Angga sedang duduk makan malam bersama Aarav. Seperti biasa, mereka hanya diam dan memakan makanannya tanpa berkata apa-apa. Sikap dingin mereka membuat suasana menjadi sunyi.
Aarav memakan makanannya dengan lahap kemudian pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Angga yang melihatnya merasa kesal. Dia memandang kepergian Aarav dan menggelengkan kepalanya pelan kemudian melanjutkan makannya.Selesai makan, Angga pergi ke ruang kerjanya. Di sana di lantas membuka laptopnya dan segera membuka berkas-berkas yang ada di dalamnya kemudian menyelesaikan kekurangan pekerjaannya tadi sore.Angga mengerjakan pekerjaannya dengan fokus dan cepat diiringi dengan pertanyaan dan bayangan akan sosok wanita yang tadi dia temui. Wanita itu benar-benar telah membuat Angga menjadi gelisah.Dengan perasaan kesal. Angga menggerakkan bola matanya ke kanan atas sembari berpikir mengingat apa yang terjadi padanya waktu itu.#FlashbackAngga merasa bahagia. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa bekerja sama dengan Audrey, rekan bisnisnya sekaligus teman dekatnya.Suatu siang, Angga hendak pergi menemui Audrey di restoran untuk membicarakan proyek mereka sembari memakan makanan yang ada di sana untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Mereka terlihat sangat akrab sehingga membuat suasana tidak canggung.Meski kerap bersenda gurau, Angga dan Audrey tidak melupakan tugas dan melanjutkan pekerjaan mereka.Setelah bekerja, Angga dan Audrey memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pekerjaannya besok. Tapi saat Angga mengendarai mobilnya, tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan.Dia memukul alat setirnya karena kesal dengan tangannya dan menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya, berharap ada keajaiban agar dia bisa pulang ke rumah tepat waktu karena rasa rindunya akan istri tercinta dan anaknya._tok tok tok_Suara ketukan kaca mobil membuat Angga tersadar dari lamunannya. Dia membuka matanya dan segera membuka jendela sambil menatap Audrey dengan heran."Kau?"Audrey tersenyum kecil."Iya aku. Aku lihat mobilmu dari tadi diam saja. Apa yang terjadi?"Angga mengembuskan napasnya."Mobilku mogok. Aku tidak tahu harus berbuat apa," keluhnya."Hanya itu? Kau kan bisa, bilang sama aku. Ayo sini masuk ke mobilku, biar aku yang akan mengantarkanmu pulang ke rumahmu..."Mendengar ucapan Audrey, Angga tersenyum merasa senang.Dia lalu keluar dan masuk ke mobil Audrey sedangkan Audrey hanya diam dan tersenyum kecil kemudian mengendarai mobilnya itu.Di perjalanan, Angga dan Audrey terus saja mengobrol bersama dengan bercanda dan tertawa hingga karena asyik mengobrol tanpa memperhatikan jalan, mobil Audrey tidak sengaja menabrak sebuah truk yang ada di depannya dan mengalami kecelakaan.***Di rumah sakit, Audrey dan Angga sedang berada di UGD untuk dirawat.Mendengar sang suami mengalami kecelakaan, Vira datang ke rumah sakit untuk menjenguk suaminya. Di sana dia terus meminta dokter agar Angga bisa selamat. Tanpa disadari, di saat Vira ke rumah sakit, ada juga seorang wanita yang juga meminta tolong pada dokter agar mau menyembuhkan suaminya.Dokter dan perawat berusaha menyembuhkan pasien mereka itu dan menyelamatkan nyawa mereka sebaik mungkin, tapi Tuhan berkata lain. Audrey tidak bisa diselamatkan lagi dan dinyatakan meninggal karena kehabisan banyak darah.Hal ini membuat Farah, istri Audrey menjadi hancur. Hampir setiap hari, dia menghabiskan waktunya dengan menangis sedih mengingat kenangan bersama suaminya itu. Hati yang terluka terus saja membuatnya meneteskan air mata, membuatnya menjadi sakit akibat patah hati karena kehilangan orang yang dia cinta.Selain Farah, Angga dan Vira juga merasakan duka. Apalagi Angga yang kehilangan sahabatnya itu untuk selamanya. Mereka berdua juga menghibur Farah agar tidak terus bersedih dan berusaha menenangkannya.#Flashback offAngga mengembuskan napasnya berat. Perlahan dia membuka matanya dan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 21.30 WIB. Dia mengusap wajahnya kasar kemudian sorot matanya melirik ke arah jendela yang masih terbuka lebar sehingga membuat angin bisa masuk dan merasa kedinginan. Angga menutup laptopnya tersebut dan menyimpannya kemudian beranjak dari duduknya. Dia melangkahkan kakinya ke arah jendela untuk menutupnya. Kemudian pergi meninggalkannya ruangan dan bergegas ke kamar untuk tidur dan istirahat.***Aarav sedang tiduran sambil memainkan ponselnya. Di sana dia asyik menscroll aplikasi di layar handphonenya dan kemudian membuka tiktok. Karena hanya di tiktok lah dia bisa menemukan hiburannya dan tertawa meski cuma sebentar.Video lucu tentang kucing, kejadian unik, dan lainnya membuat Aarav yang tadinya lesu kini kembali ceria.Kesunyian yang dulunya sering dihiasi tangis, kini juga dihiasi oleh tawa. Meski pun hambar, tapi setidaknya Aarav kembali menemukan kebahagiaan hatinya sehingga perlahan rasa sedihnya mulai hilang.Di saat sedang menonton video, tiba-tiba Aarav mendapatkan chat dari seseorang. Segera dia membuka isi pesan dari orang tersebut:Tiara [Hai, besok bisa tidak belajar bersama?]Aarav mengembuskan napasnya berat. Dia berusaha menjawab pesan Tiara dan mengetik. Tapi sebelum pesan itu dikirim, dia terus saja menulis dan menghapus sehingga membuat Tiara menjadi penasaran karena tak kunjung mendapat balasan. Di sisi lain, jemari Aarav ingin mengatakan sesuatu dengan menjawab pesan Tiara, tapi otaknya terus saja menolaknya dan berniat untuk mendiamkannya saja.Karena dilema antara jari dan otaknya, Aarav pun memutuskan untuk berpikir sambil memejamkan matanya, tanpa disadari, dia sudah mulai tertidur pulas di ranjangnya sehingga membuat Tiara gelisah.-Bersambung-Aarav berangkat ke sekolah. Sesampainya di sana, dia segera memakirkan motornya dan melepas helmnya. Kemudian merapikan seragamnya sejenak. Sekilas Aarav memandangi bunga-bunga yang ada di halaman sekolah sambil tersenyum kecil.Aldo, teman Aarav datang menghampirinya dan menepuk bahunya.Aarav berbalik dan menatap Aldo sambil tersenyum kecil."Iya? Ada apa?""Ayo berangkat ke kelas sama aku!" ajak Aldo. "Baik!'Aldo pun menggenggam tangan Aarav dan mengajaknya masuk ke kelas bersama.***Saat istirahat, Tiara jajan di kantin bersama Annisa.Bisa dikatakan, Tiara dan Annisa Mereka berdua adalah sahabat dekat, setiap hari, bahkan setiap saat mereka selalu bersama. Dimana ada Annisa disitu pasti ada Tiada. Kadang karena kedekatan mereka, mereka sering disebut saudara yang tak terpisahkan.Tiara memandangi sate yang ada di depannya. Dia memegang sate tersebut kemudian pergi menemui ibu kantin
Sesampainya di rumah, Tiara berterimakasih pada Aldo karena mau mengantarkannya pulang. Sedangkan Aldo hanya diam dan tersenyum, dia kemudian pamit pergi.Di perjalanan, Aldo terus saja tersenyum. Hatinya merasa lega dan bahagia bisa mengantarkan Tiara pulang ke rumah dengan motornya itu. Dia begitu bahagia bisa dekat dengannya meski hanya sekedar boncengan motor, seolah sedang memadu kasih. Hujan yang turun deras membuat cinta ini semakin terasa indah.Aldo tersenyum memejamkan matanya dan menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi wajahnya sambil bergumam, "Aku suka kamu, Tiara.''Dia yang tidak bisa menahan perasaannya itu pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya di kampus besok.***Tiara dan Annisa sedang mengobrol bersama di kelas. Sekilas, Tiara mengalihkan perhatiannya dari Annisa dengan memandangi kelas Aarav. Matanya masih setia menunggu kedatangan Aarav di kelasnya. "Apa yang kau lakukan?" tany
Tiara sedang duduk di bangku taman belakang sekolah sambil menunduk dan meneteskan air matanya. Hati kecilnya masih terasa sakit dengan sikap Aarav kemarin. Di saat menangis, tiba-tiba Dennis datang. Dia tersenyum sinis melihat Tiara."Kau kenapa menangis? Dia itu memang cupu. Seharusnya kamu gak usah ngejar dia lagi. Apalagi dia itu bukan anak baik-baik," ujar Dennis.Tiara menatap Dennis terkejut. Dia mengerutkan keningnya."Hah? Apa katamu tadi? Aarav bukan cowok baik-baik? Maksudnya apa?" tanya Tiara berusaha tetap positif thinking pada pujaan hatinya."Ya dia bukan cowok baik. Dia itu suka minum, apalagi ayahnya itu---" ucapan Dennis terpotong saat melihat Aarav berdiri di belakang Tiara kemudian berbalik dan membaca artikel yang ada di tembok.Dennis mengedipkan matanya beberapa saat. Dan menatap Tiara.Tiara yang melihat Dennis terdiam tiba-tiba menjadi semakin penasaran. Dia menggaruk rambutnya."S
Aldo berusaha sekuat tenaga untuk menggandeng tangan Aarav dan membawanya tepat ke rumah. Di sana, dia segera mengetuk pintu.Ana yang mendengar suara ketukan pintu itupun bangkit dari duduknya dan segera membuka pintu. Dia terkejut melihat Aarav dalam keadaan tidak sadarkan diri bersama Aldo."Apa yang terjadi pada nya?" tanya Ana sambil menatap Aldo.Aldo hanya diam. Dia menggaruk pelan kepalanya kemudian menjawab, "Aarav mabuk, Bi. Dia habis meminum banyak."Ana mengangguk pelan. Dia meminta tolong pada Aldo untuk membawa Aarav ke kamarnya karena dia tidak kuat memapah tubuhnya, sedangkan di sini sudah tidak ada orang lagi, ada yang tertidur, dan ada juga yang pergi. Hanya Ana lah yang ada di sini dan masih terjaga.Setelah selesai membaringkan Aarav di ranjang, Aldo pun berjalan keluar kamarnya.Ana tersenyum menatap Aldo."Makasih ya, Nak. Kamu baik banget udah mau nolongin Aarav," ucap Ana.Aldo terseny
Angga berdiri di dapur sambil tersenyum melihat sekeliling ruangan. Tanpa sadar pikirannya tertuju akan sebuah meja dan sebuah kenangan akan masalalu kini kembali menghiasi kesunyian ini.Dia melangkahkan kakinya menuju ke meja makan sambil terus mengingat istrinya dulu. #FlashbackVira sedang memasak makanan di dapur. Aroma bumbunya yang sedap itu begitu merasuk ke dalam supnya, dan membuat Angga tengah sibuk bekerja itupun menjadi tidak fokus gara-gara makanan. Karena penasaran, dia pun berjalan mendekati arah aroma tersebut dan menemukan istrinya sedang memasak. Sambil tersenyum menatapnya, dia berjalan menghampiri Vira kemudian memeluknya dengan penuh cinta.Vira tersenyum kecil. Dia berusaha menyingkirkan tangan pria tersebut, tapi sayangnya tidak berhasil. Sang suami justru semakin mempererat pelukannya, membuatnya tak nyaman karena sedikit mengganggu memasak.Dia menolehkan kepalanya dan menatap Angga."Lepas
Reina berjalan ke rumah sambil menuntun sepedanya dan memasukkannya ke dalam dengan wajah lesu. Dia masih kecewa dengan sikap Aarav tadi.Sang ibu yang melihat Reina murung seperti itu hanya diam dan tersenyum kecil. Dia melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Reina."Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kesal?" tanyanyaReina menatap ibunya sekilas. Dia kemudian menundukkan kepalanya."Ma ... Tadi Reina tidak sengaja kecelakaan," jelas Reina."Apa!? Bagaimana bisa? Sini duduk dulu, sambil istirahat," titah sang ibu, menyuruh anaknya untuk duduk di sampingnya di ranjang. Reina mengangguk. Dia kemudian duduk di ranjang dan mendekat pada ibunya. Kepalanya disandarkan di bahu ibu.Reina mengembuskan napasnya berat untuk mengatur pernapasan dan detak jantungnya yang tidak karuan agar kembali normal."Tadi kan Ma, ada orang ngebut. Jadi tidak sengaja nabrak Reina. Emang lukanya tidak terlalu parah, tapi dia menjen
Aarav sedang duduk di bangku sambil membaca buku fisika materi pelajaran kesukaannya. Seperti biasa, dia tidak pernah mau mengobrol bersama siapapun bahkan temannya dan asyik dalam dunianya sendiri.Di saat sedang membaca, tiba-tiba suara langkah kaki membuat suasana menjadi sunyi. Para murid segera merapikan meja mereka dan duduk manis di bangku. Begitu pula dengan Aarav, dia meletakkan bukunya di meja. Sorot matanya tertuju pada sebuah sepasang sepatu yang ada di sebelah kaki pak guru.Dia menaikkan pandangannya ke atas dan melihat ada seorang gadis. Matanya membulat sempurna saat tahu itu adalah gadis yang dia tabrak kemarin. Aarav menunduk. Pikirannya sibuk memikirkan sesuatu._"Dia itu kan---"_"Ada apa Aarav?" tanya pak Alva membuyarkan lamunan Aarav dari pikirannya. Dia spontan menggelengkan kepalanya."Tidak ada apa-apa, Pak."Pak Alva hanya diam. Dia menatap gadis yang ada di sampingnya tersebut."A
Matahari tersenyum menyinari bumi. Meski dihiasi awan gelap yang membuat langit menjadi seperti malam tidak membuat dia jenuh untuk melakukan tugasnya.Di sore yang agak mendung ini, Aarav belajar di ruang tamu. Dia duduk di lantai sembari mengerjakan tugasnya dan sesekali memakan cemilan.Ana yang melihat anak tuannya duduk di lantai menjadi terkejut. Dia segera menghampiri Aarav dan menegurnya, "Astaga, Aarav. Kamu kan bisa duduk di kursi, tidak baik duduk di bawah. Apalagi ini hujan, nanti kamu bisa sakit karena kedinginan."Aarav tersenyum kecil."Tenang aja, Bi. Aku baik-baik saja."Ana memutar bola matanya malas."Selalu begitu. Baik kalau itu maumu, tapi nanti kalau sakit jangan bilang 'Bibi aku minta teh, Bibi aku ingin itu, dan sebagainya' mengerti?" ujar Ana sambil melipat baju yang dia setrika barusan dan duduk di kursi."Hahaha. Memangnya aku pernah bilang seperti itu? Kaya anak kecil saja. Sudahlah, Bi. Kau jangan mencemaskan aku seperti ini,"