Share

Bab 2

   Eliana menatap Joe yang duduk tepat di sampingnya. Ia merasa takut jika harus melakukan adegan ranjang bersama William yang merupakan pemeran utama pria. Selain karena ia memang belum pernah melakukan adegan itu, Ia juga takut akan menyakiti hati Joe. Meski begitu, Eliana tahu jika ia harus profesional dalam bekerja.

   “M ... Maksudmu, adegan ranjang sungguhan, Sherly?!” tanya Eliana polos.

   Sherly dan pemain lainnya terkekeh mendengar pertanyaan Eliana yang polos, “Tentu saja tidak, Eliana. Kalian hanya berpura pura saja, kami tidak akan menampilkan adegan ranjang secara eksplisit. Karena target penonton kami adalah remaja,” jelas Sherly.

   Eliana menghela napas lega, ia bersyukur karena tidak akan menampilkan adegan ranjang sungguhan. Itu artinya ia takkan melukai perasaan Joe, walaupun Joe pasti bisa bersikap profesional. Karena itu hanyalah sebuah akting belaka.

   Akhirnya usai rapat mendadak itu, seluruh staff dan pemain kembali ke lokasi syuting yang kini berada di halaman kampus. Sore itu cuaca sudah cukup gelap sehingga syuting harus dilaksanakan secepatnya. Sekarang saatnya adegan Joe bersama Eliana.

   Syutingpun dimulai dengan Eliana yang sedang membaca buku sambil berjalan, lalu tanpa sengaja ia bertabrakan dengan Joe yang berjalan berlawanan arah dengannya. Hingga membuat buku yang Ia bawa terjatuh ke tanah. Joe dengan sigap mengambil buku itu, diikuti dengan Eliana yang membungkuk untuk mengambil bukunya. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, hingga membuat mereka bertatapan. Mata mereka beradu pandang selama beberapa detik. Kemudian mereka menyadarkan diri masing masing. Dan Eliana segera mengambil bukunya dari tangan Joe.

   “Maaf,” ucap Eliana sambil menunduk. Eliana memerankan karakter gadis yang pendiam dan pemalu.

   Eliana mulai melangkahkan kakinya, namun tangan Joe sudah menahannya. Sehingga membuat Eliana menoleh ke arahnya.

   “Aku sepertinya baru pertama kali melihatmu ...” Eliana tak menggubris perkataan Joe. Dan segera berlari memunggunginya.

   “Hei! Tunggu!” teriak Joe sambil menatap punggung Eliana yang semakin menjauh.

   “Cut! Bagus! Syuting kita akhiri sampai di sini saja. Sepertinya akan turun hujan,” perintah sutradara mengakhiri syuting hari itu. Karena memang langit sudah menjadi gelap.

   Seluruh staff yang bertugas akhirnya dengan cepat membereskan peralatan syuting karena takut terkena hujan. Sedangkan beberapa pemain ada yang memilih pulang, dan ada juga yang kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian atau mengambil barang mereka.

   Eliana, William dan Joe memilih kembali ke ruang ganti untuk mengambil barang mereka yang mereka tinggalkan di sana lalu berganti pakaian.

   Tiba tiba Christy menghampiri William yang sedang menatap pantulan dirinya di cermin.

   “Will, Angela mencarimu!”

   William menoleh ke arah pintu, dan benar saja Angela sudah berdiri di ambang pintu. William segera menghampiri Angela, Angela langsung berlari dan memeluk tubuh tegap William.

   Untunglah beberapa pemain lain sudah pulang dan di dalam sana hanya ada Joe, Eliana dan Christy yang memang sudah mengetahui hubungan mereka.

   “Aku rindu sekali padamu, Will!” bisik Angela manja. William mencubit pipi gadis berambut blonde itu dengan gemas. 

   “Aku juga, honey!”

   Di tengah tengah kemesraan mereka, Joe dan Eliana bergegas untuk pergi. Eliana bergelayut manja di lengan Joe. Ketika mereka melewati William dan Angela, Eliana berkata.

   “Bye, see you later!” pamit Eliana yang kini mengenakan jaket bulu tebal berwarna putih dan sebuah topi di kepalanya. Namun tangan Eliana ditahan oleh Angela.

   “Kalian akan pergi kemana?” tanya Angela dengan mengenggam tangan Eliana.

   “Kami akan makan malam, apa kalian mau ikut?” sela Joe tiba tiba, hal itu membuat Eliana memanyunkan bibirnya. Bagaimana tidak, Eliana berencana malam ini hanya ingin makan malam berdua saja dengan Joe. Karena memang mereka sudah lama tak menghabiskan waktu bersama selain di lokasi syuting. Namun Joe dengan mudahnya mengajak mereka ikut.

   “Baiklah, kami ikut!” sahut William tiba tiba. Hal itu membuat mood Eliana semakin memburuk ketika William mengiyakan ajakan kekasihnya itu. Ayolah, William! Kau ini benar benar tidak peka ya?

   Akhirnya mereka berempat sepakat untuk bertemu di sebuah restaurant yang rencananya akan Eliana dan Joe datangi. Mereka datang terpisah dengan menggunakan mobil masing masing.

   Setelah sampai di restaurant tempat Eliana dan Joe biasa makan malam, mereka langsung masuk ke dalam ruangan VIP yang sudah dipesan sebelumnya. Karena mengingat status mereka sebagai public figure. Mereka hanya ingin makan malam dengan tenang, tanpa harus diganggu oleh penggemar yang melihat mereka. Para penggemar itu pasti akan meminta foto atau tanda tangan mereka.

   “Kau ingin makan apa, Baby?” tanya Joe pada Eliana yang masih menunjukkan muka masam. Joe tampak tidak menyadari perubahan mood Eliana.

   “Aku sedang tidak berselera, Joe!” jawab Eliana ketus. Sontak hal ini membuat Angela dan William menatap Eliana. Angela yang memang sangat peka, langsung mengerti begitu melihat wajah Eliana yang masam.

   “Maaf jika kami mengganggu acara kalian. Will, bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?” ajak Angela pada William yang sedang meneguk segelas wine. William menaikkan sebelah alisnya, bingung.

   “Kenapa?” tanyanya polos. Angela mencubit pinggang William sebagai kode untuk segera pergi dari sana sehingga Eliana dan Joe dapat menghabiskan waktu berdua saja.

   “Awh! sakit ... Kenapa kau mencubitku?” teriak William.

   “Kau ini benar – benar ...” Angela gemas dengan tingkah laku kekasihnya yang sangat tidak peka itu.

   “Tidak apa apa, kalian makanlah bersama kami, aku hanya sedikit tidak berselera karena perkataan sutradara tadi siang,” jawab Eliana berbohong. Angela mengernyitkan dahinya.

   “Memangnya sutradara mengatakan apa?” 

   “Ah, itu ia ingin memiliki adegan ranjang pada web series kali ini.” Jawaban William sukses membuat Angela membulatkan matanya. Karena menurut Angela, ini pertama kalinya William mendapatkan adegan ranjang.

   “Adegan ranjang?!”

   “Iya, tapi kau tenang saja, Angela! Bukan adegan ranjang sungguhan seperti yang kau bayangkan. Ini hanya berpura pura,” sahut Eliana yang mengira Angela akan salah paham.

   Angela mengangguk mengerti walaupun di dalam hatinya masih ada perasaan sedikit mengganjal. William yang menangkap kegelisahan di wajah Angela, segera menggenggam tangan kekasihnya itu.

   “Tidak perlu khawatir,” ucapnya pelan yang membuat Angela sedikit tenang.

   Di sela – sela makan malam mereka,William meminta ijin untuk pergi ke toilet. Di tengah perjalanannya, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Eliana yang juga habis dari toilet. Mata mereka sempat beradu selama beberapa detik. Hal ini membuat keduanya merasakan debaran di dalam dada mereka.

   “Eliana,” panggil William pelan, Eliana menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya untuk menatap William.

   “Maaf karena telah mengganggu kalian,” sambung William masih dengan nada pelan.

   “Huh! Ternyata kau peka juga ya. Apa kau tahu? Aku sudah menunggu lama untuk bisa berdua saja dengan Joe. Kau kan tahu kita selalu selesai syuting malam hari!” dengus Eliana.

   William tersenyum melihat wajah Eliana yang cemberut, karena bagi William hal itu sangat menggemaskan. William berjalan menghampiri Eliana. Ia membungkukkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Eliana. Lalu ia berkata.

   “Jangan marah nona manis, kau terlihat lebih cantik ketika tersenyum,” godanya pelan lalu bersmirk. Hal itu membuat Eliana mematung. Dan dengan mudahnya William berjalan meninggalkan Eliana yang masih syok dengan apa yang barusan ia dengar.

   “K ... kenapa dia berkata seperti itu? Dan apa apaan dengan senyumnya itu?!” gumam Eliana kesal namun ada sedikit rasa senang di hatinya.

   Eliana melanjutkan jalannya sambil mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Memang pesona seorang William Vinclet sangat menguji iman.

***

   Hari ini syuting ditunda karena sudah lebih dari satu bulan ini para staff dan artis belum mendapat libur. Sehingga sutradara akhirnya memberi mereka libur. Libur satu hari dalam satu bulan adalah hal paling berharga bagi mereka.

   Eliana memilih bermalas malasan di dalam rumahnya. Eliana tinggal di dalam sebuah appartment mewah bernomor unit 420. Eliana memilih berbaring di atas ranjangnya sambil membuka akun sosial medianya. Namun tiba tiba ia diganggu oleh suara bel yang berbunyi.

   Dengan malas, Eliana beranjak dari kasurnya dan membuka pintu. Seketika ia terkejut ketika melihat William sudah berdiri di balik pintunya dengan senyuman jahil.

   “William?!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status