Levin tersenyum smirk, dengan mudah pria itu memutar tubuh polos Claire agar berhadapan dengannya dan gerakannya semakin brutal, cepat dan bertenaga.
Tinggal sedikit lagi dan Levin akan menyusul Claire meraih kenikmatan yang terasa semakin dekat. Tubuh mungil Claire tersentak-sentak sampai akhirnya Levin menahan pinggul Claire dan menghujam juniornya sedalam mungkin. Raungan penuh kepuasan yang keluar dari bibir Levin terdengar memenuhi kamar.Untung setiap kamar tidur kedap suara! Jika tidak, sudah dapat dipastikan kalau Susan dan Revel akan merasa terganggu dengan aktivitas mereka sejak tadi!Claire mengerang saat rasa hangat memenuhi dirinya. Semburan hangat yang berasal dari junior Levin yang tidak segan menabur benih ke dalam rahimnya membuat selangkangan Claire terasa lengket!Beruntung setelah itu Levin melepas penyatuan tubuh mereka hingga Claire dapat mendesah lega. Serius, Claire lelah! Saking lelahnya, Claire sampai tidak sanggup bergerak! Kakinya lemasClaire masih sibuk berdebat dengan hatinya. Sibuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Revel saat satu suara ikut meramaikan suasana.“Kamu memang tidak punya daddy! Apa kamu pernah melihat daddymu? Tidak pernah kan? Dipanggil Tuhan? Itu hanya sebuah kebohongan! Bahkan seluruh anak dan orangtua disini tau kalau kamu memang anak haram!” balas Andrew sadis.Ya Tuhan! Bagaimana mungkin anak kecil seperti Andrew bisa mengucapkan kalimat sekasar itu pada anak lain yang seusia dengannya? Bagaimana bisa seorang anak kecil mengatakan kalimat seburuk itu pada teman sekelasnya? “Andrew bohong kan, Mom? Aku punya daddy kan, Mom?”Pertanyaan Revel yang bernada mendesak membuat Claire dilema. Bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Revel barusan? Apakah Claire harus mengiyakannya? Tapi jika begitu, Revel pasti akan bingung saat Claire memberi penjelasan tentang status Levin yang sesungguhnya kan? Astaga! Kepala Claire langsung berdenyut pusing seperti mau pecah hanya karena keb
Jawaban Claire sempat membuat Levin terpaku sejenak. Berkelahi? Sejak kapan putranya yang cerdas dan penurut berubah jadi berandalan? Bukankah selama ini Revel selalu menjadi anak baik dan penurut? Apa yang menyebabkan putranya jadi seliar ini? Apakah sifat buruk Levin perlahan menurun pada putranya? Semoga tidak! Namun Levin tidak bisa berlama-lama tenggelam dalam rasa kagetnya karena Claire sudah melesat pergi hendak meninggalkannya. “Aku akan antar kamu, Claire!” Sepanjang perjalanan hanya ada hening. Claire terlihat gelisah. Jari jemarinya saling bertaut erat. Claire pun tidak berhenti menggigiti bibirnya, kebiasaan yang selalu wanita itu lakukan saat rasa gelisah melanda hatinya.Pelan tapi pasti, salah satu tangan Levin menggenggam tangan Claire, hendak menenangkan wanitanya dalam diam. Meski rasa penasaran sedang menggerogoti hatinya, tapi Levin tau kalau ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya pada Claire, jadi lebih baik bersabar. Toh, sebentar lagi m
Dua minggu kemudian…Claire membereskan barang-barang di mejanya. Waktu berlalu dengan cepat dan sekarang adalah hari terakhir Claire bekerja di perusahaan ini. Jujur, hatinya terasa berat saat harus meninggalkan ruangan ini. Ruangan yang didapatkannya dengan susah payah sejak Claire berhasil membuktikan kemampuannya dan menjadi SFE. Ruangan yang menjadi saksi bahwa sesulit apapun masalah dan gunjingan yang harus dihadapinya, tapi Claire berhasil melewatinya dan keluar sebagai pemenang. Tidak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Claire menyukai perusahaan ini. Perusahaan yang bersedia memberinya kesempatan. Perusahaan yang membantunya disaat Claire hampir kehilangan harapan karena gagal dalam beberapa kali interview di perusahaan sebelumnya. Perusahaan yang membantu Claire saat dirinya membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan Revel yang saat itu masih ada di dalam kandungannya. Tapi hari ini, Claire terpaksa harus melepaskannya.
Keesokan harinya…Revel menatap heran keberadaan Levin di ruang tamu rumahnya. Sedangkan Claire menatap keadaan Levin sambil berdecak, kesal karena pria itu memberi contoh yang buruk pada Revel. Bagaimana mungkin Levin mabuk-mabukan dan menjadikan rumahnya sebagai tempat peristirahatan hingga putra mereka bisa melihat kelakuan daddynya? Sungguh ceroboh! “Uncle Levin?”Tidak ada jawaban. Hanya ada dengkuran lirih yang terdengar karena Levin masih asyik dengan dunia mimpi. Tidak menyadari kalau Revel dan Claire ada di dekatnya. “Uncle!” panggil Revel lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Bahkan bocah cilik itu sengaja menggoyangkan bahu Levin agar dapat menarik perhatian sang daddy! Usahanya membuahkan hasil karena Levin mulai membuka mata meski terlihat ogah-ogahan karena matanya masih terasa berat didera kantuk. “Bangun, Uncle! Ini sudah siang!” Revel terus memanggil dengan gigih hingga Levin terpaksa membuka mata, namun baru satu detik, pria i
Nick mendengarkan seluruh penjelasan Levin tanpa sekalipun menginterupsi. Memposisikan diri sebagai pendengar yang baik. Apalagi ada banyak hal yang menjadi tanda tanya baginya. Tangannya terkepal erat. Akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, kini semuanya menjadi jelas! Bukan hanya sekedar dugaan atau kecurigaan!Tapi ada saksi mata atas kelicikan yang dilakukan Mia terhadap Claire! Saksi mata yang menjadi bukti nyata kalau Mia memang menyusun rencana untuk menjebak Claire! Dasar wanita licik! “Kenapa kamu tidak pernah mengatakan apapun? Kenapa selama ini kamu bersikap seolah tidak mengetahui apa-apa?” selidik Nick.“Entahlah, awalnya aku berencana ingin menyelidiki apa motif Mia tanpa sepengetahuan Claire, tapi rencanaku berubah karena tanpa sadar aku terlalu fokus memikirkan cara agar dapat menaklukkan hati Claire. Namun meski begitu, aku tetap mengawasi Mia, maka dari itu saat jebakan kedua di hari pesta ulang tahun Sasha, aku berhasil menggagalkan rencana bu
Hari berlalu begitu lambat bagi Levin. Padahal belum ada satu hari dirinya berjauhan dari Revel dan Claire, tapi rasa rindunya sudah tak tertahankan! Oh Tuhan, andai mereka sudah tinggal serumah, pasti Levin tidak perlu menderita seperti ini karena bisa melihat mereka sepuasnya dan setiap waktu! Levin mondar mandir gelisah. Rasa gelisahnya membuat pria itu enggan terlelap. Jujur, matanya mengantuk, tapi tidak bisa tidur. Otaknya terasa penuh memikirkan banyak hal. Entah dorongan darimana, Levin malah menghubungi nomor Nick yang langsung diangkat pada dering kedua! Sejujurnya, Levin tidak menyangka kalau Nick akan mengangkat panggilan teleponnya secepat ini mengingat malam telah cukup larut. Satu hal yang tidak Levin ketahui adalah Nick juga tidak bisa terlelap dan lebih memilih menghabiskan waktu diluar sambil menikmati alkohol di hadapannya. Hal yang jarang pria itu lakukan tapi khusus malam ini, Nick membutuhkan alkohol untuk mengusir rasa suntuk di hatinya meski seperti