Share

Bab 2. Tidak Semua Baik, Tidak Semua Jahat

Pagi yang cerah disambut oleh erika dengan semangat. Cahaya matahari pagi yang ikut menyinari wajah cantiknya.  Ada harapan besar erika hari ini,  beberapa amplop coklat yang dipegang menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk hari ini. 

     "Buk erika pamit dulu ya". 

Erika mencium punggung tangan ibunya, yang sedang berbelanja sayur di tukang sayur langganan. 

     "Hati-hati nak,  semoga lancar". 

      Senyum merekah ibu erika selalu jadi support system yang sangat hebat untuk erika sendiri. 

     "Kemana erika rapi sekali, inikan hari sabtu nggak kuliah". Sahut para tetangga lainnya yang ikut berbelanja sayur.

     "Mau cari kerja buk,  untung-untung ada yang nerima kan lumayan bisa bantu-bantu ibuku nantinya". Erika melempar senyum kesemua yang juga berbelanja. 

     "Waduh, ada yah yang mau nerima mana kamu kuliah mana bisa fokus nanti, beruntung sekali anak saya masih punya ayah jadi nggak menderita hidupnya". Tanya salah satu tetangga yang selalu saja membandingkan kehidupannya dengan erika dan ibunya hampir setiap hari.  

    "Huss sembarangan,  bagus dong seperti erika bantuin orang tua. Yang semangat ka niat baik pasti berbuah manis". Timpal satu  tetangganya yang tak pernah memperlakukan keluarganya buruk. 

     "Terimakasih buk, saya pamit nanti ketinggalan angkot". Erika berlalu meninggalkan yang lainnya dan ibu yang juga sudah pamit kerumah.

     Benar tak ada perlawanan, dari erika ataupun ibunya jika ada yang mencibir atau sekedar basa-basi yang menyakitkan, kata ibu biarlah toh apa yang mereka  bilang memang keanyataan yang sebenarnya. Kita cuma perlu sabar kalo nggak bisa menutup mulut mereka ya kita tutup telinga kita, nasehat ibu erika sedari kecil yang membuatnya terbiasa dengan omongan tetangga seperti itu,  meski begitu tak semua tetangga disekitar jahat ada juga yang baik dan bahkan mengerti keadaan ibu dan erika, seperti ibu ida selalu baik padanya. 

¤¤¤

     Helaan nafas panjang. Erika turun dari angkot yang berhenti. ya  meski tinggal dikota tapi jarak tempat tinggal erika ke pusat kota sekitar 25 menit jika menggunakan angkot ditambah macetnya lalu lintas. Jalan yang juga searah dengan kampusnya.  

     Hari ini erika akan menuju fotocopy dan cafe sekitar kampus yang jika jalan kaki sekitar 5 menit dari  kampus.  Dua target tempat kerja yang ingin erika masuki lamaran dan duanya lagi sekitar 15 menit dari kampus tempat laundry dan toko buku. Sengaja kucari yang sekitar atau tak jauh dari kampus agar mempermudah kuliahku juga.. 

     "Assallamu'allaikum pak". Sapa erika pada penjaga fotocopy. 

     "Iya kenapa neng? ". Tanyanya ramah dengan senyum dibibir

     "Apa ada lowongan pakdisini?. Saya mau masuki lamaran, saya pengen kerja pak". 

     " Waduh, maaf neng nggak bisa soalnya ini fotocopy cuma punya satu mesin, komputernya memang ada tiga tapi itu biasa mahasiswa operasiin sendiri". Bapak itu menjelaskan yang tidak bisa menerima erika. 

     "Baiklah pak, terimakasih saya pamit. Assalamualaikum ". Paham maksud bapak itu bahwa ia sudah ditolak. 

     Target pertama erika gagal. Namun,  itu tak memudarkan semangatnya. Semangat yang masih sama dengan pagi tadi ketika melangkah keluar rumah, hanya ditolak satu masih ada tiga lagi pikir erika yang mungkin bisa menerimanya. 

     "Wa'alaikumsalam".

     Erika berlalu menuju target ke dua, cafe yang berjarak sekitar 10 langkah dari fotocopyan ini tempat biasa anak kampus erika makan atau sekedar nongkrong. Erika sendiri belum pernah walau hanya sekedar untuk duduk kesini karena bukan gaya hidupnya kata lain tidak sesuai dengan kantong erika. 

     "Ada yang bisa saya bantu kak". Tegur seorang laki - laki yang kelihatannya tak begitu jauh selisih umurnya dari erika. 

     "Iya maaf kak. Ada yang bisa saya temui untuk urusan melamar pekerjaan saya lagi butuh kerjaan soalnya". 

      "Oh begitu kesini kak kebetulan pemiliknya ada disini, sedang ketemu klien tunggu di dalam saja nanti kalo sudah selesai saya sampaikan pada bos". 

      Erika mengikuti lelaki itu dengan mata mengamati tampilan cafe tersebut  yang berkonsep minimalis indoor dan outdoor. Ada beberapa kursi di bawah pohon rindang diluarnya yang ditata sedemikian rupa, bagian depan terbuat dari full kaca bening,   didalam ada kursi dan meja dengan gaya minimalis dan wallpaper dinding yang cocok sekali untuk berselfi ria ala kekinian muda mudi sekarang. Wajar saja anak kampusnya selalu kesini pikir erika.

     Sekitar 15 menit erika menunggu nampak wanita muda sekitar umur 30 tahunan berjalan kearahnya, sangat elegan dengan setelan yang sangat trendi. Erika berdiri menunjukkan rasa sungkan.

     "Maaf ya menunggu lama, kata karyawan saya tadi ada yang ingin ketemu, Ayok duduk". Wanita tersebut mempersilahkan erika duduk.

     "Ah iya buk tidak apa-apa, saya berniat mau bekerja apa ada lowongan disini kata erika sopan". 

     "Oh begitu panggil saja aku mbak,  umur mbak masih 30 an, langsung saja ya karyawan mbak memang cuma ada beberapa orang dan memang sedang kekurangan. Jadi kamu bisa masuki lamaran dulu ya karena mbak lagi buru-buru nanti akan ada yang menghubungi buat panggilan, lampirkan saja no telpon kamu ya dik". Wanita itu tersenyum ramah ke erika sembari menjelaskan. 

     "Iya mbak, terima kasih".  Erika dengan perasaan tak enakan karena sudah memanggilnya ibu

    "Maaf ya mbak buru-buru, mbak tinggal dulu. Nanti kasih kasir saja lamaran" . Wanita tersebut menunjuk kekasir cafe". 

     "Iya mbak, terimakasih ". Erika Melempar senyum padanya.

    Dengan perasaan kagum erika memandangi punggung wanita tersebut yang beranjak menuju pintu keluar.  Erika merasa wanita tersebut sangat sopan tidak ada kesombongan atau melihat kecil seseorang dari nada bicaranya seperti kebanyakan orang sukses yang erika temui. Erika merasa wanita itu cukup sukses dengan menjadi pemilik dari cafe ini. Di hati erika ia sangat berharap bisa seperti wanita tersebut memiliki kesuksesan dan nilai yang dimata orang. Seperti erika melihat wanita tersebut. 

Erika memberikan lamaran tersebut ke  laki - laki tadi,  yang ternyata kasir disini. 

"Semoga ada harapan disini" batin erika menatap lekat cafe tersebut. Sebelum berlalu meninggalkannya.

                             Bersambung

Sungguh perjuangan yang luar biasa erika melamar di empat tempat kerja,  dimana kah ia akan diterima? Mampukah dia menjadi seperti pemilik. Cafe tersebut

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status