Share

Sayang, Aku Hanya Asal Omong!
Sayang, Aku Hanya Asal Omong!
Author: Yessika Sutomo

Bab 1

Author: Yessika Sutomo
"Jangan menangis."

"Aku akan bertanggung jawab nanti."

Pria itu menggigit lehernya, suara serak dan beratnya terdengar di telinganya. Dia ketakutan dan menangis memohon, tetapi tetap tidak bisa melawan keganasan pria itu dalam merobek pakaiannya.

"Ah!"

Yovita langsung terduduk dengan keringat dingin membasahi dahinya. Dia menekan jantungnya yang berdetak kencang. Butuh waktu lama untuk Yovita bisa menenangkan diri.

Mimpi buruk itu lagi.

Yovita bermimpi tentang malam dari tiga bulan yang lalu, ketika dia diseret oleh seorang pria asing ke dalam kamar, lalu dipaksa berhubungan dengannya.

Sampai sekarang, kejadian itu masih menjadi mimpi buruk yang membuat Yovita sulit tidur.

Dia tidak berani menceritakan kejadian itu kepada siapa pun, karena dia sudah memiliki seorang suami.

Suaminya adalah putra kedua Keluarga Darian, Davin Darian.

Lebih dari setahun yang lalu, Nenek dari Keluarga Darian berkonsultasi dengan seorang peramal. Katanya Keluarga Darian akan menghadapi malapetaka besar dalam dua tahun. Mereka membutuhkan seorang gadis yang lahir pada tanggal 9 September jam 9 pagi untuk menjadi menantu mereka. Ini untuk membawa keberuntungan pada Keluarga Darian.

Yovita-lah yang terpilih.

Gadis miskin yang sejak kecil berjuang mencari nafkah, tiba-tiba menjadi istri dari putra kedua keluarga kaya, dengan mahar sebanyak 10 miliar. Uang sebanyak itu bisa membeli kebebasannya selama dua tahun, membuat keluarganya hidup berkecukupan.

Yovita harus menemani wanita tua itu berpuasa dan berdoa setiap hari, sekaligus menghabiskan dua jam sehari menyalin kitab suci di aula leluhur. Ini adalah untuk menjaga keselamatan Keluarga Darian, sekaligus menjaga nama baik Davin.

Davin memiliki kelakuan yang buruk, suka bermain-main dengan wanita. Kehidupan pribadinya sangat memalukan.

Malam itu, jika saja Yovita tidak pergi untuk berurusan dengan selingkuhan Davin, dia tidak akan mengalami hal seperti itu.

Yovita memejamkan mata dengan ekspresi kesakitan. Wajah cantiknya tampak pucat, seakan hampir tembus pandang. Hatinya bergejolak penuh penderitaan.

Yovita membalikkan badan, meringkuk, lalu menyembuhkan lukanya dalam diam.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Yovita tiba-tiba membuka mata. Dia menyingkap selimut, menatap perutnya yang masih rata.

Alarm di kepalanya tiba-tiba berbunyi keras!

Dia sudah lama tidak haid!

Keesokan harinya, di dalam kamar mandi yang tertutup, Yovita menatap dua garis di alat tes kehamilan. Tubuhnya langsung menegang seperti tersambar petir.

Bagaimana bisa dia hamil?

Yovita tidak tahu siapa pria di malam itu. Setelah kejadian itu, Yovita langsung kabur, tidak lagi berniat menemui simpanan Davin. Yovita langsung pulang ke kediaman Keluarga Darian. Setelah kembali, dia tidak bisa tidur selama sepanjang malam. Dalam ketakutannya, Yovita lupa meminum pil KB.

Selama beberapa waktu ini, Yovita hidup dalam kebingungan. Jika bukan karena merasa ada yang aneh tadi malam, lalu hari ini Yovita diam-diam mengambil alat tes kehamilan milik pelayan, dia tidak akan menemukan masalah sebesar ini.

Ini benar-benar seperti sambaran petir di siang bolong!

Karena Davin menolak pernikahan ini, pria itu tidak pernah menyentuhnya. Jika Keluarga Darian tahu bahwa anak ini bukanlah anak Davin, mereka pasti akan membunuhnya.

Sekarang, Yovita hanya perlu menunggu tiga bulan lagi sebelum akhirnya bisa bebas. Bagaimana mungkin dia hamil pada saat seperti ini?

Tidak, dia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakannya. Bisa saja alat tes kehamilan ini bermasalah.

Yovita membuang alat tes kehamilan ke dalam toilet, menyiramnya, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.

"Bu Yovita," sapa Bibi Sarti yang menunggu di luar.

Karena Yovita sudah menjadi vegetarian selama bertahun-tahun, wajahnya sangat pucat dan badannya tampak lemah. Seolah-olah angin kencang bisa meniupnya pergi.

"Aku mau keluar sebentar," kata Yovita.

"Biar aku temani. Kamu mau pergi ke mana?" balas Bibi Sarti.

Kening Yovita berkerut. Selama lebih dari setahun ini, Keluarga Darian tidak pernah membiarkannya keluar sendirian. Ini untuk mencegah agar Yovita tidak kehilangan kendali, lalu memakan daging. Ke mana pun Yovita pergi, akan selalu ada orang yang mengawasi. Kecuali jika Yovita pergi menemui Davin.

Ketika melihat Yovita tidak menjawab, Bibi Sarti berkata lagi, "Bu Yovita, kamu sebaiknya jangan keluar. Malam ini Pak Alex akan pulang dari luar negeri untuk makan malam bersama. Tolong telepon Pak Davin, suruh dia pulang untuk makan malam."

Pas sekali.

Yovita mengambil ponselnya untuk menelepon Davin.

Begitu panggilan tersambung, terdengar suara benturan yang membuat otak Yovita menegang. Kemudian, Davin berkata dengan tidak sabaran, "Kenapa kamu menggangguku lagi? Apa kamu mau memeriksaku lagi? Aku sedang sibuk. Kalau ada yang ingin kamu katakan, cepat katakan!"

Yovita tetap tenang. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan Davin, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Nenek menyuruhmu pulang untuk makan malam."

"Kamu masih harus menggangguku untuk masalah sepele seperti ini? Baiklah, aku mengerti!" ujar Davin.

Saat hendak menutup telepon, tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Yovita. "Tunggu! Apa kamu sudah menyiapkan pil KB? Apa kondomnya cukup? Aku bisa mengantarkannya." Dia membutuh alasan yang masuk akal untuk bisa keluar.

Suara Davin terdengar melembut. Sepertinya dia merasa terkejut sebentar, tetapi tawa arogannya segera terdengar. Dia berkata, "Ya, makin banyak kondom akan makin baik. Cepat antarkan untukku. Aku di Hotel Jawara, kamar 3806."

Telepon pun ditutup.

Yovita berkata, "Bibi Sarti, aku mau mengantarkan sesuatu untuk Pak Davin."

Bibi Sarti tersenyum. "Baiklah, aku akan menyuruh mereka menyiapkan mobil."

Tak lama kemudian, sebuah Bentley berhenti di depan Yovita. Selain sopir, di kursi depan ada seorang pengawal.

Katanya dia adalah pengawal, tetapi tugas sebenarnya adalah untuk mengawasi Yovita, agar tidak diam-diam memakan daging, hingga merusak rencana besar Keluarga Darian.

Yovita masuk ke dalam mobil. Tiga orang itu berkendara dalam diam menuju Hotel Jawara. Di perjalanan, Yovita melihat sebuah klinik kecil.

Yovita bertanya-tanya apakah dia bisa melakukan pemeriksaan di sini. Jadi, Yovita memutuskan untuk mencobanya saja. Dia merasa seharusnya dia tidak perlu melakukan pengambilan darah, atau pun pendaftaran dengan nama asli di klinik seperti ini.

"Hentikan mobilnya. Aku mau pergi ke klinik untuk membeli sesuatu untuk Pak Davin," kata Yovita.

Pengawal itu bertanya, "Bu Yovita, apa yang ingin kamu beli? Aku saja yang membelikannya. Beberapa bulan lalu kamu kabur dari hotel sendirian, membuat Bu Widya sangat marah, jadi ...."

Yovita langsung memotongnya, "Pil KB, dia membutuhkannya sekarang."

Pengawal itu terdiam sejenak. Hal pribadi seperti itu lebih baik dibeli sendiri oleh Yovita. Jadi, pengawal itu turun untuk membukakan pintu.

Yovita berjalan menuju klinik, sementara pengawal itu mengikuti.

Pada akhir Oktober, udara mulai menjadi dingin.

Sesampainya di depan klinik, Yovita menggigil sedikit, lalu menyuruh pengawal kembali untuk mengambilkan jaket. Pengawal itu menoleh ke arah klinik, berpikir bahwa tidak akan ada makanan apa pun di sana. Jadi, dia pun kembali ke mobil.

Begitu dia pergi, Yovita langsung memasang masker, segera masuk ke dalam klinik. Dia menemui dokter, lalu bertanya dengan suara pelan, "Bisakah aku melakukan USG di sini?"

"Tentu!"

Tebakan Yovita benar!

"Tolong lakukan untukku. Tolong cepatlah!" ujar Yovita.

Ketika dokter melihat sikap Yovita yang sangat terburu-buru, dia mengira telah terjadi sesuatu pada bayinya. Jadi, dokter langsung membawa Yovita ke ruang periksa di dalam, lalu menutup pintu.

Yovita melihat ke arah pintu dengan khawatir, takut pengawal akan masuk. Dia juga terus mendesak dokter untuk segera melakukan USG.

Yovita merasa sangat cemas. Jantungnya berdebar seperti gendang, lalu dia memberikan nama palsu.

Dokter memeriksanya sambil berkata, "Jangan khawatir .... Selamat, kandunganmu sudah tiga bulan lebih."

Yovita tidak mendengar apa yang dokter katakan selanjutnya. Dia hanya merasa kepalanya berdering, lalu pikirannya kosong.

Harapan bahwa alat tes kehamilan itu tidak akurat juga sirna.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter menuliskan resep sambil berkata, "Kalau janinnya sudah berusia empat bulan, pergilah ke rumah sakit besar ...."

Napas Yovita tersengal, punggungnya berkeringat dingin. Dia tidak menunggu dokter selesai bicara, langsung terburu-buru bertanya, "Apa aku bisa menggugurkannya?"

"Hah? Kalau sudah tiga bulan lebih, itu sama seperti induksi persalinan, nggak disarankan untuk melakukan aborsi. Lagi pula, kalau kamu ingin menggugurkannya, kamu harus mengajak suamimu. Dia harus setuju."

Yovita berbohong, "Aku nggak punya suami. Aku nggak menginginkan anak ini."

Dokter menjelaskan, "Di sini nggak ada fasilitas untuk aborsi, jadi kamu harus pergi ke rumah sakit besar. Tapi aku sarankan ...."

Tok, tok ….

Suara ketukan pintu terdengar memaksa seperti biasa.

Pengawal itu datang ke sini untuk mencari Yovita.

Setetes keringat dingin mengalir dari dahi Yovita. Dia langsung menghapusnya, memaksa dirinya untuk tetap tenang.

Setelah meletakkan uang di bawah selimut, Yovita meminta dokter merahasiakannya.

Yovita meraba masker di wajahnya, mendapati bahwa maskernya masih terpasang rapi.

Dia pun membuka pintu untuk keluar.

Pengawal yang melihatnya langsung merasa lega. Dia takut Yovita akan diam-diam pergi makan di luar.

"Bu Yovita."

"Hmm, aku datang untuk memeriksakan lututku yang sakit. Ayo pergi," kata Yovita.

"Ya."

Pengawal itu tahu bahwa Yovita sering berlutut di aula leluhur, hingga lututnya cedera. Jadi, pengawal itu pergi tanpa merasa curiga.

Sebelum pergi, pengawal itu melirik ke dalam ruangan, melihat dokter membersihkan alatnya dengan ekspresi bingung.

Namun, pengawal itu tidak terlalu memikirkannya.

Yovita membeli barang, lalu naik ke mobil lagi. Kecemasan, kebingungan, serta kekesalan di hatinya mencapai puncaknya.

Ketika pengawal mengatakan bahwa mereka sudah sampai di hotel, Yovita baru membuka matanya.

Dia naik ke atas. Pengawal berpikir karena Yovita mengantarkan barang untuk Davin, serta tidak ada makanan yang bisa dicuri, dia akan menunggu di bawah seperti kemarin.

Yovita sampai di kamar 3806, lalu mengetuk pintu.

Satu menit kemudian, pintu akhirnya terbuka. Yovita tidak mendongak, hanya melihat orang yang membuka pintu memakai handuk, memiliki otot perut yang terlihat jelas. Hormon maskulin menguar, sementara tubuh pria itu berkilau karena tetesan air, menambah daya tarik sensualnya.

Yovita tidak ingin melihat wajah Davin. Dia langsung menyodorkan barang di tangannya. "Ini obat dan kondom yang kamu minta."

Orang itu tidak mengambilnya.

Yovita yang merasa kesal akhirnya mendongak.

Dia langsung tertegun.

Bukan Davin.

Wajah pria ini tampan, dengan garis wajah yang tegas. Rambutnya dipotong pendek, mata dalamnya menatap Yovita dengan tajam seperti serigala.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 100

    Setelah mengalami begitu banyak tekanan, Yovita mengira dia akan menggila.Hanya saja anehnya dia tiba-tiba merasa tenang.Dia bahkan tidak meringkuk ketakutan lagi, melainkan duduk di tempat tidurnya untuk menghadapi langit malam yang gelap.…Keesokan harinya.Cindy tiba di rumah sakit, dia ingin memulai balas dendamnya pada Yovita secara resmi. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.Dia membeli beberapa buah dan pergi ke kamar pasien Thomas. Pada saat ini, Thomas sedang diinfus di dalam kamar. "Halo, Paman.""Oh? Halo, ternyata kamu," kata Thomas sambil tersenyum. "Kamulah yang bawa aku ke rumah Keluarga Darian sebelum ini. Kalau bukan karenamu, aku benar-benar nggak tahu betapa menderitanya Yovita di sana. Terima kasih.""Paman, ucapanmu terlalu sungkan. Yovita dan aku adalah teman baik. Akhir-akhir ini Yovita terbebani oleh masalah 10 miliar, jadi dia nggak bisa datang menjengukmu dan minta aku untuk datang.""10 miliar? Masalah apa itu?""Paman nggak tahu? Yovita

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 99

    Alex berdiri, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memakan semangkuk mi ini. Cindy buru-buru bertanya. "Pak Alex, apakah kamu nggak mau makan mi ini?"Pria itu mengeluarkan ponsel, lalu mentransfer satu miliar padanya sambil berkata, "Jangan khawatirkan aku. Tidurlah lebih awal, aku masih punya urusan." Setelah mengatakan ini, Alex berjalan meninggalkan halaman. Sosoknya yang tinggi segera menghilang di tengah langit malam.Cindy merasa sangat senang saat melihat notifikasi di ponselnya.Alex lebih murah hati daripada Davin, dia bahkan memberi satu miliar demi semangkuk mi ini. Cindy telah mempelajari banyak keterampilan untuk menggoda Davin, dia bahkan juga pernah melakukan aborsi, tapi uang yang diberikan oleh Davin tidak mencapai satu miliar.Hanya saja, Cindy masih merasa kecewa.Alangkah baiknya jika Alex ingin melakukannya dengannya. Dia sangat ingin melakukan hal itu dengannya.Cindy membawa mangkuk mi itu ke dapur dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Setelah

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 98

    Yovita menghela napas lega saat melihat kepergian Davin, panggilan itu benar-benar datang di saat yang tepat.Dia mematikan air dan berjalan keluar.Akhirnya dia berhasil melewati masalah ini.Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 23.30 tepat.Pada saat ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan suara WhatsApp.Sebuah foto profil berwarna hitam muncul di layer ponsel Yovita.Itu adalah panggilan dari Alex.Pria itu meneleponnya di saat yang tepat.Seperti surat perintah hukuman mati, seolah-olah pria itu tidak akan menyerah sampai dia menjawab panggilan ini.Yovita menjawab panggilan ini, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Tidak lama kemudian dia mendengar suara berat Alex dari ujung lain panggilan. "Di mana kamu?"Yovita berkata, "Kak, aku hampir sampai di sana. Aku akan segera memasaknya untukmu.""Bagus sekali."Alex memutuskan panggilan, lalu mengambil headset Bluetooth-nya dan menyalakan kamera, layar laptop menunjukkan sekelompok direktur yang berpakaian dengan rapi."Lanj

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 97

    Langit malam sangat gelap, cuacanya juga sangat sejuk.Saat melewati hutan maple, angin berdesir yang membuat dedaunan gugur dan menyentuh pergelangan kaki Yovita. Daun ini bagaikan sebilah pisau yang melukai kaki Yovita dan membuatnya gelisah.Davin telah mengutus seseorang untuk memanggilnya, tapi Alex tetap diam.Yovita merasa Alex yakin dia tidak mungkin tidak pergi dan juga tidak berani melawan.Dia juga mengetahui jika dia tidak membuatkan camilan, Alex tidak akan melepaskannya.Yovita berdiri di persimpangan kamar timur dan barat. Lampu di kedua halaman menyala, cahayanya menyebar sejauh puluhan meter, seperti cahaya penuntun jalan baginya.Membiarkan Yovita memilih jalan mana yang harus diambil.Yovita berdiri di tempat selama 10 detik, lalu segera berbalik dan pergi ke kamar timur.Pengurus rumah tangga baru yang bernama Bibi Eni sedang menunggunya. Dia menyapanya dengan hormat. "Bu Yovita."Yovita membalas sapaannya. Bibi Eni berkata, "Pak Davin sedang mandi. Dia meminta And

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 96

    Yovita berkata, "Tadi aku lagi cari baju." Dia berjalan ke jendela untuk menuang segelas air untuk mengalihkan perhatian Davin.Benar saja, Davin berjalan mendekat, lalu duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kakinya.Jantung Yovita berdetak dengan cepat, tadi Alex baru saja duduk di sana.Davin mendengus. "Apakah kamu sehabis pakai parfum di sini?"Dia belum pernah benar-benar memasuki kamar Yovita karena dia meremehkan wanita ini. Biasanya Davin hanya berdiri di depan pintu.Ternyata kamar ini sangat harum?Yovita menyerahkan segelas air hangat untuknya. "Aku nggak pakai parfum."Davin tidak menjawab, melainkan menyeringai. "Kamu menyerahkan air dan mencoba merayuku lagi, apakah kamu sedang bernafsu lagi?""Nggak.""Jangan terus bilang nggak. Nggak peduli apa pun jawabanmu, cepat rapikan lemarimu. Aku mau gantung beberapa pakaianku di dalam. Mulai malam ini aku akan tinggal bersamamu. Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, aku juga bisa membiarkanmu tidur di sampingku setiap ma

  • Sayang, Aku Hanya Asal Omong!   Bab 95

    Otot paha pria ini terasa kuat dan keras di balik pakaian tipisnya.Suhu tubuh mereka saling meningkat, pembuluh darah mereka juga saling berdenyut saat kulit mereka bersentuhan.Alex meletakkan satu tangan di bagian belakang kepala Yovita, lalu mencengkeram pinggangnya dengan tangan yang lain, ciuman ini semakin lama semakin panas dan dalam.Yovita bisa merasakan perubahan pada tubuh Alex dengan jelas, dia merasa panik dan ketakutan, tapi tidak berani bergerak.Karena dia mengetahui jika pria ini mampu melakukan tindakan keji seperti itu!Saat ciuman ini berakhir, Yovita bersandar dengan lemas di dada Alex karena kekurangan oksigen. Pikirannya menjadi gelap, kedua matanya juga berkaca-kaca.Alex terkekeh. "Kapasitas paru-parumu cuma sebesar ini?"Lima detik kemudian, Yovita akhirnya tersadar kembali. Dia mendongak dan hendak berdiri, tapi Alex menghentikannya.Tangan pria itu menekan perut Yovita, tanpa mengungkit masalah anak atau kehamilannya, tapi tindakan ini sudah cukup membuat Y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status