Claire menggeleng cepat, tidak ingin Levin salah sangka kepadanya.
“Maksudku bukan itu, Levin. Aku serius dengan ucapanku, tapi konteks penolakan yang aku maksud disini jika disebabkan karena respon Revel nantinya. Aku harus memikirkan kemungkinan terburuk. Andai Revel belum siap menerimamu sebagai daddynya, mau tidak mau aku harus menolak lamaranmu dan menunggu hingga Revel siap. Aku tidak mungkin memaksa Revel untuk menerima kehadiranmu hanya karena keinginan pribadi kita. Kamu paham maksudku kan?”Penjelasan Claire membuat Levin terdiam sejenak.“Apakah ada kemungkinan kalau Revel akan menolakku?”Kini, rasa kesal Levin berubah menjadi kecemasan. Jika dipikir-pikir, ucapan Claire ada benarnya. Bagaimanapun juga sekarang keputusan bukan hanya di tangan mereka berdua, tapi Revel juga memiliki andil dalam menentukan keputusan yang akan dibuat oleh Claire. Suara Revel menentukan hubungan Levin dan Claire ke depannya!“Entahlah, aku juga tidak bisa menebaknya haClaire menyentuh dagu bagian bawah, area yang disebutkan oleh Nick. Salah satu tempat dimana Levin menyematkan kissmark.“Lebih baik sekarang kamu pulang. Habiskan waktu bersama Revel. Jangan hanya menghabiskan waktu dengan si brengsek ini saja!” ketus Nick.Claire mengangguk. Ya, ucapan Nick benar, lebih baik menghabiskan waktu bersama Revel. Siapa tau dengan begitu bisa menyegarkan otaknya yang kusut kan? Bukankah selama ini Revel selalu bisa membuat suasana hati Claire menjadi lebih baik? Semoga saja kali ini putranya juga bisa menghapus rasa gundah yang menggelayuti hatinya! “Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Levin. Tolong beri aku waktu untuk sendiri, okay?”“Tapi…”“Tolong hormati permintaan Claire, Levin. Dan lagi masih ada hal lain yang harus aku bahas denganmu. Berdua saja.” Levin mendesah kesal. Ucapan Nick mengingatkan dirinya bahwa masih ada hal penting yang harus mereka bahas berdua. Oh, padahal tadi pagi Levin yang menelepon pria
Kini, setelah makan siang usai. Setelah mengantar Revel pulang dan menitipkannya pada Susan. Setelah Claire memberitahu Jane kalau dirinya ada urusan mendesak diluar kantor yang tentu saja langsung disetujui oleh Levin karena pria itu juga memiliki andil dan harus menemaninya, mereka bertiga memutuskan pergi ke salah satu café yang memiliki ruang tertutup. Tidak ingin pembicaraan mereka didengar oleh orang lain. “Jadi?”Hanya itu pertanyaan pembuka dari Nick. “Aku tau kamu pasti marah dengan apa yang kami lakukan.”“Tentu saja aku marah, Claire. Kenapa kamu mau ditiduri oleh pria brengsek ini dengan begitu mudahnya? Padahal dulu kamu paling anti dengan yang namanya seks sebelum menikah, tapi sekarang kamu malah melakukannya tanpa berpikir!” “Aku…”“Apakah kamu sudah memutuskan untuk menerima lamaran Levin?” sela Nick, mengabaikan penjelasan apapun yang ingin Claire berikan karena menurutnya itu semua pasti hanya sekedar alasan. “Untuk saat ini ak
“Kamu memang gila, Levin! Selalu melakukannya berkali-kali hingga membuatku lelah!” omel Claire dengan nafas terengah membuat pria itu tersenyum puas. Puas karena berhasil membuat wanitanya tergeletak lemas karena ulahnya.Puas karena berhasil memanjakan juniornya sebelum disibukkan dengan pekerjaan.“Aku memang gila dan itu semua karena kamu, Sayang! Kamu yang membuatku tergila-gila dan bertekuk lutut sampai seperti ini,” balas Levin tanpa dosa.Ucapan yang menimbulkan rona merah di pipi Claire. Tidak bisa dipungkiri kalau ucapan Levin membuatnya bangga karena dirinya sanggup membuat pria itu tergila-gila padanya. Semoga saja bukan hanya tergila-gila pada tubuhnya! Levin menatap Claire yang terbaring dengan mata terpejam, seolah masih ingin meresapi betapa nikmatnya percintaan mereka barusan, hingga satu kesadaran merasuk ke dalam benak Claire. Kesadaran yang membuat wanita itu membuka mata dengan panik dan menatap liar ke arah jam yang berada di sisi kiri rua
Claire melenguh pelan saat Levin kembali menguasai tubuhnya. Kembali menyatukan diri meski Claire berusaha menolak. Tapi sejak dulu Levin memang pantang ditolak, pria itu sengaja mengabaikan penolakan Claire dan terus melanjutkan niatnya! “Hentikan, Levin! Kita sedang di kantor!” pinta Claire dengan nada lirih, suaranya terdengar putus-putus karena hentakan Levin membuat tubuh mungil Claire terguncang. Ya, kali ini, Levin melakukan kegilaannya di sofa yang biasa digunakan saat pria itu ingin beristirahat, namun kali ini, Levin menjadikannya sebagai arena tempur untuk menggempur tubuh mungil Claire! Dengan posisi favorit Levin, dimana Claire berada di atas tubuhnya, namun bedanya kali ini Levin lah yang bergerak karena sejak awal Claire sulit diajak bekerjasama. Takut ada yang memergoki kegilaan mereka. Well, kegilaan Levin sebenarnya karena Claire sudah berusaha menolak cumbuan pria itu meski hasilnya nol besar! “Biarkan saja. Aku tidak peduli!” desis Levin tanpa berh
Claire menggeleng cepat, tidak ingin Levin salah sangka kepadanya. “Maksudku bukan itu, Levin. Aku serius dengan ucapanku, tapi konteks penolakan yang aku maksud disini jika disebabkan karena respon Revel nantinya. Aku harus memikirkan kemungkinan terburuk. Andai Revel belum siap menerimamu sebagai daddynya, mau tidak mau aku harus menolak lamaranmu dan menunggu hingga Revel siap. Aku tidak mungkin memaksa Revel untuk menerima kehadiranmu hanya karena keinginan pribadi kita. Kamu paham maksudku kan?”Penjelasan Claire membuat Levin terdiam sejenak. “Apakah ada kemungkinan kalau Revel akan menolakku?” Kini, rasa kesal Levin berubah menjadi kecemasan. Jika dipikir-pikir, ucapan Claire ada benarnya. Bagaimanapun juga sekarang keputusan bukan hanya di tangan mereka berdua, tapi Revel juga memiliki andil dalam menentukan keputusan yang akan dibuat oleh Claire. Suara Revel menentukan hubungan Levin dan Claire ke depannya!“Entahlah, aku juga tidak bisa menebaknya ha
Claire mengerjap, lidahnya terasa kelu. Meski hatinya kaget luar biasa, tapi bibirnya belum sanggup mengeluarkan kata-kata apapun. Otaknya masih sibuk mencerna foto di hadapannya. Foto yang diambil tanpa sepengetahuannya. Tanpa seizinnya! “Ini… Bagaimana… “Claire tidak sanggup menyelesaikan pertanyaannya saking shocknya. Claire menarik nafas panjang, menenangkan diri sejenak sebelum mengajukan pertanyaan dengan kalimat yang lebih lengkap dan dapat dipahami.“Bagaimana bisa muncul foto seperti ini? Siapa yang menyebarkannya?”“Aku tidak tau siapa yang menyebarkannya, tapi yang pasti, foto ini sudah tersebar luas ke seluruh kantor dan sekarang para karyawan, terlebih yang berjenis kelamin wanita, sedang heboh dan patah hati karena kamu!” beritahu Jane.Pemberitahuan yang membuat Claire mengerang frustasi hingga wanita itu meremas rambutnya dengan kesal! Heran, kenapa sejak ada Levin hidupnya tidak bisa tenang?Oh, apakah kali ini Claire harus menyalahkan