Share

Bab 6. Bagi Tiga

Erika sedang menkmati udara pagi,  entah kenapa untuknya dapat menghirup udara pagi begitu disenanginya dan menjadi rutinitas, karena baginya setelah pagi berganti yang ada diudara hanyalah polusi.

"Erika hari ini nggak kemana - manakan,  nanti nenek kemungkinan sekitar jam 10.00 WIB sudah tiba dirumah,  ibu nggak bisa nyambut mau jualan kue kekomplek - komplek perumahan sana".

Jelas ibu yang tengah bersiap untuk jualan

"Iya bu, nggak kemana - mana kok".

Keputusan semalam yang erika sampaikan ke ibu atas pilihan yang diberikan nenek sudah ibu sampaikan ke nenek apa yang erika dan ibu pilih,  jadi hari ini nenek akan pindah. Bagaimana pun sikap nenek nanti kita lihat saja kedepannya, tapi doakan nenek sudah berubah tak seperti dulu lagi. 

"Nanti barang-barang nenek tarok dikamar ibu saja,  sama jangan lupa nanti kamu masak ya belanja beli lauk sama sayur".

Ibu menyodorkan uang 50 ribu kepada erika

"Iya beres bu tenang aja" 

"Assalamu'alaikum, ibu jalan dulu"

"Wa'alaikumsalam, hati - hati bu".

Erika memandangi punggung ibu yang sudah beranjak meninggalkan rumah.

...

Erika memandangi layar hp yang dari semalam  tak dilihat hanya menunggu dering telepon atau notif dari lamaran kerja yang ada di pikiran nya.  

Erika membuka w******p, hanya ada pesan - pesan masuk dari grup kuliah dan alumni yang sengaja dibisukan.

Tak ada pesan ataupun panggilan tentang lanjutan lamaran pekerjaan, 

"Apa karena hari ini hari minggu dan orang libur". 

"Sayurrrrr,  sayuuuurr buk ibu",

 teriak penjual sayur terdengar diluar

Sudah ada ibu - ibu lainnya yang mungkin sudah dari tadi menunggu penjual sayur juga. 

"Pagi buk".

Sapa erika pada semuanya sembari melempar senyum. 

"Pagi ka,  ibu antar kue ya",

balas ibu ida tetangga baik yang kemarin membela erika. 

"Iya bu".

"Gimana ka,  dapet kerja kemarin",

Buk ida bertanya kepada erika. 

"Belum bu, masih nunggu panggilan buat interview. Doakan saja". Erika menjawab dengan seutas senyum

"Alah paling mah,  itu tolakkan halus aja sama bilang tunggu nanti bakal dipanggil padahal akalan-akalan aja, ujung-ujungnya nanti didiamkan", buk juli menanggapi omongan erika.  Buk juli ini pula tetangga yang selalu mengusik erika dan ibu.

"Ya kita doakan aja toh buat erika semoga di terima", timpal buk ida

Erika hanya diam tak mengubris, mungkin yang di omongkan buk juli memang benar.  Erika mengambil satu ekor ikan yang keliatan segar dan bumbu lainnya. 

"Tumben beli ikan, biasanya tempe? "

buk juli yang melihat erika mengambil ikan

Erika menjelaskan bahwa nenek akan tinggal disini bersama ia dan ibu

"Mana cukup itu ikan satu ekor bagi tiga,  lagian ada-ada aja kok malah numpang hidup sama ibumu yang sudah susah, nggak kasian apa. Padahal kan dulu dia tak suka sama kalian".

Cibir buk juli

Erika melihat ikanbelanjaan yang diambil,   lagi - lagi benar kata buk juli mungkin tak akan cukup jika nenek sudah tinggal disini dengan porsi yang sebelumnya. Meski ikannya bisa dibagi tiga itu pasti terlalu kecil jadinya.

"Yah ka, nih tambah lagi satu ekor ikannya".

Bu ida menambahkan satu potong ikan lagi kebelanjaan erika. 

Erika juga mengambil 3 butir telur buat jaga - jaga jika ikan yang dibeli nenek tak suka. Meski erika tidak tahu bagaimana sikap neneknya nanti, beliau tetaplah neneknya yang harus disambut paling tidak ada makanan yang dihidangkan.

"Semuanya 31 ribu neng".

Erika menyodorkan uang yang diberi ibunyantadi,  erika berpikir biasanya paling besar belanja sayur cuma 20 ribu jika  hanya berdua dengan ibu, memang nenek bakal menambah lagi pengeluaran buat makan. Tapi erika berharap dengan adanya nenek mungkin akan ada rezeki yang hadir dengan kedatangannya.

"Duluan bu, " 

Erika meninggalkan ibu - ibu lainnya yang masih berbelanja

...

Sudah pukul setengah sepuluh,  erika sudah selesai masak dan membereskan rumah dan mungkin neneknya sebentar lagi akan sampai. Teringat koran yang kemarin dibeli belum terbaca,  pasti bocah itu akan marah padanya. 

Baru mau melangkahkan kaki kekamar mencari koran dari bocah kemarin,  terdengar suara mobil berhenti dihalaman pasti itu nenek  erika segera  membuka pintu, benar saja itu nenek ia turun dari mobil pick up  dengan barang yang lumayan banyak,  ia nampak sangat sehat diusia yang sudah senja, hanya tak setegap terakhir dia datang untuk marah - marah beberapa tahun lalu. 

Ragu erika menghampiri neneknya itu. 

"Nggak mau bantu bawak barangnya".

Serunya kepada erika.  

Erika mendekati nenek, menyaliminya dengan kata maaf

"Ayo bawa ini kedalam,  ibumu bilang tadi dia tak dirumah. Kau sudah besar jadi pasti sanggup angkat ini".

Nenek menunjuk beberapa kotak kardus

"Ayo nek, erika berjalan sambil membawa kardus besar  yang ditunjuk neneknya tadi

Erika meletakkan semua barang nenek di ruang tamu. Karena kalo ditaro dikamar ibu sesuai perintah ibu tadi, tak kan muat .

Erika melihat nenek melengos ke dapur dengan pandangan  kesana kemari. 

" Tak ada perubahan", nenek menatap erika

Nenek berjalan kearah mendekati erika, 

 "apa tak ada niatan menawariku minum " 

Nenek memandangi erika dengan wajah datar, ia yakin erika tentu saja tidak menyukainya sehingga lupa berbasa basi untuk menawarinya minum

                              Bersambung.. 

Apa nenek erika sudah berubah?  Yuk ikuti kisahnya selalu

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status