Share

Bab 6

Author: Sella
Pria itu menarik tangan Saskia, menyeretnya masuk ke ruang VIP.

Sesaat kemudian, Bagas pun masuk bersama dua anak mereka.

“Bagas!”

Claudia meraung, suaranya pecah.

Dia menerjang, langsung memeluk Bagas sambil menangis tersedu-sedu, nada suaranya penuh kepedihan sekaligus tuduhan.

“Saskia nggak percaya kalau aku dan kamu cuma teman. Dia malah kasih aku obat, katanya biar aku hancur oleh pria lain, baru hatinya bisa tenang.”

Claudia menunjuk rambutnya yang berantakan, bekas merah di lehernya seperti bukti pengkhianatan.

“Untung kamu datang tepat waktu. Kalau nggak… aku…”

“Aku nggak pernah melakukan itu!” Saskia buru-buru membela diri, suaranya tercekat.

“Sopir yang membawaku ke sini. Dia bilang ada jamuan penting.”

Sopir itu melangkah masuk, wajahnya berubah cemas, penuh kepura-puraan.

“Nyonya, jangan asal tuduh. Jelas-jelas Anda yang minta saya antar ke sini. Bahkan Anda bilang sebentar lagi akan ada pertunjukan bagus.”

Pria dalam ruang VIP ikut bersuara, panik.

“Nyonya Pradipta sendiri yang bilang padaku. Dia yang akan mencarikan wanita untukku. Kalau tahu wanita itu teman Pak Bagas, biar mati pun aku nggak berani berbuat macam-macam. Tolong maafkan aku!”

Bagas menatap Saskia. Mata tajamnya berubah dari kaget ke kecewa yang dalam.

“Kalau kamu ingin merebut perhatianku, nggak perlu pakai cara sehina ini. Dulu kamu dipaksa minum obat, tapi sekarang kamu tega melakukan hal yang sama untuk menghancurkan kehormatan Claudia. Kamu terlalu kejam, Saskia.”

Suaranya makin lama makin dingin.

“Hari ini, aku akan mengajarimu satu hal, orang yang berniat mencelakakan orang lain, pada akhirnya akan binasa oleh ulahnya sendiri.”

Dia menoleh ke pria yang masih berlutut, memandanginya dingin.

“Kuberi kamu satu kesempatan menebus kesalahan.”

Hati Saskia runtuh.

“Apa yang mau kamu lakukan? Bagas, kamu nggak bisa memperlakukanku seperti ini!”

Bagas mencibir.

“Aku nggak sehina dirimu. Kamu ingin menghancurkan kehormatan orang lain, ‘kan? Maka aku akan menghancurkan wajahmu.”

Dia memberi perintah singkat.

“Tampar wajahnya, sekeras mungkin.”

Pria itu segera bangkit, menampar Saskia berulang-ulang.

Tamparan demi tamparan mendarat. Panas, pedih, dan cepat membuat wajahnya bengkak. Darah merembes di sudut bibirnya, bercampur air mata yang tak henti jatuh.

Sakit. Teramat sakit.

Di ruangan itu, selain dirinya yang menderita, semua orang tampak dingin, menatapnya dengan penuh ejekan.

Bagas bahkan tak menoleh padanya sekali pun. Pria itu hanya merunduk, menenangkan Claudia dengan lembut.

“Kita ke rumah sakit. Efek obatnya sebentar lagi akan reda.”

“Nggak mau!” Claudia merengek, memeluknya lebih erat.

“Aku terpukul… aku cuma mau kamu yang menemaniku...”

Wanita itu nekat mencium bibir Bagas.

Logika mengharuskan Bagas menolak. Namun tubuhnya tak mampu melawan.

Air mata Claudia, panas di bibirnya—semuanya membuat Bagas kehilangan kendali.

Akhirnya, dia mengangkat pinggang Claudia, membawanya ke ruang sebelah. Pintu tertutup keras, tapi suara desahan yang makin panas tak bisa disembunyikan.

Di selorong ruangan, Evan bersorak riang dalam bahasa Prancis yang kini sudah jadi senjata ejekan mereka. “Hore! Tante Claudia memang jago! Menuruti kata-katanya dan memasukkan obat ke dalam kopi ayah. Benar saja, mereka sudah berciuman!”

“Iya, sebentar lagi kita bakal punya adik-adik pintar!” Eva ikut bersorak, menampakkan kebanggaan atas kedok yang berhasil mereka buat.

Saskia menoleh, terpaku.

Sejak belajar Bahasa Prancis, anak-anak itu semakin meremehkannya.

Dia diam-diam belajar bahasa itu juga. Dia tak pernah menyangka, korban obat bukanlah Claudia, melainkan Bagas sendiri. Lebih pedih lagi, Claudia tega memanfaatkan anak kecil demi tujuan busuknya.

Evan menangkap tatapan Saskia dan menjawab santai, tanpa beban.

“Mama, jangan sedih. Kami percaya ini bukan kesalahan Mama.”

Eva ikut menimpali.

“Iya, soal gelang kemarin juga… maaf ya. Kami salah lihat.”

Saskia tertawa getir.

“Aku sudah nggak marah,” katanya pelan.

Untuk orang-orang yang tak ada kaitannya, marah pun tak ada gunanya.

Anak-anak itu, yang baru saja menenangkan, kembali melontarkan kata-kata dalam Bahasa Prancis dengan nada sinis.

“Mama memang bodoh, lagi-lagi tertipu!”

“Dia sayang sama kita, dia anjing penjilat kita. Tentu saja nggak tega marah.”

“Eh, salah! Tante Claudia bilang, kalau laki-laki yang jadi budak cinta disebut ‘anjing penjilat’, perempuan disebut ‘jalang’.”

“Iya betul! Mama itu jalang! Tante Claudia jelas yang terbaik, dia sudah ajarkan pada kita banyak hal berguna!”

Saskia terdiam.

Bahasa Prancis terdengar indah. Namun ketika digunakan untuk menghina… begitu menusuk telinga.

Jadi inilah cara Claudia mendidik mereka.

Jika suatu hari Claudia tahu bahwa Evan dan Eva sebenarnya adalah anak kandung sendiri—apa wanita itu masih tega mengajari mereka seperti itu?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 20

    Hati Saskia bergetar pelan.Belakangan ini, dia bisa merasakan ketertarikan Bayu padanya. Pria itu tampan, hangat, penuh karisma, punya visi dan yang terpenting—hidupnya sederhana, bersih tanpa bayang-bayang masa lalu.Saskia sendiri tak menampik, ada sedikit rasa suka di hatinya untuk Bayu. Karena itulah, ketika pria itu datang membantu, dia pun mengikuti alurnya, berakting di depan Bagas.Namun luka lama terlalu dalam. Rasa suka yang samar itu, belum cukup kuat membuatnya benar-benar berani melangkah ke hubungan baru. Justru kini, dia lebih menikmati kebebasan dalam hidupnya sendiri.“Kamu orangnya baik, tapi aku...”“Eh, jangan-jangan!” Bayu buru-buru memotong dengan senyum getir.“Jangan pakai istilah itu.”Ada seulas kecewa di matanya, tapi lebih banyak rasa sayang dan pengertian.“Saskia, aku tahu hidupmu nggak mudah. Aku mengerti semuanya. Lebih baik, kita berteman dulu. Asal kamu bahagia, itu sudah cukup bagiku.”Saskia menunduk, lalu mengangguk pelan.Beberapa waktu kemudian,

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 19

    “Raka!”Saskia menjerit panik, tubuhnya gemetar hebat. Rasa bersalah menelannya, semua ini salahnya, karena dia tak bisa menjaga Raka dengan baik.“Cepat, aku bawa kalian ke rumah sakit!” Bagas segera membuka pintu mobil.Saskia tak banyak bicara. Dia hanya memeluk Raka erat-erat, masuk ke dalam mobil. Dia tahu, yang terpenting sekarang hanyalah keselamatan Raka.Mobil melaju kencang.Untung saja, Raka tak mengalami luka serius. Saat membuka mata, tangis kerasnya pecah.“Mama Saskia… aku ingat semuanya! Aku ingat Ayah dan Ibu!”Billy dan istrinya yang ada di sisi tempat tidur hampir tak mampu menahan air mata bahagia. Saskia pun tak menyangka, secara tak sengaja, justru Bagas yang membantu Raka mengembalikan ingatannya.Namun sikap Saskia tetap tak berubah.“Bagas, antara kita… sudah nggak mungkin lagi.”“Jangan bilang begitu, Saskia!” Suara Bagas pecah penuh luka. Kata-kata wanita itu seperti pisau yang menusuk jantungnya.“Aku nggak akan menyerah...”Belum sempat dia melanjutkan, sua

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 18

    Meski suara Bagas serak parah, mana mungkin Saskia tak mengenali suara pria yang dulu pernah dia cintai begitu dalam?Namun… semua itu hanyalah masa lalu.Kini, satu-satunya hal yang paling tak ingin Saskia temui adalah Bagas.Dia menggenggam tangan Raka, berniat segera pergi. Namun langkah di belakangnya semakin tergesa. Nafas terengah, Bagas akhirnya menghadang.“Saskia… akhirnya aku menemukanmu.”Di matanya ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Wajah yang dulu tampan dan penuh percaya diri itu kini tampak tirus.Melihat Saskia berdiri di hadapannya, hidup dengan baik, senyum getir bercampur kesedihan muncul di bibir Bagas.Dengan suara parau, penuh penyesalan, dia berbisik, “Kamu nggak bertanya apa pun padaku… langsung menjatuhkan hukuman. Itu nggak adil buatku.”“Nggak adil?”Dendam yang lama terpendam kembali mendidih di dada Saskia. Dia menatapnya dingin.“Kata-kata itu keluar dari mulutmu, bukankah terlalu lucu?”Bagas merasa tatapan Saskia memanas ke arahnya. Dia menunduk

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 17

    Pasangan muda dengan aura bangsawan itu memeluk erat putra kecil mereka, mata mereka basah, seolah dunia akan runtuh bila melepaskannya sedetik pun.Mereka berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Saskia, lalu dengan suara bergetar, menceritakan semuanya.Ternyata, mereka adalah pasangan kaya raya dari Kota Ardania—Billy Tanujaya dan istrinya.Sedangkan bocah itu… benar, dia adalah putra mereka, Raka Tanujaya.Enam bulan lalu, Raka diculik oleh musuh keluarga dan dibawa ke pegunungan. Sejak itu, dia lenyap tanpa jejak, seolah ditelan bumi.Kini, hasil tes darah di rumah sakit membuktikan semuanya. Bocah itu memang benar Raka.Saskia ikut merasa bahagia.Selama hari-hari kebersamaan mereka, dia tahu betul bahwa Raka adalah anak yang sopan, lembut, dan penuh kasih. Sekarang, bocah itu akhirnya kembali ke pelukan orang tua kandungnya. Yang dia harapkan hanya satu. Semoga ingatan Raka bisa segera pulih.Namun kenyataannya, justru di situlah masalahnya.Raka kehilangan ingatannya.Dan

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 16

    Di hari kepergiannya, Saskia hampir membeli semua tiket pesawat ke berbagai negara dan kota.Namun pada akhirnya, langkahnya berhenti di selatan, di tanah awan berwarna—kota indah bernama Ardania.Di rekeningnya masih tersisa uang miliaran.Ironis rasanya, Bagas selalu pelit dalam hal perasaan, tapi tak pernah pelit dalam urusan materi.Permata dan perhiasan bertumpuk memenuhi lemari, belum lagi transfer uang yang datang berkala, seolah memintanya untuk menghamburkan sesuka hati.Enam tahun bersama, jumlah yang terkumpul sudah mencapai angka yang tak terbayangkan.Dulu, Saskia sempat berencana menyimpannya sebagai dana pendidikan, hadiah untuk sepasang anak kembarnya yang dia cintai sepenuh hati.Kini, kalau uang itu tak bisa diberikan, dia pun tak ragu menyimpannya sendiri.Dia pernah ditipu hingga melahirkan anak orang lain, perutnya dipaksa dibedah, dua tahun penuh menahan nyeri di tulang kemaluan.Hati dan tenaga terkuras habis, lima tahun hidupnya terbuang sia-sia.Biarlah, anggap

  • Sayap yang Terlepas dari Belenggu   Bab 15

    Claudia terus mengoceh tanpa henti.Di satu sisi, dia panik, takut dimarahi oleh Bagas.Namun di sisi lain, amarah dan kebencian yang lama terpendam akhirnya meledak.Dia membenci kedua anak itu.Setiap kali teringat bahwa mereka adalah darah daging Bagas dengan wanita lain, dadanya terasa sesak, muak, sampai rasanya ingin gila!Dia mengakui dirinya memang terlalu impulsif… tapi dia sungguh tak bisa menerima keberadaan mereka.Kini, saat nyawa mereka dalam bahaya, hatinya justru terasa puas.Bagas menatapnya… melihat senyum tipis penuh kegembiraan di sudut bibir Claudia.Tubuhnya seketika membeku.Sebuah kesadaran mengerikan menusuk hatinya.Rentetan kejadian yang menimpa keluarga mereka… mungkin sejak awal bukan ulah Saskia.Tapi Claudia!Enam tahun pernikahannya dengan Saskia, dia seharusnya sangat mengenalnya. Saskia berhati lembut, bukan tipe pendendam.Mungkin selama ini bukan Saskia yang ingin membalas dendam karena dirinya mengandung anak Claudia…Tapi Claudia, yang selalu melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status