Keesokan paginya, Aarav sedang duduk di kelas. Dia terlihat santai membaca buku IPA. apalagi hari ini akan ada ulangan yang membuatnya harus fokus belajar. Reina berjalan menghampirinya dan tersenyum kecil. Dia berdiri di depan cowok itu. "Hai Bung. Apa kabar? Ngomong omong makasih ya kemarin," ucap Reina. Aarav hanya diam. "Kok diam sih? Kamu denger gak aku ngomong ma--" "Makasih 'kan? Iya sama-sama. Aku juga sebenarnya tidak niat nolongin kamu, kamunya aja yang maksa aku," bantah Aarav. Reina memutar bola matanya malas. "Tapi kamu mau 'kan?" "Ya iyalah. Meski akhirnya aku juga yang dapat hukuman." Reina tertawa kecil. "Iya-iya maaf. Aku janji tidak akan ngerepotin kamu lagi," janji Reina. Aarav hanya diam dan menatap Reina kesal kemudian kembali membaca bukunya. Reina memutar bola matanya malas kemudian duduk di bangkunya. Beberapa saat kemudian Pak guru datang ke kelas dengan wajah lesu. Tidak seperti biasanya
Reina melangkahkan kakinya keluar kelas dan pergi ke dapur. Di tengah jalan dia tidak sengaja menabrak seorang gadis dan menumpahkan sedikit kuah di bajunya.Melihat hal itu, Reina menjadi sangat khawatir. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Keringat dingin bercucuran membasahi rambut dan dahinya. Sorot mata sibuk menatap gadis yang ada di hadapannya dengan rasa bersalah."Aku minta maaf. Tadi aku---""Hei! Kalau jalan itu pakai mata! Itu baju mahal tau!" ucap seorang pria yang membuat Reina terkejut dia pun menoleh ke arah sumber suara.Mata Reina membulat melihat Aarav berjalan menghampirinya. Dia berniat menggodanya."Tapi aku jalan tadi pake kaki, kalau pake mata tidak akan bisa," bantah Reina.Aarav mengembuskan napasnya."Dengar. Bukan itu maksudku! Kalau jalan itu lihat-lihat. Kasihan kan dia jadi kotor gara-gara kamu!" kata Aarav sambil melirik gadis itu.Reina memutar bola matanya malas. Dia mengan
Di perjalanan, Reina terus saja memandangi isi mobil tersebut. Mulai dari alat setir, kursi, hingga radio kecil yang ada di sana. Volume AC yang tinggi membuat suasana di mobil menjadi dingin. Berulang kali gadis itu menggosok-gosok tangannya untuk mencari kehangatan. Aarav sedang sibuk menyetir. Dia tidak sengaja melihat Reina menggigil akibat kedinginan dan tersenyum. Tangannya segera melepas jaket yang dikenakan kemudian mengulurkannya ke arah Reina.Reina memandangi jaket itu dengan heran."Buat apa?" tanya Reina."Pake aja.""Iya tapi buat apa?""Kamu kedinginan, nanti kalau sakit---" ucapan Aarav terpotong saat melihat Reina yang sedang tersenyum.Sedangkan Reina merasa senang melihat perhatian Aarav. Ditatapnya wajah Aarav yang terlihat kesal sambil tersenyum kecil.Aarav yang tidak nyaman mencubit tangan Reina sehingga membuat lamunannya buyar. Dia mengembalikan jaket dan menaruhnya di belakang kursinya
Aarav duduk di kelas sambil tertawa dan bercanda bersama seorang gadis. Tidak seperti biasanya, hari ini dia sama sekali tidak menghabiskan waktunya dengan membaca buku sebelum pelajaran tapi justru mengobrol bersama Reina.Reina pun juga tertawa dengan mendengar candaan Aarav.Diam-diam, Aldo melihat kedekatan Aarav dengan Reina dari pojokan kelas hanya bisa diam. Dia menggelengkan kepalanya pelan. 'Padahal baru kemarin berantem seperti Tom and Jerry. Sekarang dah akrab kek orang baru jadian' batinnya.Selain Aarav dan Reina yang sedang mengobrol, di kelas juga ada siswa yang keluar. Coret-coret papan tulis, bahkan di sana juga ada yang memakan sesuatu diam-diam.Siswa itu begitu kelaparan apalagi camilannya juga enak sehingga membuatnya tidak bisa berhenti mengunyah makanannya.Aldo yang melihatnya ikut ketularan lapar. Dia menelan salivanya untuk mengabaikan laparnya. Namun bukannya hilang, rasa itu justru semakin bertambah dan membuatnya ingin makan.
Aarav menatap Tiara yang sedang menunduk sambil tersenyum tersipu malu. Dia mengerutkan keningnya karena heran dengan sikap gadis yang ada di depannya saat ini."Ada apa?" tanya Aarav pelan.Tiara tersenyum menggeleng."Tidak apa-apa," jawabnya.Aarav hanya diam. Dia mengembuskan napasnya berat.Reina tersenyum sambil memegang tangan Aarav, membuat pemuda itu menoleh padanya."Iya?""Kalian mau makan apa? Biar aku pesan!" ujar Tiara tiba-tiba membuat Reina bungkam saat hendak menjawab pertanyaan Aarav."Gak perlu. Aku udah kenyang," tolak Aarav sambil menggelengkan kepalanya.Tiara mengangguk pelan."Emm, ini aku ada urusan. Aku pergi dulu ya," pamit Reina.Tiara dan Aarav hanya diam dan mengangguk. Kali ini pemuda itu tetap duduk santai di bangkunya sambil tersenyum menatap wajah Tiara. Jarinya berulang kali mengetuk-ngetuk meja membuat gadis itu heran akan sikapnya yang sedikit aneh.
Keesokan paginya, hari ini begitu indah. Matahari tersenyum menyinari bumi. Bunga-bunga bermekaran terlihat cantik, angin yang berembus kencang membuat hawa terasa dingin.Aarav terbangun dari tidurnya. Dia segera beranjak dari ranjang dan membuka gorden jendela kamarnya. Senyuman manis menghiasi wajahnya saat memandangi bunga mawar yang ada di halaman rumah. Sambil merentangkan tangannya, Aarav berjalan ke dapur. Dia mengambil sehelai roti dan memakannya sebagai sarapan. Dia ingat nanti pagi sekitar jam 9 dia akan bertemu dengan Reina sesuai janjinya waktu di kelas sehingga harus bersiap lebih awal agar tidak terlambat.***Ana pergi ke dapur. Dia hendak memasak makanan untuk sarapan pagi ini. Saat sampai di pojok pintu, sorot matanya tertuju pada Aarav yang sedang duduk santai sambil memakan roti. Ana tersenyum kecil kemudian berjalan menghampiri Aarav."Selamat pagi," sapa Ana.Aarav tersenyum kecil."Pagi juga, Bi.""Tumben kamu bangun pagi, apalagi udah makan. Ada apa nih?" t
Reina melihat Aarav menangis menjadi ikut sedih. Dia berusaha menghapus air mata pemuda itu sambil bertanya, "Ada apa? Kok kamu nangis?" Aarav tersenyum kecil sambil menggeleng."Gak ... Gak ada apa-apa kok," jawab Aarav.Reina memandang Aarav dengan kesal, dia melipat tangan di dada.''Jangan bohong! Aku tahu kamu sedih kan? Sini cerita. Atau kalau tidak nanti aku juga ikut sedih gara-gara kamu."Aarav mengembuskan napasnya berat."Baiklah kalau kamu bersih keras. Aku sebenarnya dulu pernah bermain di sini bersama orang tuaku. Tapi sekarang mereka menghilang, Mama pergi entah ke mana. Dan Papa, dia juga selalu sibuk. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, malah aku sudah kehilangan banyak hal. Aku kecewa, tapi juga sangat marah pada Mama terutama Papa ... Bahkan---" Aarav menghentikan ucapannya itu saat melihat seorang anak yang sedang bermain ayunan bersama ibunya.Reina mengerutkan keningnya."Bahkan?"Aarav mengedipkan matanya. Dia menatap R
Aarav melangkahkan kakinya ke kelas. Tidak seperti biasanya, kali ini dia begitu bahagia sehingga terus tersenyum tanpa henti. Sambil berjalan ke bangkunya, dia tersenyum menatap reina.Reina yang merasa heran dengan sikap aarav hanya diam dan menggelengkan kepalanya sambil menunduk. Dia menghampiri aarav."Cie, senyum-senyum sendiri. ada apa nih?" Aarav tersenyum kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya."Gak kok. aku cuma seneng aja. Omong-omong, makasih ya buat kemarin. Tadi malem aku udah coba buat minta maaf sama papa, dan akhirnya kita baikan. sekali lagi, makasih," ucap Aarav.Reina mengangguk pelan. Dia tersenyum."Sama-sama. Syukurlah, Aku ikut senang."Gadis itu berbalik dan kembali duduk di bangkunya sambil membaca buku pelajaran. Sedangkan aarav santai memainkan ponselnya dan mendengarkan musik lewat earphone.Beberapa saat berlalu, tiba-tiba pak guru datang. Beliau tidak membawa buku sama sekali dan justru memakai pakaian olahraga sembari tangannya memegang koran. Beli