Beranda / Romansa / Seadanya / Bab 5. Tambah Susah, Apa Aku Jahat

Share

Bab 5. Tambah Susah, Apa Aku Jahat

Penulis: Treegum
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-22 21:52:30

Erika pergi meninggalkan minimarket dengan kata - kata bijak bocah penjual koran yang masih membekas,  melangkah menuju laundry target terakhir yang akan dimasuki lamaran,  tak jauh sekitar 15 meter dari minimarket disebrang jalan sana. 

Erika memandangi bagian depan laundry tersebut,  sudah tak ada lagi papan iklan yang bertuliskan karyawan. 

Kakinya melangkah dengan ragu menghampiri karyawan  laundry.

"Mau lamar kerja ya?", Pertanyaan laki - laki separuh baya dari belakang dengan seutas senyum ketika erika berbalik melihatnya

"Eh iya pak, niatannya begitu". Jawab erika membalas senyumnya

"Waduh maaf, nak kamu terlambat sudah keduluan orang bapak sedang butuh cepat soalnya". Jawabnya menjelaskan

Ternyata bapak tersebut pemilik laundry yang akan erika masuki lamaran. 

"Nggak perlu minta maaf pak, bukan rezeki saya berarti disini hehe". 

"Kalo begitu saya pamit ya pak,  assalamu'alaikum" 

"Wa'alaikumsalam" Seraya berlalu masuk ke laundrnya

...

Erik melambaikan tangan pada angkot agar berhenti , waktunya pulang mungkin sampai rumah setelah asar,  karena laundry dan toko buku berlawan arah jalan pulang menambah 15 menit waktu perjalanan erika.   

Hanya ada dua harapan erika untuk bekerja, cafe dan toko buku jika salah satu menerimanya.

...

"Assalamualaikum ibu, erika membuka pintu".

Erika tidak mendapati ibunya dirumah,  mungkin saja ibunya sedang kerumah juragan kue bantu-bantu menyiapkan kue untuk besok pagi. 

Erika membuka tudung saji dimeja makan, dilihatnya ada sayur kankung dan telur ceplok menu ibu hari ini nikmat sekali dibumbui dengan rasa syukur setiap hari. 

"Mandi dan sholat ashar saja dahulu baru makan guman erika".

...

Perut sudah kenyang, erika memandangi layar hp tak ada notif sms ataupun w******p dari kelanjutan lamarannya hari ini, atau memang belum.

"Assalamualaikum". Suara pintu dibuka

"Wa'alaikumsalam erika menjawab salam ibu keluar dari kamar. 

"Gimana ka,  dapet kerjanya". Tanya ibu kepada erika,  wajah ibu yang terlihat sangat lelah demi mencari pundi-pundi rupiah yang selalu mebuat erika iba,  ayah erika meninggal tak meninggalkan apapun kecuali rumah yang ditempati sekarang. Ayahnya hanya karyawan tidak tetap disebuah pabrik semasa hidupnya,  tak ada ansuransi atau uang yang  erika dan ibu dapat dari dapat setelah kepergiannya.

"Belum buk, doakan saja ya". Erika memeluk erat mencium bau - bau tepung dari tubuh ibunya.

"Yang terbaik untukmu nak doa ibu selalu menyertai". Ibu memandangi wajah erika dengan seutas senyum.

"Sudah ibu masih kotor badannya kamu sudah mandi nanti nempel bau ibu" kata ibu melepas peluk erika.  

...

Erika  mengatur hp yang sebelumnya mode hening ke dering agar nanti kalo ada panggilan masuk atau pesan dari lamaran kerja bisa terdengar, jadi tak perlu dipandangi terus menerus. Erika melanjutkan aktivitas malam harinya dengan belajar sebelum tidur. 

"Erika ibu mau ngomong". Terdengar ibu mengetuk pintu

"Masuk buk".

"Ada apa buk,  menang lotre ya erika menanggapi ibunya dengan candaan".

"Kamu ini, ada hal serius yang mau ibu bicarakan ka,  tapi kamu jangan marah ya". Erika melihat ekspresi ibunya, sepertinya memang ada sesuatu yang serius ingin ibu sampaikan. Erika beranjak mendekati ibu yang duduk diranjang. 

"Ada apa bu".  Erika penasaran 

"Ini perihal nenekmu". Ibu mengeha nafas panjang

"Kenapa, apa memarahi ibu lagi" Erika melempar pertanyaan pada ibu.

Nenek yang dimaksud ibu erika adalah orang tua ayahnya, erika tak begitu suka  bahkan hanya kenal sekilas saja kenal ketika neneknya datang beberapa tahun lalu sewaktu erika masih smp.  Beliau datang hanya untuk marah - marah membuat ibu dan erika malu dengan menghardik didepan tetangga.  Kata ibu nenek sangat membenci ibu dan juga erika atas kesalahan yang tak mereka perbuat. Kematian ayah yang kecelakaan tunggal itu katanya ulah ibu dan erika. Ketika ibu sedang mengandung erika  ia megidam ingin martabak jam 10 malam karena ayah sayang maka kemauan ibu pun dituruti.  Padahal jika dipikir - pikir itu diluar kendali sesorang semasa hamil. Tapi seperti apapun penjelasan yang diberikan kenenek tetap saja ibu dan erika penyebabnya.

Sedangkan kakek dari ayah sudah meninggal begitupun kedua orang tua ibu erika. Bisa dikatakan ibu dan erika tidak punya keluarga, ibu erika sendiri anak semata wayang.  Sedangkan keluarga ayah hanya ada adik perempuan  dan nenek  itupun kata ibu erika mereka sudah memutuskan hubungan keluarga sejak ayah tiada. 

Lalu mengapa dia menghubungi ibu dan erika lagi,??

"Rumah ini rumah hasil jerih payah ayahmu semasa hidup. Nenekmu pernah mengungkit itu dahulu ketika dia datang sewaktu kamu sd dia menyuruh ibuk menjualnya dan bagi dua hasil tersebut. Tapi ibuk menentang bilang ini atas nama ibu, sekarang nenekmu kembali mengungkit dengan memberi dua pilihan?. Jelas ibu dengan mata yang sudah mengembun

"Pertama ia ingin tinggal disini karena rumahnya sudah dijual untuk modal adik ayahmu yang kerja sebagai TKW". Jelas ibuk kepada erika

"Kedua jika tidak tinggal disini ia minta dikirimi uang setiap bulan 700ribu untuk bayar kontrakan". Sambung ibu yang pipinya sudah mengalir bulir air mata beban nya bertambah terlihat jelas di wajah itu

"Gilaaa,  pekik erika".

 "Sebulan, kita saja hari demi hari bertahan untuk makan!!, Sudah ibu tak usah pusing suruh saja tinggal disini nenek biar dia tahu kehidupan kita saja susah malah ditambah susah".

"Dulu tak menganggap keluarga sekarang enak saja datang kepada kita" . Erika geram mendengar penuturan ibunya

                  Bersambung. 

Wah erika susah ditebak nih orangnya 😇

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Seadanya   Bab 14. Terjebak stuasi

    Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal

  • Seadanya   Bab 13. Terimakasih

    Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har

  • Seadanya   Bab 12. Erika dan Angkot

    Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala

  • Seadanya   Bab 11. Siapa Riski

    Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi

  • Seadanya   Bab 10. Tersadar

    Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan

  • Seadanya   Bab 9. Berbeda

    Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status