Santi sambil menahan tawa gelinya."Yah benar! Besok pagi kami akan melihat kekacauan yang berhasil kalian buat di dalam kamar. Kalau dasyat kau bisa membawa hadiahnya di bawah," kata Tari sambil terkekeh senang."Nah sekarang, minumlah," kata Jenny lagi mendesak rajanya Mira untuk meminum anggur yang sudah mereka siapkan.“Anggur apa ini?” tanya Rendi mencoba mencium anggur yang diberikan para wanita itu kepadanya.“Anggur kenikmatan, kenapa? Apa kau takut?” sahut Reni dengan cepat menantang raja pilihan temannya ini.“Aku tidak takut,” balas Rendi menanggapi dengan sikap yang santai.“Bagus, kalau begitu minumlah,” kata Tari dengan cepat membantu Rendi meneguk anggur spesial mereka.Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal
Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,
Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,
Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.
Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad
Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta