Share

Bab 6

Author: Rudi
Juvena terdiam. Dia memalingkan kepala, ingin menghindari topik itu.

Tapi Silvano justru sangat keras kepala.

"Juvena, kenapa kamu nggak bicara? Cepat jawab aku, ya 'kan?"

Saat itu, sekretaris masuk dan membawakan setumpuk berkas.

"Pak Silvano, tentang identitas dan motif penyerang kemarin sudah kami selidiki, silakan lihat."

Mendengar itu, Silvano segera duduk tegak, matanya memancarkan kilatan dingin. Dia menerima berkas itu dan membacanya dengan saksama.

Entah apa yang tertulis di dalamnya, tiba-tiba wajahnya berubah, bahkan napasnya pun menjadi lebih cepat.

Suaranya bergetar ....

"Cepat, segera kumpulkan semua pengawal!"

Selesai berkata, dia buru-buru mencabut jarum infusnya, bahkan tidak sempat menoleh pada Juvena, segera berlari keluar rumah sakit.

Juvena bingung menatap berkas yang terjatuh di lantai, lalu membungkuk dan mengambilnya.

Saat membacanya, tangannya gemetar tak terkendali.

Begitu melihat nama yang muncul di dalam berkas itu, semuanya segera jelas.

Tak heran tadi Silvano sampai begitu panik.

Lagi-lagi karena Marisha.

Sejak awal, target si penyerang bukan dirinya, melainkan Marisha!

Marisha selalu berperan sebagai asisten Silvano untuk urusan luar, tapi karena kemampuannya kurang, dia banyak merusak proyek.

Si penyerang adalah korban dari salah satu proyek yang gagal itu.

Saat dia sampai di gedung perusahaan Grup Lusdan, wajar saja kalau keliru mengira Juvena yang sedang bersama Silvano sebagai Marisha.

Alasan Silvano begitu panik adalah karena dia takut penyerang itu sadar salah orang dan kembali datang membalas dendam pada Marisha.

Lalu bagaimana dengan diri Juvena? Apakah Silvano tidak khawatir kalau penyerang itu juga bisa kembali mengincarnya?

Mungkin karena dia memang tidak peduli ....

Selama seminggu penuh setelah itu, Silvano tidak pulang.

Juvena mendapati dia bahkan memindahkan semua pengawal, termasuk petugas keamanan di kantor, untuk melindungi Marisha.

Pria itu bahkan menghabiskan banyak uang menyewa detektif swasta untuk mencari keberadaan penyerang itu.

Juvena tidak pernah menyangka, Silvano yang biasanya tenang dan rasional, bisa sebegitu ekstremnya demi keselamatan satu orang.

Perhatian yang begitu terang-terangan itu membuat banyak orang yang tahu situasinya mulai melirik aneh pada Juvena, tunangan resminya.

Seminggu kemudian, Juvena membaca berita di koran bahwa si penyerang telah ditangkap.

Malam itu, Silvano baru pulang dengan tubuh lelah.

Dia segera memeluk pinggang Juvena dari belakang.

"Juvena, jangan bergerak, biarkan aku memelukmu sebentar."

Juvena mencium aroma parfum wanita di tubuhnya, perutnya terasa mual.

Dia dengan suara kering bertanya ....

"Silvano, apakah kamu masih mencintaiku?"

Tubuh Silvano menegang, hatinya tiba-tiba dipenuhi rasa panik.

Dia menggesekkan kepala ke leher Juvena, memeluk lebih erat.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Kalau aku nggak mencintaimu, kenapa aku harus menikahimu?"

"Juvena, nggak sampai sepuluh hari lagi, aku bisa mengumumkan pada seluruh dunia bahwa kamu adalah milikku."

Karena hari pernikahan makin dekat, Silvano mulai mengurangi pekerjaannya.

Setiap hari, selain mengawasi persiapan pernikahan, dia selalu menempel di sisi Juvena.

Malam itu, Silvano masuk kamar mandi untuk mandi, meninggalkan ponselnya di meja samping ranjang.

Juvena sedang mencari paspornya, lalu tanpa sengaja melihat ponsel itu menyala dengan notifikasi.

Itu pesan dari Marisha.

[Silvano, aku sekarang berdiri di depan rumahmu. Hari ini aku harus bertemu denganmu, nggak peduli hujan atau badai.]

Juvena mengernyitkan dahi.

Dia membuka ponsel itu, menggulir ke atas, dan mendapati bahwa belakangan ini Silvano hampir tidak pernah membalas pesan Marisha.

Dua hari terakhir ini Silvano memang selalu bersama Juvena, tampaknya Marisha sudah mulai gelisah.

Dia menutup ponselnya, lalu mengubah status pesan itu menjadi belum terbaca.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 28

    Juvena akhirnya tidak bisa menahan diri dan mengambil buku harian itu.Baru membalik dua halaman, dia sudah merasa ada yang tidak beres.Dirinya mulai terus membalik ke halaman-halaman sebelumnya.Sampai akhirnya melihat halaman pertama, jantung Juvena berdebar hebat.Dirinya tak pernah menyangka dalam hati Nansel, ternyata pria ini adalah orang yang rela menikahinya dengan tulus.Sejak usia lima belas tahun, saat dia baru mengerti apa itu cinta, buku hariannya sudah penuh dengan nama Juvena.Setiap pagi si pria menunggu di depan rumahnya untuk berangkat sekolah bersama, setiap akhir pekan dia selalu mencari alasan berbeda untuk datang menemui Juvena.Catatan harian itu penuh dengan momen-momen ketika pria itu hampir tak mampu lagi menahan perasaan yang meluap-luap di hatinya.Tapi pria itu takut ditolak, takut pada akhirnya bahkan tak bisa lagi menjadi teman.Jadi dia hanya bisa mundur selangkah, mempertahankan hubungan paling dekat yang mereka miliki sebagai teman.Hingga kemudian, J

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 27

    Karena dampak dari kejadian ini di internet terlalu besar, tindakan Marisha yang memalsukan fakta segera akan diselidiki secara hukum.Wanita ini sudah benar-benar terdesak, hanya bisa kembali mencari Silvano.Dalam pikirannya, dia yakin Silvano tidak mungkin sama sekali tidak punya perasaan padanya.Selama dia mengancam dengan nyawanya, Silvano pasti tidak akan tega melihatnya mati tanpa menolong.Namun kali ini, bahkan kesempatan untuk bertemu muka pun tidak diberikan Silvano.Marisha merasa jiwanya telah hancur.Jelas dulu dia selalu menempati posisi pertama di hati Silvano, tetapi mengapa sekarang bisa jadi seperti ini.Pada akhirnya, dia menyalahkan semuanya pada Juvena.Dia berpikir, selama Juvena tidak ada di dunia ini, maka orang yang paling dicintai Silvano tetaplah dirinya.Maka suatu malam, Marisha mengendarai mobil ke depan gedung Grup Ningris.Marisha tampaknya memang sudah benar-benar gila.Dirinya menunggu lama di sekitar Grup Ningris, hanya demi menunggu kemunculan Juve

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 26

    Juvena menutup telepon, hatinya terasa sangat berat.Ini sudah rekanan kerja kedelapan yang atas inisiatif sendiri meminta pembatalan kerja sama.Kalau terus begini, Grup Ningris benar-benar akan menghadapi kerugian yang tak terukur.Juvena tidak bisa hanya duduk diam dengan cemas, dirinya segera mengambil kunci mobil dan menuju ke perusahaan rekanan itu.Di bawah gedung perkantoran, Juvena harus bersusah payah membujuk resepsionis barulah diizinkan naik.Begitu sampai di pintu, samar-samar dia mendengar suara yang begitu familier.Saat menoleh ke dalam, terlihat Nansel sedang merendahkan dirinya, memegang setumpuk dokumen tebal dan menjelaskan sesuatu pada rekanan itu."Pak Zayn, menurut data profesional, Grup Ningris memiliki potensi besar untuk berkembang di Kota Samudra, aku harap Anda bisa memberi Grup Ningris satu kesempatan lagi.""Dan tenang saja, Grup Ningris nggak akan mudah jatuh. Keluarga Sitrus sudah menjalin ikatan pernikahan dengan Keluarga Ningris, aku akan berusaha sek

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 25

    Melihat Juvena menghabiskan suapan terakhir dari kotak makan, Nansel berkata ...."Nenek kemarin meneleponku, katanya pengin makan kue renyah di sisi barat kota, nanti setelah kamu pulang kerja, kita beli lalu bawakan untuk dia, ya?""Boleh."Juvena mengangguk, sambil menggodanya ...."Aku tiap hari menjenguk Nenek, tapi ketika ingin makan sesuatu, orang pertama yang dia ingat malah kamu, sakit hati nih.""Tentu saja, aku sekarang menantunya yang paling berharga, kamu tak bisa iri."Nansel menjawab tanpa sedikit pun kerendahan hati.Namun setelah mengucapkan kalimat itu, justru Nansel sendiri yang tersadar dan merasa malu.Sesampainya di rumah sakit, kondisi semangat Nenek Diana terlihat jauh lebih baik dibanding beberapa waktu lalu.Mungkin karena terpaut pada kenyataan bahwa Juvena akhirnya menikah, hal yang benar-benar memberi ketenangan besar padanya.Melihat pasangan pengantin baru di depannya, senyum di wajah nenek tak henti-henti bermekaran.Nansel mulai mengobrol santai dengan

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 24

    Nansel tertegun saat melihat Silvano.Dia menyerahkan kotak makan pada Juvena, lalu dengan dingin bertanya pada Silvano ...."Kamu ke sini mau apa?"Nada suara Silvano juga sama buruknya ...."Aku datang mencari tunanganku, nggak ada hubungannya denganmu."Nansel tertawa geli dan meresponsnya."Kalau kamu memang mau bilang begitu, maka ini justru memang ada hubungannya denganku."Sambil berkata begitu, Nasel dengan tenang mengeluarkan akta nikah dari tas, lalu menyodorkannya ke hadapan Silvano."Lihatlah.""Tunanganmu yang kamu maksud, sekarang secara hukum adalah istriku."Silvano memutar mata dengan jengkel, mengira Nansel sedang menggunakan barang palsu untuk menipunya lagi.Dengan jengkel dia merampas akta nikah itu. Tapi begitu ingin mengejek Nansel, dia malah melihat foto mereka berdua dan cap merah yang mencolok di dokumen itu."Ini ... ini bagaimana mungkin?"Mata Silvano segera membelalak, napasnya pun jadi terburu-buru.Setelah berulang kali memastikan dengan tidak percaya, d

  • Sayangnya Tak Ada Kata Andaikan   Bab 23

    Hari ini adalah hari yang sudah disepakati Juvena dan Nansel untuk pergi ke kantor urusan sipil mengurus akta nikah.Meskipun tahu ini hanya langkah sementara, tetapi Juvena tetap merasa gugup hingga semalaman hampir tidak bisa tidur.Pagi-pagi sekali dirinya sudah beres mandi, lalu memilih sebuah pakaian yang pantas, kemudian menyetir untuk menjemput Nansel.Tatapannya jatuh pada dua lingkar hitam besar di bawah mata Juvena, membuat Nansel tertawa rendah dan tak kunjung berhenti.Namun saat pria itu mendongak, Juvena juga melihat lingkaran hitam di bawah matanya.Karena kebetulan sama-sama punya mata menyerupai panda itu, suasana sepanjang jalan menuju Dinas Catatan Sipil pun terasa jauh lebih ringan.Semuanya berjalan sangat lancar.Saat melihat petugas menempelkan cap merah di dokumen, di hati Juvena muncul sebuah perasaan aneh.Dia dan Nansel kini terikat bersama.Meskipun hanya sementara ....Keluar dari kantor urusan sipil, Juvena dengan inisiatif mengundangnya."Aku dengar Paman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status