Home / Romansa / Satu Tahun Jadi Istrimu / Bab 2. Satu Tahun atau Tidak Sama Sekali

Share

Bab 2. Satu Tahun atau Tidak Sama Sekali

Author: Liani April
last update Last Updated: 2025-07-09 15:04:59

Tavira tetap diam saat resepsionis menutup pintu, meninggalkan mereka berdua di ruangan yang terasa lebih sunyi daripada seharusnya.

Lelaki yang selama ini hanya ia lihat lewat layar berita, kini berdiri tepat di hadapannya. Jauh lebih nyata, lebih dingin, dan lebih tak terjangkau daripada semua fantasinya.

“Silakan duduk,” ujar Darian, datar.

Tavira menurut. Duduk tegak, menjaga sikap meski pikirannya masih liar. Sempat ia berpikir aneh. Mereka di hotel, hanya berdua. Mungkinkah…? Tidak. Wajah Darian terlalu datar untuk menyimpan hasrat padanya.

Ia menatap pria itu penuh tanya. “Kenapa aku dipanggil ke sini?”

Tanpa menjawab, Darian mengambil map hitam dari meja, mengeluarkan selembar kertas, dan mendorongnya ke arah Tavira.

“Bacalah.”

Tavira menunduk. Matanya menyusuri baris-baris tulisan itu. Napasnya tercekat saat sampai di paragraf kedua.

PERJANJIAN PERNIKAHAN KONTRAK — DURASI: SATU TAHUN.

Ia menatap Darian, butuh penjelasan. “Apa ini?”

“Pernikahan kontrak. Selama satu tahun. Setelah itu kita berpisah. Tanpa keterikatan, tanpa drama.”

Tavira mengernyit. Itu bukan yang ia dengar dari sang mama.

“Maaf… aku gak mengerti.”

Darian menyandarkan tubuhnya ke sofa. Mengintimidasi Tavira dengan tatapan tajamnya.

“Aku gak setuju dengan perjodohan ini. Aku gak mau hidupku diatur seperti masa lalu. Aku yang menentukan kapan dan dengan siapa aku menikah.”

Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti palu menghantam jantung Tavira.

“Jadi... kamu gak setuju dengan perjodohan ini?” suaranya melemah, nyaris tak terdengar.

“Sudah pasti tidak.” Darian tak ragu. “Konyol saja. Ini abad ke-21.”

Dan saat itu, Tavira sadar. Rupanya selama ini hanya dia yang antusias tentang perjodohan. Selama ini cintanya pada Darian bertepuk sebelah tangan.

Ia menatap Darian dengan mata yang berusaha tetap kuat. “Kalau begitu, kenapa gak membatalkan saja semuanya?”

“Aku gak mau membuat orang tuaku malu. Mereka sudah menyiapkan segalanya. Kita akan tetap menikah, tapi hanya setahun. Setelah itu, aku yang akan mengurus perceraiannya. Aku akan beri alasan yang bisa diterima semua pihak.”

Tenangnya Darian menyampaikan rencana itu membuat Tavira merasa dirinya hanya angka dalam persamaan bisnis. Jika Tavira jadi dia, tentu tidak akan setenang itu.

“Bercerai?” gumam Tavira, getir. “Bagimu mungkin gak masalah. Tapi aku seorang wanita. Setelah bercerai, akan ada komentar negatif orang-orang tentangku."

Darian membuka lembar berikutnya, lalu mengetukkan jarinya pada bagian dengan cetakan tebal.

Kompensasi: Rp5.000.000.000.

“Aku sudah memikirkan itu. Kamu akan mendapat kompensasi setelah bercerai. Lima miliar. Gunakan sesukamu. Termasuk, kalau kamu ingin membungkam mulut orang-orang yang suka berkomentar negatif.”

Tavira menatap angka itu lama. Angka yang membuat perutnya mual, bukan karena nilainya, tapi karena cara ia dinilai.

“Aku gak butuh uangmu,” gumam Tavira dingin.

Alih-alih terkejut, Darian justru terlihat semakin tertarik. Nada bicaranya naik setengah oktaf.

“Lima miliar terlalu kecil? Oke. Bagaimana dengan sepuluh miliar?”

Tavira mengepalkan jemari. Matanya mulai bergetar. Penghinaan yang dibungkus uang terasa lebih menyakitkan.

“Lima puluh miliar,” kata Darian akhirnya. “Setelah kita bercerai, kamu bisa menerimanya. Penawaran terakhir.”

Tavira tak menjawab. Ia menatap pria itu dengan tatapan kosong. Ingin marah, tapi lebih ingin menangis. Ia bahkan belum pernah menyentuh ratusan juta. Dan kini, ia ditawari harga dirinya seharga lima puluh miliar.

Darian berdiri. “Kamu gak perlu jawab sekarang. Kamu punya waktu sampai pertemuan malam nanti.”

Ia menatap Tavira sekali lagi, lalu menambahkan, “Beri aku tanda. Kalau kamu setuju, minum dari gelasmu. Kalau menolak, letakkan sendok di sebelah kanan piringmu.”

Tavira masih terpaku di tempat. Ingin ia bangkit dan pergi, tapi satu pertanyaan terlepas begitu saja dari bibirnya.

“Kalau aku gak setuju?”

Keheningan mengendap sesaat.

Darian menyipitkan mata. “Maka aku akan membatalkan pernikahan ini dengan cara yang bahkan gak bisa kamu bayangkan. Yang jelas, bukan hanya keluargaku yang akan malu, tapi juga mamamu.”

Sebuah ancaman. Dingin. Tegas. Seolah-olah bukan hati Tavira yang sedang ia hancurkan, tapi hanya dokumen yang bisa ia robek kapan saja.

“Pikirkan baik-baik. Kamu gak kehilangan apa pun. Kamu tetap menikah. Kamu bebas setelahnya. Dan kamu dapat uang.”

Cukup. Tavira muak mendengarkan kata uang dan uang yang sedari tadi ditekankan Darian. Tavira berdiri. Menghentakkan kaki. Dia hendak pergi sebelum Darian yang mengusirnya.

“Sampai bertemu nanti malam, Darian!”

Langkah Tavira mantap, tapi dadanya terasa pecah. Sepanjang lorong hotel, ia menahan napas, menahan air mata yang tak ingin jatuh.

Dulu ia menyukai Darian bahkan sebelum mengenalnya. Ia menolak banyak pria demi menjaga perasaannya hanya untuk Darian. Ia membatasi diri. Menyiapkan diri. Menjadi calon istri yang baik. Tapi ternyata, cintanya hanya dianggap lelucon mahal.

Lucu. Tavira berharap perjuangannya memantaskan diri berujung dibalas mencintai oleh Darian. Tidak banyak, cukup menerimanya saja.

Bukannya diterima, Tavira malah ditawar oleh angka. Mungkin mudah baginya membuang bermiliar-miliar. Termasuk membuang hubungan yang sudah Tavira nanti-nantikan sejak lama.

Darian, kamu jahat.

Sesampainya di rumah, Tavira membuka pintu kamar dan melihat gaun merah muda yang ditaruh sembarangan di atas kasur. Beberapa waktu lalu ia bahagia hanya dengan menatapnya saja, kini euforia itu telah hancur.

Tavira mengingat lagi percakapan dengan Darian.

Pernikahan satu tahun? Atau tidak menikah sama sekali?

Ia melirik ke luar kamar, melihat sang mama yang masih duduk dengan wajah bahagia mengenakan gaun merah marun.

Tak tahu bahwa harapan putrinya baru saja dicabik-cabik.

Ma... aku harus apa?

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pryono Dian
apa pilihan Tavira
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 180. Bertemu

    Udara malam di gang itu terasa dingin, tapi dada Darian panas seperti disulut dari dalam.Ia tidak tahu harus melakukan apa. Tas di tangannya menjadi alasan semu untuk tetap berdiri di tempat. Sementara Tavira menatapnya tak berkedip, seolah tak yakin sosok di depannya benar-benar nyata.“Tavira.”Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulutnya, pelan, nyaris serak.Tavira masih diam. Matanya menatap Darian lama, sangat lama, seakan mencoba memastikan bahwa semua ini bukan permainan cahaya atau ilusi kenangan yang sering menghantuinya di malam sepi.Begitu Darian melangkah setengah langkah mendekat, Tavira mundur spontan. Gerakannya refleks, tapi cukup untuk membuat sesuatu di dada Darian retak pelan.Darian berhenti di tempat. Menunduk sedikit, lalu mengembuskan napas pelan.“Aku hanya mau mengembalikan ini.”Darian mengulurkan tas yang tadi direbut dari pencopet, nada suaranya terkendali tapi bergetar d

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 179. Penonton Dari Jauh

    Sudah tiga hari berlalu sejak Darian menemukan Bloomia.Namun setiap kali pikirannya mencoba fokus pada laporan proyek, nama toko itu selalu muncul kembali di sudut benaknya, seperti aroma bunga yang samar tapi tidak pernah benar-benar hilang.Ia masih di Malang.Alasan resminya, meninjau progres proyek tahap dua Green Arcadia.Alasan sebenarnya, ia belum siap pergi. Belum siap meninggalkan kota yang diam-diam menyimpan seseorang yang selama ini hanya hadir dalam mimpi.Pagi itu, setelah rapat dengan tim arsitek, Darian duduk sendirian di kafe kecil di seberang jalan. Di hadapannya, secangkir kopi hitam sudah dingin. Ia menatap ke seberang, ke arah toko yang jendelanya dihiasi bunga mawar dan lily beraneka warna. Bloomia.Tirai putih di jendela terbuka setengah. Di dalam, Tavira tampak sibuk melayani pelanggan. Gerak tubuhnya ringan dan cekatan, senyumnya tulus, matanya tenang.Darian tidak bisa menahan senyum samar yang muncul di bib

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 178. Bunga Untuk Awal Baru

    Hari di Malang cerah. Udara sejuk, langit biru muda dengan awan berarak lambat di atas deretan bukit jauh di sana. Mobil hitam yang ditumpangi Darian berhenti di depan area proyek Green Arcadia, kawasan perumahan ramah lingkungan yang sedang dibangun di pinggiran kota.Darian turun dari mobil, mengenakan kemeja abu muda dan jas ringan. Sikapnya tetap tenang, formal, seperti biasa. Namun di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Perasaan asing yang muncul setiap kali ia menjejak tanah Malang.Ia menyusuri area proyek, meninjau pembangunan perumahan tahap awal. Para pekerja menyapa hormat, dan ia membalas dengan anggukan pendek. Satu per satu laporan ia baca, revisi ia berikan, dan instruksi keluar dari mulutnya dengan nada tegas tapi tidak berlebihan.Semuanya tampak biasa. Profesional.Namun setiap kali ia menatap langit biru di atas sana, pikirannya melayang. Ada nama yang berkali-kali muncul tanpa izin.Sore mulai turun. M

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 177. Nama yang Terucap

    Malam itu, jalan tol menuju Jakarta basah oleh embun. Mobil yang mereka tumpangi meluncur stabil di jalur kanan, meninggalkan kota Malang yang perlahan tenggelam di belakang.Eshan duduk di kursi depan, sementara Darian bersandar di kursi belakang, matanya terpejam setengah. Pria itu sudah tertidur ringan, napasnya pelan, bahunya bergerak tenang seiring ritme mobil.Kelelahan setelah serangkaian rapat dan inspeksi proyek membuat tubuhnya terasa berat, tapi pikirannya belum sepenuhnya tenang. Lampu-lampu kendaraan yang berpapasan memantul di wajahnya sesekali, menciptakan bayangan bergerak di permukaan kulitnya.Mobil berguncang ringan, dan di tengah keheningan itulah suara berdering pelan terdengar dari kursi depan. Nada dering lembut, milik Eshan. Pria itu menoleh cepat, menurunkan volumenya sebelum menjawab dengan suara pelan.“Hallo?”Darian masih setengah sadar, tapi tidak sepenuhnya tertidur. Suara lembut Eshan di depan sana tentu bisa kedenga

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 176. Bloomia

    Langit Malang sore itu berwarna lembut, perpaduan biru muda dan jingga pucat.Udara di kota itu terasa berbeda. Tidak sepadat kota besar, tapi juga tidak terlalu sunyi. Ada ritme yang tenang, seolah setiap hembus angin membawa jeda untuk berpikir.Mobil perusahaan berhenti di depan gerbang proyek. Plang bertuliskan Green Arcadia - Malang Site Development berdiri tegak di pinggir jalan, diapit dua pohon flamboyan yang mulai berbunga.Darian turun, mengenakan kemeja putih dan celana bahan abu tua. Ia menatap sekeliling lahan luas yang akan dikembangkan menjadi kompleks hunian ramah lingkungan.Tim lokal sudah menunggu di bawah tenda kecil, lengkap dengan peta lokasi dan rencana gambar 3D yang terpampang di layar.“Selamat datang di Malang, Pak Darian,” sambut kepala proyek, Pak Anwar, sambil menyalami tangannya dengan sopan.“Kami sudah siapkan laporan survei dan beberapa rekomendasi arsitektur.”Darian mengangguk kecil. “Baik, mari kit

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 175. Ke Kota Malang

    Ruang rapat lantai dua puluh terasa berbeda pagi itu. Bukan hanya karena kehadiran seluruh kepala divisi, tapi juga karena suasana yang lebih hidup dari biasanya.Slide demi slide di layar menampilkan visi proyek Green Arcadia. Hunian ramah lingkungan yang menggabungkan teknologi, arsitektur hijau, dan keseimbangan hidup urban.Darian duduk di ujung meja, memperhatikan dengan tenang. Kemejanya putih polos, tanpa dasi, dan lengan digulung sampai siku.Wajahnya tetap serius seperti biasa, tapi Eshan yang duduk di sebelahnya tahu. Ini adalah versi Darian yang paling fokus setelah sekian lama.“Target pasar kita adalah keluarga muda dan profesional yang mencari keseimbangan antara kota dan alam,” jelas seorang manajer proyek dengan penuh semangat.“Kami sudah menyiapkan tiga konsep desain berbeda, tergantung lokasi dan kontur tanah di tiap kota.”Darian menautkan jemarinya di atas meja.“Baik. Tapi pastikan konsep itu nggak hanya menarik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status