Home / Romansa / Seadanya / Bab 3. Setara ataupun Sama

Share

Bab 3. Setara ataupun Sama

Author: Treegum
last update Last Updated: 2021-08-22 10:43:34

Erika melirik jam diponsel yang sudah pukul 11.40 yang berarti sekitar setengah jam lagi akan masuk waktu solat zuhur dan makan siang, hari ini hari sabtu dimana memang aktivitas kuliah libur,. Jadi erika bisa mengantar lamaran kerjanya selesai hari ini, 

"Sepertinya lebih baik aku menunggu dimasjid kampus saja, selesai zuhuran baru lanjutkan lagi antar lamaran ke tempat laundry dan toko buku". Guman erika,  yang beranjak pergi meningalkan cafe tersebut.

Erika menuju masjid kampus yang tak jauh dari cafe dan tempat fotocopy yang ia masuki lamaran kerja tadi, kampus erika memang tergolong kampus swasta yang elit ditambah berada di pusat kota,  dilengkapi fasilitas-fasilitas lainnya membuat erika beruntung sekaligus sengsara karena hampir seluruh mahasiswa anak orang kaya yang sangat jauh berbeda dengan erika.

"Eh pak mamad,  sabtu masuk ya pak kerja ?? erika pikir kalo orang nggak kuliah bapak libur juga", 

Erika yang bertemu salah satu cleaning service kampusnya.

"eh ada mbak erika,  ya masuk toh kan bapak kerja bukan kuliah seperti mbak erika hahaha,  nggak kerja nggak makan bapak", 

"eh mbak erika sendiri ngapain orang libur kekampus,  ada mata kuliah tambahan toh?", 

" nggak pak erika tadi abis masuki lamaran di cafe samping kampus yang di ujung itu, kerena udah mau masuk waktu zuhur ya erika mampir aja kesini sekalian nunggu waktu sholat". 

"oalah begitu toh, mbak erika mau kerja ya., nanti kuliahnya terganggu kan sayang mbak", 

"nggak kerja nggak makan kita pak hahha erika tertawa menirukan jawaban seperti pak mamad tadi, tenang pak mamad kuliah kan cuma beberapa jam sehari nggak kayak sekolah dari pagi sampai sore". Imbuh erika 

" yaudah erika kamu yang semangat nanti gajian traktir bapak ya beli cilok didepan hhha, bapak pamit dulu mau beresi aula diatas senin mau dipakai ". 

 pak mamad seraya berlalu meninggalkan erika melanjutkan pekerjaannya

"okeh siiip pak,  fighting pakk maaf nggak bisa bantu"

Erika berteriak pada pak mamad yang sudah berjalan meninggalkan erika

"Erika memang sangat akrab dengan pak mamad bukan hanya pak mamad tapi seluruh pekerja kecil dikampus ini seperti satpam, cleaning service semuanya hampir erika kenal,  erika sangat menghormati mereka karena pertama mereka lebih tua dari erika dan kedua mereka setara ataupun sama,  jarang dilihat, dianggap ada dan dihargai hanya karena status sosial yang berbeda,  ia paham betul rasanya diperlakukan seperti itu, pernah dahulu pak mamad mengepel koridor berulang kali hanya karena belum kering namun sudah diinjak-injak dengan sepatu mahasiswa-mahasiswa kaya kampus ini tanpa kata permisi ataupun maaf bahkan tanpa berusaha menepi, lebih tepatnya mahasiswa kurang etika."

"Kamu boleh kaya tapi jangan miskin etika" , itulah kata yan tepat untuk mahasiswa-mahasiswa tersebut dari erika. 

Pak mamad dan teman-temannya juga paham aku siapa,  mahasiswa biasa ekonomi seadanya. Pergi kekampus saja naik angkot tanpa kendaraan pribadi seperti mahasiswa lainnya,  mereka jugalah yang mengajarkan erika mebunuh rasa gengsi dan memberi motivasi hidup untuk meraih mimpi. 

                               Bersambung

Patut di contoh nih erika menghormati orang kecil,  jangan lupa menghargai seseorang ya apapun pekerjaannya

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Seadanya   Bab 14. Terjebak stuasi

    Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal

  • Seadanya   Bab 13. Terimakasih

    Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har

  • Seadanya   Bab 12. Erika dan Angkot

    Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala

  • Seadanya   Bab 11. Siapa Riski

    Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi

  • Seadanya   Bab 10. Tersadar

    Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan

  • Seadanya   Bab 9. Berbeda

    Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status