Share

Bab 5. Tambah Susah, Apa Aku Jahat

Erika pergi meninggalkan minimarket dengan kata - kata bijak bocah penjual koran yang masih membekas,  melangkah menuju laundry target terakhir yang akan dimasuki lamaran,  tak jauh sekitar 15 meter dari minimarket disebrang jalan sana. 

Erika memandangi bagian depan laundry tersebut,  sudah tak ada lagi papan iklan yang bertuliskan karyawan. 

Kakinya melangkah dengan ragu menghampiri karyawan  laundry.

"Mau lamar kerja ya?", Pertanyaan laki - laki separuh baya dari belakang dengan seutas senyum ketika erika berbalik melihatnya

"Eh iya pak, niatannya begitu". Jawab erika membalas senyumnya

"Waduh maaf, nak kamu terlambat sudah keduluan orang bapak sedang butuh cepat soalnya". Jawabnya menjelaskan

Ternyata bapak tersebut pemilik laundry yang akan erika masuki lamaran. 

"Nggak perlu minta maaf pak, bukan rezeki saya berarti disini hehe". 

"Kalo begitu saya pamit ya pak,  assalamu'alaikum" 

"Wa'alaikumsalam" Seraya berlalu masuk ke laundrnya

...

Erik melambaikan tangan pada angkot agar berhenti , waktunya pulang mungkin sampai rumah setelah asar,  karena laundry dan toko buku berlawan arah jalan pulang menambah 15 menit waktu perjalanan erika.   

Hanya ada dua harapan erika untuk bekerja, cafe dan toko buku jika salah satu menerimanya.

...

"Assalamualaikum ibu, erika membuka pintu".

Erika tidak mendapati ibunya dirumah,  mungkin saja ibunya sedang kerumah juragan kue bantu-bantu menyiapkan kue untuk besok pagi. 

Erika membuka tudung saji dimeja makan, dilihatnya ada sayur kankung dan telur ceplok menu ibu hari ini nikmat sekali dibumbui dengan rasa syukur setiap hari. 

"Mandi dan sholat ashar saja dahulu baru makan guman erika".

...

Perut sudah kenyang, erika memandangi layar hp tak ada notif sms ataupun w******p dari kelanjutan lamarannya hari ini, atau memang belum.

"Assalamualaikum". Suara pintu dibuka

"Wa'alaikumsalam erika menjawab salam ibu keluar dari kamar. 

"Gimana ka,  dapet kerjanya". Tanya ibu kepada erika,  wajah ibu yang terlihat sangat lelah demi mencari pundi-pundi rupiah yang selalu mebuat erika iba,  ayah erika meninggal tak meninggalkan apapun kecuali rumah yang ditempati sekarang. Ayahnya hanya karyawan tidak tetap disebuah pabrik semasa hidupnya,  tak ada ansuransi atau uang yang  erika dan ibu dapat dari dapat setelah kepergiannya.

"Belum buk, doakan saja ya". Erika memeluk erat mencium bau - bau tepung dari tubuh ibunya.

"Yang terbaik untukmu nak doa ibu selalu menyertai". Ibu memandangi wajah erika dengan seutas senyum.

"Sudah ibu masih kotor badannya kamu sudah mandi nanti nempel bau ibu" kata ibu melepas peluk erika.  

...

Erika  mengatur hp yang sebelumnya mode hening ke dering agar nanti kalo ada panggilan masuk atau pesan dari lamaran kerja bisa terdengar, jadi tak perlu dipandangi terus menerus. Erika melanjutkan aktivitas malam harinya dengan belajar sebelum tidur. 

"Erika ibu mau ngomong". Terdengar ibu mengetuk pintu

"Masuk buk".

"Ada apa buk,  menang lotre ya erika menanggapi ibunya dengan candaan".

"Kamu ini, ada hal serius yang mau ibu bicarakan ka,  tapi kamu jangan marah ya". Erika melihat ekspresi ibunya, sepertinya memang ada sesuatu yang serius ingin ibu sampaikan. Erika beranjak mendekati ibu yang duduk diranjang. 

"Ada apa bu".  Erika penasaran 

"Ini perihal nenekmu". Ibu mengeha nafas panjang

"Kenapa, apa memarahi ibu lagi" Erika melempar pertanyaan pada ibu.

Nenek yang dimaksud ibu erika adalah orang tua ayahnya, erika tak begitu suka  bahkan hanya kenal sekilas saja kenal ketika neneknya datang beberapa tahun lalu sewaktu erika masih smp.  Beliau datang hanya untuk marah - marah membuat ibu dan erika malu dengan menghardik didepan tetangga.  Kata ibu nenek sangat membenci ibu dan juga erika atas kesalahan yang tak mereka perbuat. Kematian ayah yang kecelakaan tunggal itu katanya ulah ibu dan erika. Ketika ibu sedang mengandung erika  ia megidam ingin martabak jam 10 malam karena ayah sayang maka kemauan ibu pun dituruti.  Padahal jika dipikir - pikir itu diluar kendali sesorang semasa hamil. Tapi seperti apapun penjelasan yang diberikan kenenek tetap saja ibu dan erika penyebabnya.

Sedangkan kakek dari ayah sudah meninggal begitupun kedua orang tua ibu erika. Bisa dikatakan ibu dan erika tidak punya keluarga, ibu erika sendiri anak semata wayang.  Sedangkan keluarga ayah hanya ada adik perempuan  dan nenek  itupun kata ibu erika mereka sudah memutuskan hubungan keluarga sejak ayah tiada. 

Lalu mengapa dia menghubungi ibu dan erika lagi,??

"Rumah ini rumah hasil jerih payah ayahmu semasa hidup. Nenekmu pernah mengungkit itu dahulu ketika dia datang sewaktu kamu sd dia menyuruh ibuk menjualnya dan bagi dua hasil tersebut. Tapi ibuk menentang bilang ini atas nama ibu, sekarang nenekmu kembali mengungkit dengan memberi dua pilihan?. Jelas ibu dengan mata yang sudah mengembun

"Pertama ia ingin tinggal disini karena rumahnya sudah dijual untuk modal adik ayahmu yang kerja sebagai TKW". Jelas ibuk kepada erika

"Kedua jika tidak tinggal disini ia minta dikirimi uang setiap bulan 700ribu untuk bayar kontrakan". Sambung ibu yang pipinya sudah mengalir bulir air mata beban nya bertambah terlihat jelas di wajah itu

"Gilaaa,  pekik erika".

 "Sebulan, kita saja hari demi hari bertahan untuk makan!!, Sudah ibu tak usah pusing suruh saja tinggal disini nenek biar dia tahu kehidupan kita saja susah malah ditambah susah".

"Dulu tak menganggap keluarga sekarang enak saja datang kepada kita" . Erika geram mendengar penuturan ibunya

                  Bersambung. 

Wah erika susah ditebak nih orangnya 😇

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status