Share

9. Scylaac

"Ternyata benar. Aku sudah menduga akan seperti itu jadinya," sela Lovelyn.

"Hei, aku belum selesai bercerita," keluh Vith.

"Tak usah kau lanjutkan. Aku sudah paham. Pantas saja kau menyebutnya lebih buruk daripada Iblis. Ternyata memang benar begitu adanya."

Vith menghela napas singkat. Ia memandangi Lovelyn dengan saksama. Setelah beberapa detik, ia pun berkata, "Begitu adanya?"

"Ya. Begitu adanya," jawab Lovelyn. "Tak ada yang lebih buruk dari orang yang memperlakukan ibu kandungnya sendiri seperti itu."

"Seperti itu?"

"Ya. Seperti itu. Aku sudah bisa menebaknya. Ruka pasti membunuh ibunya. Iya, kan?"

"Ya, Ruka membunuh Mentari. Lalu?"

Lovelyn terdiam sejenak.

"Ya ... lalu dia menjadi Iblis. Ah, maksudku, menjadi sesuatu yang lebih buruk daripada Iblis. Setelah itu dia menjadi pembunuh yang berkeliaran membantai banyak nyawa. Dan sekarang dia sampai di Scylaac. Iya, kan?"

"Aku tidak bertanya sampai sejauh itu. Yang kutanyakan, apa yang terjadi saat Ruka membunuh Mentari."

Lovelyn berpikir sejenak.

"Ruka ... menyiksa Mentari?"

Vith tersenyum.

"Lalu?"

"Ya ... Ruka menyiksanya sampai mati."

"Ruka menangis," ujar Vith.

Mereka tertahan dalam diam selama beberapa saat lamanya. Keduanya mencoba bertahan untuk tidak mau kalah. Pada akhirnya, Lovelyn-lah yang menyerah dan bertanya kepada Vith.

"Mengapa dia menangis?" tanya Lovelyn dengan suara pelan.

"Makanya, jangan memotong ceritaku."

"Ya, ya, aku tahu! Jadi, mengapa dia menangis?" tanya Lovelyn lagi. Kali ini dengan suara lantang.

"Ruka menyiksanya," jawab Vith. "Ia menyiksa Mentari di antara mayat-mayat yang bergelimpangan. Ia benar-benar menampilkan jati dirinya yang sebenarnya saat itu."

"Jati diri yang sebenarnya?"

"Ruka itu lebih buruk daripada Iblis. Dia sudah seperti itu sejak dari awal mulanya. Mungkin sejak tercipta dalam kandungan. Selama hidupnya, dia menyembunyikan jati dirinya dari Mentari. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, Mentari hanya mengetahui Ruka ketika berada di sisinya. Selain dari pada itu, Mentari sama sekali tak mengenal puteranya. Mentari tak tahu bahwa selama hidupnya Ruka selalu berpura-pura di hadapan Mentari. Mentari tak tahu bahwa Ruka selalu mencari masalah dengan orang lain sehingga ia dibenci dan ingin dibunuh. Mentari tak tahu, bahwa seluruh hidup Ruka, diisi oleh penderitaan."

"Penderitaan?"

"Ya. Penderitaan. Penderitaan dari orang-orang yang hidup di sekitarnya."

Lovelyn menelan perih ludahnya.

"Ruka menyiksa dan membunuh semua orang yang terlibat kehidupan dengannya. Dan itu semua dilakukannya tanpa sepengetahuan Mentari."

"Iblis."

"Hei, aku bahkan belum masuk ke puncak cerita," omel Vith.

"Masih ada yang lain?" ucap Lovelyn tak percaya.

"Tentu saja. Masa kau lupa? Mentari loh, Mentari."

Lovelyn mulai gemetar.

"Hehehe. Ya, Mentari. Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi? Ya, tentu saja kau tidak tahu. Sebenarnya, inilah terjadi."

Vith sengaja menghentikan ucapannya sejenak untuk bermain-main dengan pikiran dan perasaan Lovelyn.

"Saat itu, sebenarnya, Ruka tak pernah ingin membunuh Mentari."

Gemetar di tubuh Lovelyn menghilang.

"Ruka tak pernah ingin membunuh Mentari. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, dia menangis. Ruka menangis ketika Mentari mati."

Lovelyn mengerutkan dahi.

"Sebenarnya apa sih yang mau kau katakan?"

Vith tersenyum keji.

"Ruka menangis. Dia menangis ketika Mentari mati. Dia menangis, dalam kesedihan yang sangat amat mendalam, karena Mentari mati. Dengan Mentari mati, dia tak lagi bisa menyiksanya."

"Kau gila. Kau benar-benar gila."

"Hei, ini cerita tentang Ruka. Bukan tentang aku." Vith mengomel lagi.

"Sudah. Cukup. Hentikan semua ini. Kalian benar-benar sudah gila." Lovelyn sudah tak sanggup lagi.

"Ya, kau benar. Sudahlah. Kau sama sekali tidak pantas berada di Scylaac. Pergilah."

Lovelyn tersentak.

"Ayo, kuantar kau keluar dari sini. Kita pergi dari sini."

"Ti-tidak! Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," sambar Lovelyn dengan terbata.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Tak usah kau paksakan."

"Aku tidak apa-apa!" bentak Lovelyn.

Vith kembali memandangi Lovelyn dengan saksama.

"Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku sanggup menghadapinya. Aku sanggup hidup di Scylaac." Lovelyn berhenti sejenak. " Aku ... aku muak dengan dunia ini. Segala kepalsuan, kebodohan, kenajisan. Aku sudah muak dengan itu semua!"

Lovelyn tersenyum lebar.

"Inilah dunia yang sesungguhnya. Dunia yang sebenarnya. Scylaac. Ya. Aku pantas berada di sini. Inilah rumahku."

"Kau tidak siap. Sama sekali tidak siap. Ayo, kuantar kau pulang."

"Aku siap! Ceritakanlah semua tentang Ruka! Ceritakanlah semua tentang Scylaac! Aku siap menjalani ini semua! Aku siap!"

"Pergilah kau!"

"Aku siap!"

"Pergi!"

"Aku siap!"

"Siapa bocah ini?" tanya Ruka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status