Share

Bab 5

Author: Sella
Aula perjamuan seketika hening, tak ada satu suara pun terdengar.

Saskia sempat mengira telinganya salah menangkap, tapi dua anak itu kembali bersuara lantang, polos, dan tegas.

“Benar, itu Mama yang buang!”

“Iya! Eva lihat sendiri, kok!”

Kata-kata itu terdengar begitu lembut, suara kanak-kanak yang polos. Namun justru karena kepolosan itu… kebohongan mereka menjadi pisau paling kejam, menusuk langsung ke hati Saskia.

Sekaligus memadamkan sisa-sisa cinta dalam hatinya.

Dia berusaha membela diri.

“Aku nggak melakukannya! Kalau nggak percaya, kalian bisa lihat rekaman CCTV...”

“Cukup!”

Suara Bagas dingin, memotong ucapannya.

“Evan dan Eva masih kecil, mana mungkin mereka berbohong? Lagi pula, apa alasan Claudia harus menuduhmu dengan barang yang paling berharga baginya? Saskia, hari ini kamu sudah berulang kali membuat masalah, tapi masih saja keras kepala. Kamu memang harus membayar akibat dari perbuatanmu.”

Tatapannya tajam, suaranya beku seperti es.

“Turun ke danau. Cari gelang itu. Kamu boleh naik setelah menemukannya!”

Perintah Bagas… tak pernah bisa ditawar.

Saskia diseret paksa oleh bodyguard, tubuhnya didorong masuk ke air danau.

Dasar danau penuh lumut licin dan bebatuan tajam. Luka-luka yang baru saja mengering kembali terbuka, perihnya membuat tubuhnya gemetar hebat.

Entah berapa lama dia mencari, tangannya memutih kaku dalam air dingin, hingga akhirnya berhasil menemukan gelang itu.

Namun begitu Saskia mengangkatnya, Bagas langsung meraihnya tanpa menoleh sedikit pun, lalu bergegas menghampiri Claudia.

Saskia terbaring lemah di tepi danau, tubuhnya basah kuyup dan penuh luka.

Di atas kepalanya, terdengar suara polos Evan dan Eva.

“Kakak, lihat mama… kasihan sekali. Menurutmu, apa kita terlalu kejam?”

“Nggak. Papa bilang, kita harus selalu bantu Tante Claudia. Kita cuma nurut kata papa.”

“Iya juga… toh mama sangat mencintai kita. Pasti nggak masalah. Ayo, kita cari Tante Claudia…”

Suara mereka perlahan menjauh, meninggalkan Saskia sendirian hingga tenggelam dalam kegelapan.

Saat membuka mata kembali, dia sudah terbaring sendirian di rumah sakit.

Dua perawat tengah sibuk membersihkan lukanya sambil bercakap pelan.

“Benar ya kata orang, menikah itu seperti taruhan hidup kedua. Lihat yang ini… tubuh penuh luka, demam tinggi, tapi nggak ada satu pun yang peduli.”

“Berbeda sekali dengan Nyonya Pradipta. Kudengar cuma gara-gara gelang kesayangannya terendam, Pak Bagas langsung menyewa satu lantai VIP, bahkan memanggil pakar dari seluruh negeri agar matanya cepat pulih.”

“Iya, suaminya cinta sama dia. Anak-anaknya juga manis… masih kecil, tapi sudah tahu cara mengupas leci untuk ibunya. Yang satu lagi rajin bercerita supaya dia nggak bosan. Ah, bahagia sekali ya, punya anak laki-laki dan perempuan sekaligus.”

Begitu Saskia membuka mata, kedua perawat itu langsung bungkam.

Dalam keheningan, ponselnya bergetar.

Pesan singkat dari Bagas.

[Selama di rumah sakit, gunakan waktumu untuk merenung.]

Perbandingan antara dicintai dan tak dicintai… benar-benar menyakitkan.

Namun kali ini, hatinya hanya bergetar sebentar—tak ada lagi kesedihan, bahkan amarah pun hilang.

Hatinya kosong, hanya menyisakan satu harapan, bisa segera pergi dari semua ini.

Hari ketika dia keluar dari rumah sakit, sopir keluarga yang menjemputnya.

Mobil berhenti di depan sebuah klub mewah.

“Nyonya, tuan menunggu Anda di dalam.”

Saskia tak mencurigai apa pun. Bertahun-tahun menjadi Nyonya Pradipta, dia terbiasa mendampingi Bagas menghadiri berbagai pertemuan.

Namun begitu sampai di depan ruangan yang ditunjukkan, suara-suara aneh terdengar dari dalam.

Mengira dirinya salah tempat, Saskia mengintip melalui celah pintu… lalu tubuhnya membeku.

Di dalam, Claudia duduk dengan tenang, sementara seorang pria asing merobek kancing bajunya sendiri, tangannya meraba tubuh dengan napas terengah.

Claudia? Dia sama sekali tak terganggu, malah dengan santai mengacak rambutnya dan mencubit lehernya hingga meninggalkan bekas merah.

Pemandangan itu… terlalu aneh. Terlalu mencurigakan.

Naluri Saskia berteriak—bahaya.

Dia buru-buru berbalik, hendak kabur.

Tapi sudah terlambat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 20

    Hati Saskia bergetar pelan.Belakangan ini, dia bisa merasakan ketertarikan Bayu padanya. Pria itu tampan, hangat, penuh karisma, punya visi dan yang terpenting—hidupnya sederhana, bersih tanpa bayang-bayang masa lalu.Saskia sendiri tak menampik, ada sedikit rasa suka di hatinya untuk Bayu. Karena itulah, ketika pria itu datang membantu, dia pun mengikuti alurnya, berakting di depan Bagas.Namun luka lama terlalu dalam. Rasa suka yang samar itu, belum cukup kuat membuatnya benar-benar berani melangkah ke hubungan baru. Justru kini, dia lebih menikmati kebebasan dalam hidupnya sendiri.“Kamu orangnya baik, tapi aku...”“Eh, jangan-jangan!” Bayu buru-buru memotong dengan senyum getir.“Jangan pakai istilah itu.”Ada seulas kecewa di matanya, tapi lebih banyak rasa sayang dan pengertian.“Saskia, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku mengerti semuanya. Lebih baik, kita berteman dulu. Asal kamu bahagia, itu sudah cukup bagiku.”Saskia menunduk, lalu mengangguk pelan.Beberapa waktu kemudian,

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 19

    “Raka!”Saskia menjerit panik, tubuhnya gemetar hebat. Rasa bersalah menelannya, semua ini salahnya, karena dia tak bisa menjaga Raka dengan baik.“Cepat, aku bawa kalian ke rumah sakit!” Bagas segera membuka pintu mobil.Saskia tak banyak bicara. Dia hanya memeluk Raka erat-erat, masuk ke dalam mobil. Dia tahu, yang terpenting sekarang hanyalah keselamatan Raka.Mobil melaju kencang.Untung saja, Raka tak mengalami luka serius. Saat membuka mata, tangis kerasnya pecah.“Mama Saskia… aku ingat semuanya! Aku ingat Ayah dan Ibu!”Billy dan istrinya yang ada di sisi tempat tidur hampir tak mampu menahan air mata bahagia. Saskia pun tak menyangka, secara tak sengaja, justru Bagas yang membantu Raka mengembalikan ingatannya.Namun sikap Saskia tetap tak berubah.“Bagas, antara kita… sudah nggak mungkin lagi.”“Jangan bilang begitu, Saskia!” Suara Bagas pecah penuh luka. Kata-kata wanita itu seperti pisau yang menusuk jantungnya.“Aku nggak akan menyerah...”Belum sempat dia melanjutkan, sua

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 18

    Meski suara Bagas serak parah, mana mungkin Saskia tak mengenali suara pria yang dulu pernah dia cintai begitu dalam?Namun… semua itu hanyalah masa lalu.Kini, satu-satunya hal yang paling tak ingin Saskia temui adalah Bagas.Dia menggenggam tangan Raka, berniat segera pergi. Namun langkah di belakangnya semakin tergesa. Nafas terengah, Bagas akhirnya menghadang.“Saskia… akhirnya aku menemukanmu.”Di matanya ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Wajah yang dulu tampan dan penuh percaya diri itu kini tampak tirus.Melihat Saskia berdiri di hadapannya, hidup dengan baik, senyum getir bercampur kesedihan muncul di bibir Bagas.Dengan suara parau, penuh penyesalan, dia berbisik, “Kamu nggak bertanya apa pun padaku… langsung menjatuhkan hukuman. Itu nggak adil buatku.”“Nggak adil?”Dendam yang lama terpendam kembali mendidih di dada Saskia. Dia menatapnya dingin.“Kata-kata itu keluar dari mulutmu, bukankah terlalu lucu?”Bagas merasa tatapan Saskia memanas ke arahnya. Dia menunduk

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 17

    Pasangan muda dengan aura bangsawan itu memeluk erat putra kecil mereka, mata mereka basah, seolah dunia akan runtuh bila melepaskannya sedetik pun.Mereka berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Saskia, lalu dengan suara bergetar, menceritakan semuanya.Ternyata, mereka adalah pasangan kaya raya dari Kota Ardania—Billy Tanujaya dan istrinya.Sedangkan bocah itu… benar, dia adalah putra mereka, Raka Tanujaya.Enam bulan lalu, Raka diculik oleh musuh keluarga dan dibawa ke pegunungan. Sejak itu, dia lenyap tanpa jejak, seolah ditelan bumi.Kini, hasil tes darah di rumah sakit membuktikan semuanya. Bocah itu memang benar Raka.Saskia ikut merasa bahagia.Selama hari-hari kebersamaan mereka, dia tahu betul bahwa Raka adalah anak yang sopan, lembut, dan penuh kasih. Sekarang, bocah itu akhirnya kembali ke pelukan orang tua kandungnya. Yang dia harapkan hanya satu. Semoga ingatan Raka bisa segera pulih.Namun kenyataannya, justru di situlah masalahnya.Raka kehilangan ingatannya.Dan

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 16

    Di hari kepergiannya, Saskia hampir membeli semua tiket pesawat ke berbagai negara dan kota.Namun pada akhirnya, langkahnya berhenti di selatan, di tanah awan berwarna—kota indah bernama Ardania.Di rekeningnya masih tersisa uang miliaran.Ironis rasanya, Bagas selalu pelit dalam hal perasaan, tapi tak pernah pelit dalam urusan materi.Permata dan perhiasan bertumpuk memenuhi lemari, belum lagi transfer uang yang datang berkala, seolah memintanya untuk menghamburkan sesuka hati.Enam tahun bersama, jumlah yang terkumpul sudah mencapai angka yang tak terbayangkan.Dulu, Saskia sempat berencana menyimpannya sebagai dana pendidikan, hadiah untuk sepasang anak kembarnya yang dia cintai sepenuh hati.Kini, kalau uang itu tak bisa diberikan, dia pun tak ragu menyimpannya sendiri.Dia pernah ditipu hingga melahirkan anak orang lain, perutnya dipaksa dibedah, dua tahun penuh menahan nyeri di tulang kemaluan.Hati dan tenaga terkuras habis, lima tahun hidupnya terbuang sia-sia.Biarlah, anggap

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 15

    Claudia terus mengoceh tanpa henti.Di satu sisi, dia panik, takut dimarahi oleh Bagas.Namun di sisi lain, amarah dan kebencian yang lama terpendam akhirnya meledak.Dia membenci kedua anak itu.Setiap kali teringat bahwa mereka adalah darah daging Bagas dengan wanita lain, dadanya terasa sesak, muak, sampai rasanya ingin gila!Dia mengakui dirinya memang terlalu impulsif… tapi dia sungguh tak bisa menerima keberadaan mereka.Kini, saat nyawa mereka dalam bahaya, hatinya justru terasa puas.Bagas menatapnya… melihat senyum tipis penuh kegembiraan di sudut bibir Claudia.Tubuhnya seketika membeku.Sebuah kesadaran mengerikan menusuk hatinya.Rentetan kejadian yang menimpa keluarga mereka… mungkin sejak awal bukan ulah Saskia.Tapi Claudia!Enam tahun pernikahannya dengan Saskia, dia seharusnya sangat mengenalnya. Saskia berhati lembut, bukan tipe pendendam.Mungkin selama ini bukan Saskia yang ingin membalas dendam karena dirinya mengandung anak Claudia…Tapi Claudia, yang selalu melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status