Share

Bab 7

Author: Sella
Malam itu, begitu sampai di rumah, Bagas langsung memerintahkan pelayan menyiapkan koper.

“Cukup sekali saja hal seperti ini. Aku bantu tutup aibmu.” Suaranya dingin, alisnya mengerut tajam saat menatap Saskia.

“Jangan lagi cemburu buta. Jangan lagi bertindak semau kamu.”

Hening sebentar, lalu dia menambahkan, “Claudia sedang terguncang, aku harus menemaninya beberapa hari. Tenang, aku nggak akan menikahinya, juga nggak akan berdua dengannya. Anak-anak akan ikut.”

Ironis—kata-katanya bicara lain, kenyataannya berbeda.

Bagas bilang tak akan menikahi Claudia, tapi dia sudah punya dua anak dengan wanita itu. Dia bilang tak akan berduaan, tapi mereka berempat berjalan seperti keluarga utuh.

Syukurlah, kalau begitu Saskia pun bisa lebih tenang tanpa mereka.

Hari saat surat cerai mulai berlaku datang juga. Di tangannya tergenggam selembar kertas merah tua. Rasanya seperti mimpi yang akhirnya selesai.

Namun, saat hendak pergi, Claudia justru muncul dengan membawa bodyguard.

“Apa-apaan ini? Mau main tarik-ulur? Kabur dari rumah biar dikejar?” ejek Claudia sambil melirik koper yang sudah siap.

“Wanita jalang memang penuh akal busuk!” Matanya penuh perhitungan, tatapannya dingin.

Saskia tak ingin lagi terjerat dalam pertengkaran. Dia langsung mengeluarkan surat cerai.

“Sampaikan pada Bagas. Posisi Nyonya Pradipta sudah kosong. Aku nggak akan kembali.”

Claudia memeriksa surat itu. Untuk sesaat matanya bersinar—lalu berubah bengis.

“Sayang sekali. Menurutku, cuma orang mati yang nggak lagi jadi ancaman!”

“Jangan khawatir, aku pasti akan jadi Nyonya Pradipta. Dan kedua anak kecilmu yang hina itu… akan kubuat hancur!”

Ternyata, sampai detik ini pun Bagas belum membuka kebenarannya. Sementara Evan dan Eva tetap melindungi Claudia, tetap manis padanya. Betapa menyedihkan.

Saskia hendak menjawab, tapi belum sempat berkata apa-apa, sebuah hantaman keras mendarat di kepala. Dunia menghitam.

Saat tersadar, tubuhnya terikat di tepi tebing dan dililit bom. Di belakangnya menjulang jurang dalam yang membuat bulu kuduk merinding.

Tak jauh, Claudia juga terikat. Matanya memancarkan kebencian.

“Setiap kali aku ingat, hanya karena wajahmu mirip denganku, kamu bisa melahirkan anak-anak itu untuk Bagas… aku ingin kamu mati! Aku ingin kamu menyaksikan sendiri bagaimana Bagas dan anak-anakmu memilihku! Hanya tubuhmu hancur berkeping-keping yang bisa buat aku puas!”

Namun tiba-tiba, wajahnya berubah pucat, pura-pura putus asa.

Benar saja. Bagas datang, berdiri di tepi tebing bersama kedua anaknya.

Seorang penculik melangkah maju, menatap Bagas penuh nada tawar.

“Serahkan uang tebusan. Aku lepaskan satu orang. Pilih!”

Angin menerpa rambut Saskia. Di kejauhan, dia mendengar suara Bagas bergetar.

“Keduanya. Aku mau dua-duanya dilepas!”

Penculik mencibir.

“Mana bisa semudah itu? Pilih salah satu, atau dua-duanya mati.”

Anak-anak panik. Evan menjerit, Eva menangis.

“Papa! Pilih Tante Claudia saja! Aku cuma mau tante!”

“Mama dari awal sudah nggak berguna. Kalau mama mati, kita nggak akan dipermalukan lagi. Eva mau Tante Claudia jadi mama baruku.”

Bagas hendak memarahi mereka, tapi asistennya menyelak, bergumam cepat ke telinganya.

“Tuan, inforasi sudah didapat. Penculik ini saudara dari pria di klub tempo hari.”

Wajah Bagas berubah. Mata yang semula bergetar kini dipenuhi amarah yang menahan segala rasa.

Lagi-lagi ulah Saskia! Masih saja tak menyesal!

Beberapa hari ini dirinya menjaga jarak dengan Claudia, setidakpercaya itu kah Saskia padanya?

Dadanya penuh kejengkelan. Akhirnya dia tak ragu lagi.

“Aku pilih Claudia.”

Penculik menyeringai.

“Lalu yang satunya? Bukankah dia istri sahmu?”

Bagas menatap tanpa belas kasih.

“Mau mati atau hidup, aku nggak peduli.”

Penculik pun melepas ikatan Claudia dan mendorongnya.

Bagas merentangkan tangan, menahannya. Evan dan Eva segera berlari menghampiri dengan penuh kekhawatiran.

Mereka berempat berdiri, seperti keluarga sempurna, lalu berjalan menjauh—tak satu pun menoleh.

Sementara bom di tubuh Saskia terus berdetik.

Dia meronta dengan putus asa, suaranya bergetar penuh ketakutan.

“Aku bayar! Berapa pun yang Claudia kasih, aku bisa bayar dua kali lipat.”

Mata penculik itu berkedip ragu, tapi tetap bungkam.

“Aku bayar sepuluh kali lipat!”

Hening sejenak. Lalu…

klik!

Suara detik bom berhenti.

Saskia terselamatkan.

Tubuhnya langsung jatuh terduduk di tepi tebing, kakinya lemas tak sanggup menopang.

Dengan susah payah, dia meraih kembali dokumen-dokumennya yang hampir terhempas angin.

Di layar laptop, masih terpampang foto keluarga itu.

Namun, di saat paling genting tadi… suami dan anak-anaknya semua memilih Claudia.

Ingatannya kembali pada ejekan tajam Claudia, yang dengan enteng menyebut anak-anaknya “bajingan hina”.

Saskia menarik napas panjang, menekan rasa perih yang menyesak di dada.

Dia menyingkirkan niat untuk mengungkapkan kebenaran.

Itu urusan karma keluarga mereka sendiri. Aku… tak akan ikut campur lagi.

Dengan tenang, dia menghapus foto keluarga itu, menggantinya dengan gambar langit biru dan awan putih.

Saat mobil yang ditumpanginya meluncur menuju bandara, Saskia tahu…

Dia telah berhasil menembus tahun-tahun kelam yang menjeratnya.

Dan akhirnya, di hadapannya, terbentang samudra luas dan langit tanpa batas.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 20

    Hati Saskia bergetar pelan.Belakangan ini, dia bisa merasakan ketertarikan Bayu padanya. Pria itu tampan, hangat, penuh karisma, punya visi dan yang terpenting—hidupnya sederhana, bersih tanpa bayang-bayang masa lalu.Saskia sendiri tak menampik, ada sedikit rasa suka di hatinya untuk Bayu. Karena itulah, ketika pria itu datang membantu, dia pun mengikuti alurnya, berakting di depan Bagas.Namun luka lama terlalu dalam. Rasa suka yang samar itu, belum cukup kuat membuatnya benar-benar berani melangkah ke hubungan baru. Justru kini, dia lebih menikmati kebebasan dalam hidupnya sendiri.“Kamu orangnya baik, tapi aku...”“Eh, jangan-jangan!” Bayu buru-buru memotong dengan senyum getir.“Jangan pakai istilah itu.”Ada seulas kecewa di matanya, tapi lebih banyak rasa sayang dan pengertian.“Saskia, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku mengerti semuanya. Lebih baik, kita berteman dulu. Asal kamu bahagia, itu sudah cukup bagiku.”Saskia menunduk, lalu mengangguk pelan.Beberapa waktu kemudian,

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 19

    “Raka!”Saskia menjerit panik, tubuhnya gemetar hebat. Rasa bersalah menelannya, semua ini salahnya, karena dia tak bisa menjaga Raka dengan baik.“Cepat, aku bawa kalian ke rumah sakit!” Bagas segera membuka pintu mobil.Saskia tak banyak bicara. Dia hanya memeluk Raka erat-erat, masuk ke dalam mobil. Dia tahu, yang terpenting sekarang hanyalah keselamatan Raka.Mobil melaju kencang.Untung saja, Raka tak mengalami luka serius. Saat membuka mata, tangis kerasnya pecah.“Mama Saskia… aku ingat semuanya! Aku ingat Ayah dan Ibu!”Billy dan istrinya yang ada di sisi tempat tidur hampir tak mampu menahan air mata bahagia. Saskia pun tak menyangka, secara tak sengaja, justru Bagas yang membantu Raka mengembalikan ingatannya.Namun sikap Saskia tetap tak berubah.“Bagas, antara kita… sudah nggak mungkin lagi.”“Jangan bilang begitu, Saskia!” Suara Bagas pecah penuh luka. Kata-kata wanita itu seperti pisau yang menusuk jantungnya.“Aku nggak akan menyerah...”Belum sempat dia melanjutkan, sua

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 18

    Meski suara Bagas serak parah, mana mungkin Saskia tak mengenali suara pria yang dulu pernah dia cintai begitu dalam?Namun… semua itu hanyalah masa lalu.Kini, satu-satunya hal yang paling tak ingin Saskia temui adalah Bagas.Dia menggenggam tangan Raka, berniat segera pergi. Namun langkah di belakangnya semakin tergesa. Nafas terengah, Bagas akhirnya menghadang.“Saskia… akhirnya aku menemukanmu.”Di matanya ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Wajah yang dulu tampan dan penuh percaya diri itu kini tampak tirus.Melihat Saskia berdiri di hadapannya, hidup dengan baik, senyum getir bercampur kesedihan muncul di bibir Bagas.Dengan suara parau, penuh penyesalan, dia berbisik, “Kamu nggak bertanya apa pun padaku… langsung menjatuhkan hukuman. Itu nggak adil buatku.”“Nggak adil?”Dendam yang lama terpendam kembali mendidih di dada Saskia. Dia menatapnya dingin.“Kata-kata itu keluar dari mulutmu, bukankah terlalu lucu?”Bagas merasa tatapan Saskia memanas ke arahnya. Dia menunduk

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 17

    Pasangan muda dengan aura bangsawan itu memeluk erat putra kecil mereka, mata mereka basah, seolah dunia akan runtuh bila melepaskannya sedetik pun.Mereka berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Saskia, lalu dengan suara bergetar, menceritakan semuanya.Ternyata, mereka adalah pasangan kaya raya dari Kota Ardania—Billy Tanujaya dan istrinya.Sedangkan bocah itu… benar, dia adalah putra mereka, Raka Tanujaya.Enam bulan lalu, Raka diculik oleh musuh keluarga dan dibawa ke pegunungan. Sejak itu, dia lenyap tanpa jejak, seolah ditelan bumi.Kini, hasil tes darah di rumah sakit membuktikan semuanya. Bocah itu memang benar Raka.Saskia ikut merasa bahagia.Selama hari-hari kebersamaan mereka, dia tahu betul bahwa Raka adalah anak yang sopan, lembut, dan penuh kasih. Sekarang, bocah itu akhirnya kembali ke pelukan orang tua kandungnya. Yang dia harapkan hanya satu. Semoga ingatan Raka bisa segera pulih.Namun kenyataannya, justru di situlah masalahnya.Raka kehilangan ingatannya.Dan

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 16

    Di hari kepergiannya, Saskia hampir membeli semua tiket pesawat ke berbagai negara dan kota.Namun pada akhirnya, langkahnya berhenti di selatan, di tanah awan berwarna—kota indah bernama Ardania.Di rekeningnya masih tersisa uang miliaran.Ironis rasanya, Bagas selalu pelit dalam hal perasaan, tapi tak pernah pelit dalam urusan materi.Permata dan perhiasan bertumpuk memenuhi lemari, belum lagi transfer uang yang datang berkala, seolah memintanya untuk menghamburkan sesuka hati.Enam tahun bersama, jumlah yang terkumpul sudah mencapai angka yang tak terbayangkan.Dulu, Saskia sempat berencana menyimpannya sebagai dana pendidikan, hadiah untuk sepasang anak kembarnya yang dia cintai sepenuh hati.Kini, kalau uang itu tak bisa diberikan, dia pun tak ragu menyimpannya sendiri.Dia pernah ditipu hingga melahirkan anak orang lain, perutnya dipaksa dibedah, dua tahun penuh menahan nyeri di tulang kemaluan.Hati dan tenaga terkuras habis, lima tahun hidupnya terbuang sia-sia.Biarlah, anggap

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 15

    Claudia terus mengoceh tanpa henti.Di satu sisi, dia panik, takut dimarahi oleh Bagas.Namun di sisi lain, amarah dan kebencian yang lama terpendam akhirnya meledak.Dia membenci kedua anak itu.Setiap kali teringat bahwa mereka adalah darah daging Bagas dengan wanita lain, dadanya terasa sesak, muak, sampai rasanya ingin gila!Dia mengakui dirinya memang terlalu impulsif… tapi dia sungguh tak bisa menerima keberadaan mereka.Kini, saat nyawa mereka dalam bahaya, hatinya justru terasa puas.Bagas menatapnya… melihat senyum tipis penuh kegembiraan di sudut bibir Claudia.Tubuhnya seketika membeku.Sebuah kesadaran mengerikan menusuk hatinya.Rentetan kejadian yang menimpa keluarga mereka… mungkin sejak awal bukan ulah Saskia.Tapi Claudia!Enam tahun pernikahannya dengan Saskia, dia seharusnya sangat mengenalnya. Saskia berhati lembut, bukan tipe pendendam.Mungkin selama ini bukan Saskia yang ingin membalas dendam karena dirinya mengandung anak Claudia…Tapi Claudia, yang selalu melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status