Bab 2
Hanya sloki kecil anggur apa akan ada pengaruh buat peminum berat sepertinya? ucap Rendi meremehkan sloki kecil anggur itu dalam hati.Kalau saja mereka tahu kemampuan minumnya. Dia tidak akan mabuk meski meminum satu botol anggur sekalipun! Dengan santai dan tanpa ragu Rendi mengambilnya sloki anggur itu dan langsung meneguk isi sloki itu dengan sekali teguk.Teman-teman Jenny saling menatap dan tersenyum gembira. “Bagus, sekarang kalian masuk dan bersenang-senanglah di dalam,” kata Jenny dengan penuh semangat. Dia tahu besok pagi saat terbangun Mira pasti akan menyalahkan mereka tapi Jenny akan memanfaatkan peluang apapun agar Mira mau mengakhiri masa lajangnya.Seorang wanita harus hidup untuk dirinya sendiri. Jenny harus akui kalau Mira adalah wanita yang sangat setia dan sangat bersahaja. Semenjak suaminya meninggal, dia menanggalkan segala kesedihannya dan hanya fokus mengurus anak dan perusahaan-perusahaannya.Meski dia tidak mau berbagi kesedihan dan juga kesepiannya, tapi sebagai sahabatnya mereka tahu apa yang selalu ditutupi Mira selama ini dari mereka. Dia seolah kuat tapi dia sangat rapuh. Mungkin malam ini adalah awal Mira bisa membuka hatinya untuk pria lain. Mungkin cara mereka ekstrem tapi lebih baik dibanding harus melihat sahabatnya sendirian di saat anak tunggalnya sudah beranjak dewasa."Perlakukan dia dengan baik!" kata Reni sebelum pria itu membawa Mira masuk ke dalam kamar.Rendi mengangguk dan panik saat melihat teman-temannya juga ikut naik ke lantai kamarnya. Mereka tentu penasaran dan ingin melihat apa sendiri apa yang akan ia lakukan saat ini. Dia percaya saat dia meninggalkan wanita ini sendirian, mereka akan mengambil keuntungan dari wanita cantik ini karena itu Rendi langsung masuk ke dalam kamar dan segera menguncinya dari dalam.Rendi menggendong tubuh wanita cantik ini dan membawanya ke atas ranjang.“Kau dalam kesulitan besar wanita cantik, tapi untunglah kau ada bersama pria baik sepertiku, karena itu kau aman,” kata Rendi meletakkan wanita asing ini di atas kasur dengan hati-hati.Mira tersenyum ke arah pria tampan pilihannya ini. Hatinya menangis karena melihat bayang Mike dalam diri pria asing di depannya ini. Dia sangat merindukannya almarhum suaminya! “Rajaku,” kata Mira sambil menarik pria itu di dalam pelukannya.“Jangan!” seru Rendi dengan cepat menahan wanita yang sudah mabuk itu.“Kenapa?” tanya Mira dengan ekspresi yang terluka karena ditolak pria yang ia inginkan.“Kalau kita sampai bercinta sekarang, kau akan menyesal dan mencaciku saat kau bangun besok pagi,” kata Rendi dengan terus terang.Dia lelaki normal, harus ia akui kalau ia tertarik dan memang menginginkan wanita ini tapi dia tidak mau statusnya berubah menjadi pemerkosa besok paginya! Akan berbeda hal kalau wanita ini dalam keadaan sadar, dia pasti akan segera bercinta dan memberikannya malam yang mengairahkan yang akan dikenang seumur hidup wanita ini.“Kenapa?” tanya Mira dengan mata yang berkaca-kaca.“Karena besok pagi kau akan mengira aku mengambil keuntungan darimu,” kata Rendy dengan terus terang.“Kau tidak mengambil keuntungan dariku,” kata Mira sambil tertawa dan menyentuh wajah pria yang berada di atasnya ini. “Tapi aku yang mengambil keuntungan darimu, apa kau tidak bersedia?” tanya Mira merasa hal ini sangatlah lucu. Dia tertawa lagi.Rendi berpikir keras. “Kalau begitu aku akan merekam pernyataanmu, apa boleh?” tanya Rendi dengan hati-hati.Mira menatap pria yang mirip dengan almarhum suaminya ini dengan kening mengerut. Ia berpikir lalu tertawa lagi sambil mengelus wajah pria itu dengan lembut. “Boleh, silahkan saja tapi ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya Mira masih dalam keadaan mabuk.“Namaku, …,” jawab Rendi langsung terdiam kemudian mencoba berpikir panjang. “Peter,” katanya dengan cepat. Saat ini hanya terlintas nama temannya sebagai nama samarannya!“Ahh, …” kata Mira menebak dengan mudah kalau pria di depannya ini menggunakan nama samaran tapi ia tidak mau memperdulikannya saat ini. “Peter, senang berkenalan denganmu, aku Cindy,” kata Mira sambil tertawa-tawa. Menertawakan nama samarannya juga.“Baiklah Cindy, sekarang apa bisa kau ulangi ucapanmu yang tadi?” tanya Rendi sambil mengerutkan keningnya. Ia merasa ada desakan yang aneh pada dirinya tapi ia segera mengibaskan kepalanya untuk bisa sadar dan menatap Cindy dengan hati-hati.“Yang mana?” tanya Mira seraya memejamkan matanya. Ia merasakan desakan yang aneh mulai mempengaruhi seluruh tubuh dan juga akal sehatnya. Tiba-tiba dia sangat menginginkan Peter saat ini! Ia menggeliatkan dan menggesekkan anggota tubuhnya ke arah Peter.Sebelum Rendi berkata lagi, Cindy sudah menarik dan menciumnya dengan penuh gairah.“Jangan bicara lagi,” sela Mira dengan tatapan yang dipenuhi dengan gairah. Ia sangat menginginkan Peter! erangnya dalam hati. Ada apa dengannya! seru Mira dalam hati dengan bingung.“Ini gila,” erang Peter membalas ciuman Mira.Mira berhenti melumat bibir Peter dan dengan napas yang menderu dia menahan Peter. “Apa kau tidak menyukaiku?” tanyanya dengan wajah bingung.“Aku suka, tapi aku tidak mau disalahkan saat kau sadar pagi hari nanti,” jawab Rendi dengan frustrasi karena Cindy melepaskan ciumannya. Ini gila hanya dengan ciuman Cindy bisa membuatnya melayang seperti ini!“Rekam!” seru Mira sambil menunjuk ke arah Peter. "Cepat jangan pakai lama!" lanjutnya lagi.Rendi bergegas mengambil ponsel dan dengan cepat merekam pengakuan Cindy di dalam ponselnya seraya tersenyum melihat Cindy mengatakan apa yang akan menjadi buktinya besok pagi.“Apa kau sudah selesai merekamku?” tanya Mira dengan frustrasi. Ia mulai membelai dirinya sendiri dan merasa kenikmatan.“Sudah,” jawab Rendi dengan keinginan yang sama menghampiri Cindy.“Kalau begitu sekarang biarkan aku memelukmu,” kata Mira sambil meneteskan air mata bahagia.Rendi mendekat dan merasa bingung kenapa Cindy menangis saat ini. Dengan lembut ia memeluk Cindy.Mira menangis dalam pelukan Peter. Pria ini sangat mirip dengan almarhum suaminya! Selama ini dia sangat merindukan Mike tapi yang mengesalkan dia tidak pernah datang dalam mimpinya, sekalipun!Sekarang dia telah menemukan bayangan Mike dalam diri Peter!Seharusnya dia tahu kalau itu hanya kamuflase dalam benaknya saja tapi dia sungguh merindukan Mike! Kalau harus mati dia juga rela! Saat ini dia harus bisa menyentuhnya dan merasakan sentuhannya!Mira tidak mau memikirkan apa yang akan terjadi besok setelah ia terbangun. Dia sadar dengan perbuatannya saat ini bisa merendahkan martabat juga harga dirinya sebagai seorang wanita!Mungkin besok dia akan dicap sebagai wanita murahan, wanita gampangan, atau apapun namanya tapi dia tidak mau perduli! Saat ini, dia hanya ingin merasakan lagi hangat sentuhan suaminya! Membiarkan Mike menyentuhnya, memuaskannya! erang Mira dalam hati.Rendi mengusap air mata Cindy dengan lembut. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri. Dia merasakan panas dalam dirinya yang membuatnya merasa gelisah dan tidak bisa mengendalikan hasratnya sendiri saat ini. Apa dalam anggur itu terdapat obat perangsang? tebak Rendi langsung dalam pikirannya.“Rasanya, teman-temanmu sudah memastikan kalau kita harus menikmati malam yang panas, sepanjang malam. Cindy, sekarang tolong katakan padaku, apa kau mau atau tidak, bercinta denganku? Kalau kau menolak, aku akan segera pergi ke kamar mandi dan mengguyur tubuhku dengan air dingin, tapi kalau kau bersedia, aku bersumpah akan membuat malam ini menjadi malam yang tidak terlupakan bagi kita berdua!” kata Rendi dengan sekuat tenaga menyerahkan keputusan ke dalam tangan Cindy.Mira menatap ke arah Peter dengan tatapan penuh gairah. “Ya, aku menginginkanmu!” kata Mira sambil menarik Peter mendekat kepadanya.Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal
Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,
Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,
Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.
Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad
Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta