Share

Bab 3

Penulis: Caroline
Setelah mengatasi masalah ini, aku kembali ke rumahku bersama Jivan. Baru saja pintu dibuka, aku pun merasa syok dengan keberadaan seseorang di dalam rumah!

“Kak Feli, lama nggak berjumpa!”

Rosa mengenakan piama yang tipis memamerkan tubuh indahnya. Dia berjalan keluar dari kamar pengantinku dan Jivan dengan ekspresi bersalah dan provokasi.

“Kak Lucas dan Jivan cemasin aku. Mereka suruh aku tinggal di sini.”

Aku melihat kamar pengantin yang kudekorasi dengan susah payah itu dimasuki oleh Rosa. Semua barang rumah tangga yang berpasangan telah dibuang sembarangan oleh Rosa ke dalam ruang kerja. Sebagai gantinya, barang-barang pribadinya memenuhi ruangan itu.

“Kata Jivan, pencahayaan di ruangan ini nyaman. Aku baru saja selesai operasi di luar negeri dan butuh pemulihan.”

Tersembunyi rasa muram di dalam tatapanku. Ruangan yang dia tempati itu sebenarnya adalah kamar pengantin milikku dan Jivan.

Saat ini, pintu kembali dibuka. Lucas dan Jivan memasuki rumah dengan membawa kue tar dan bunga segar. Terlihat tatapan tidak puas dalam tatapan mereka.

“Apa yang mau kamu lakukan? Rosa sudah pernah diusir sekali sama kamu,” ucap Jivan dengan tidak puas sembari melihatku.

“Sekarang Rosa adalah anggota keluarga kami. Rumah ini juga adalah rumahnya,” ujar Lucas dengan dingin sembari menatapku.

Aku mengamati vila kecil ini. Vila ini adalah hadiah dari Lucas untukku. Katanya, selamanya dia adalah anggota keluargaku. Selama ada dia, aku pun akan selalu memiliki rumah. Namun selanjutnya, Rosa tinggal di sini.

Lantaran mengingat hubungan dengan Erna, aku pun setuju membiarkan Rosa menumpang tinggal di sini. Setelah menemukan rumah, dia pun mesti segera meninggalkan rumah ini.

Hanya saja, Rosa semakin tidak tahu batasan. Dia bukan hanya mengambil barangku, bahkan juga berpelukan di atas ranjang dengan Jivan yang sedang mabuk.

Aku tidak bisa bersabar lagi dan langsung menampar Rosa. Aku pun didorong Jivan. “Rosa sudah kehilangan keluarganya. Dia hanya menganggapku sebagai kakaknya saja. Sejak kecil, kamu sudah didampingi oleh kami. Rosa berbeda sama kamu. Dia sudah mengalami banyak cobaan! Kamu lebih besar daripada dia. Apa kamu nggak bisa menjaganya seperti menjaga seorang adik?”

Aku melihat telapak tangan yang terluka akibat terkena pecahan kaca. Itu pertama kalinya aku merasa asing dengan diri Jivan.

Sekarang Rosa kembali lagi dan menguasai kamar pengantinnya, bersikap seperti nyonya rumah di sini.

“Felicia, selama beberapa tahun ini, aku yang menghidupimu. Aku sudah membesarkanmu hingga segede ini. Seharusnya kamu tahu berterima kasih! Sekarang, Rosa itu adikku! Kamu nggak berhak untuk menyuruhnya pergi! Kalau bukan karena kamu mengusirnya ke luar negeri, kondisi penyakitmu juga nggak akan bertambah parah.”

“Kamu tinggal di ruang baca saja. Kita bicarakan lagi setelah kondisi penyakit Rosa membaik,” peringatkan Lucas.

“Rosa butuh dijaga selama beberapa waktu ini. Lagi pula, kami juga belum mendaftarkan pernikahan kita. Kalau kamu berulah lagi, kita nggak usah menikah lagi!”

Jivan menatapku dengan ekspresi waspada. Sementara, aku menatap mereka dengan tatapan penuh hinaan.

Jika Felicia adalah Felicia yang dulu, mungkin dia akan merasa sakit hati. Namun, Felicia yang sekarang hanya merasa kecewa.

Tempat ini tidak menyambutku lagi. Sudah saatnya juga aku kembali ke keluargaku. Berhubung aku sudah memutuskan untuk pergi, aku pun tidak membalas ucapannya, langsung berjalan ke ruang baca.

Barang-barangku dilempar sembarangan ke dalam ruang kerja. Semua itu adalah hasil desain dan pilihanku sendiri. Barang-barang itu adalah bentuk dari impian dan harapanku terhadap masa depanku.

Aku diam-diam membuang barang pengantin yang dirusak Rosa ke tempat sampah.

Pada saat ini, Jivan baru mengangguk dengan puas. “Barang-barang itu nggak bernilai. Nanti baru dibeli lagi saat akan menjalankan pernikahan.”

Terlintas sedikit rasa muram di dalam tatapanku. Barang yang tidak bernilai bukan hanya barang-barang ini saja. Tidak ada lagi masa depan. Tempat ini bukan lagi tempatku untuk berlindung.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 10

    Lucas sebagai wali dari Rosa mendapat panggilan dari kantor polisi. Bagaimanapun, sebelumnya dia pernah mengasuh Rosa.Lucas pun menatapku dengan rasa bersalah.Grup Gunadi telah menghentikan kerja sama dengan Lucas. Sekarang Grup Hikara hanyalah sebuah perusahaan biasa, tidak seperti sebelumnya lagi. Sementara itu, Jivan juga telah membayar akibat dari sikap tidak setianya. Dia benar-benar pernah berhubungan dengan Rosa.Sekarang Jivan tidak lagi bersikap arogan seperti sebelumnya. Setiap harinya, dia hanya mabuk-mabukan di rumah. Aku dipapah Johnson. Dia menatap Lucas dengan tatapan dingin. Lucas melihat perutku yang agak membuncit dengan kaget. “Feli, kamu ….”Aku mengangguk sedikit kepalaku. “Pak Lucas.”Panggilan “Pak Lucas” telah memutuskan jarak di antara aku dengan dia. Lucas menggeleng dengan tersenyum getir. Dia tahu hubungan mereka tidak bisa kembali seperti dulu lagi.Tidak lama kemudian, Jivan pun telah meninggal. Dia dimakamkan di kuburan yang sama dengan Bianca. Saat me

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 9

    Icha dan Sisca melihatku dengan tatapan kasihan.Aku pun tersenyum untuk menghibur mereka. “Semuanya sudah berakhir.”Di dalam dokumen yang diberikan Herbert kepada mereka berdua, ada bukti bahwa selama beberapa tahun Rosa di luar negeri, dia pun tertular penyakit akibat kelakuan tercelanya.Sekarang saat Jivan menatap sosok Rosa di depannya, dia pun hanya merasa jijik. Ternyata wanita suci yang selama ini dia kira adalah wanita beracun.Bukan hanya itu saja, Rosa bahkan diam-diam menjual rahasia bisnis Grup Hikara kepada perusahaan rival.Gara-gara wanita ini, Jivan pun kehilangan bunga mawar yang telah dia lindungi sejak kecil. Lucas mengusir Rosa dari Kediaman Keluarga Hikara.Mereka berdua memutar otak untuk mendekatiku, ingin meminta maaf dan menebus kesalahan mereka terhadapku. Hanya saja, berhubung adanya hubungan Keluarga Limardi dan Keluarga Gunadi, aku terpaksa menolak mereka.Namun, kami sudah meremehkan Rosa. Kami telah meremehkan sifat beracun Rosa.Rosa yang sekarang sud

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 8

    “Sepertinya yang tadi itu si Feli.” Tiba-tiba wajah Jivan berubah menjadi pucat pasi.“Omong kosong. Dia itu putri Keluarga Gunadi … Keluarga Gunadi ….” Suara Lucas tiba-tiba berhenti. “Nggak mungkin …. Keluarga Feli cuma aku seorang diri.”Saat mereka duduk di kursi, Herbert menggandengku dan mengantarku ke sisi Johnson. Senyuman di wajahku seolah-olah telah menusuk hati mereka!“Mempelai wanita, apa kamu bersedia menikah dengan mempelai pria ….”“Dia nggak bersedia!”“Aku nggak setuju!”Belum selesai pembawa acara menyelesaikan omongannya, terdengar dua suara secara serentak!Aku melihat ke sisi mereka dengan datar. Raut wajah Herbert dan orang tuaku kelihatan muram. Meskipun aku tidak mengatakannya, mereka juga menyadari keanehanku pada beberapa hari ini.Begitu diselidiki, mereka baru mengetahui penderitaan apa yang telah dialamiku selama beberapa tahun ini.Raut wajah mereka semua kelihatan muram. Mereka bisa menyuntikkan dana kepada Grup Hikara juga merasa sebagai tebusan kepada

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 7

    Saat memilih gaun pengantin, tanganku masih mengenakan balut bidai. Icha dan Sisca menatapku yang mencoba satu per satu gaun pengantin.Setiap gaun yang kukenakan mendapat pujian berlimpah dari mereka semua.“Johnson memang beruntung sekali.”“Feli memang seperti model berjalan saja. Apa pun cantik di tubuhnya.”Aku pun tersenyum. Saat aku melihat set gaun pengantin paling dalam, terlukis ekspresi syok di wajahku. Gaun itu adalah karya yang membuatku memenangkan juara dalam kompetisi desain tiga tahun lalu! Seluruh uang yang didapatkan dari juara itu dijadikan modal awal usaha Lucas dan Jivan.Saat itu, karya ini dibeli oleh seorang pembeli misterius ….Toko bridal ini merupakan bisnis Keluarga Limardi. Ternyata dia ….Tanganku spontan meraba gaun itu. “Aku ingin mencoba gaun ini.”Lantaran gerakan tanganku terbatas. Aku pun tidak bisa menarik ritsleting di bagian belakang tubuhku. Aku ingin mencoba, tetapi tanganku ditahan oleh sepasang tangan.“Jangan bergerak. Biar aku saja.” Suara

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 6

    “Mungkin kebetulan saja namanya sama.” Terlukis sedikit rasa kaget di wajah Lucas.“Selama ini putri Keluarga Gunadi bersekolah di luar negeri. Apalagi sekarang Grup Hikara sudah begitu terkenal. Seandainya orang tua kandung Feli masih hidup, mereka pasti sudah mencari Feli sejak awal.”Jivan mengangguk tanda dirinya setuju. Namun entah kenapa, hatinya terasa agak penat, seolah-olah telah kehilangan sesuatu yang berharga saja.Pada saat yang sama, di Kediaman Keluarga Gunadi. Aku sedang beradaptasi dengan keluarga baruku.“Bi … Mama, serius nggak usah.” Aku melihat makanan yang menumpuk di atas piringku dengan tersenyum.“Kamu terlalu kurus, mesti makan yang banyak.” Icha menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang. Sepertinya Icha menyadari sesuatu. Dia mengambil piringku. “Feli, ayo, yang patuh, buka mulutmu.”Telingaku agak memerah. Sejak kecil, aku selalu makan sendiri. Setelah dewasa sekarang, malah disuapi. Rasanya agak memalukan.Abangku yang berada di samping tetap menunjukkan

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 5

    Aku kesakitan hingga tidak bisa berkata-kata. Terlihat sedikit rasa putus asa ketika melihat mereka. Ternyata masa depanku dan hidupku tidak bisa dibandingkan dengan kulit Rosa.“Segera jalankan operasi!” Untung saja direktur rumah sakit datang tepat waktu. Mereka juga tidak perlu melakukan pilihan lagi.“Feli, maaf ….”Aku tidak menghiraukan Lucas dan tidak menyalahkannya. Anggap saja tamparan itu sebagai balasan dari hubungan mereka selama bertahun-tahun ini.Saat pintu ruang operasi ditutup, ikatan di antara aku dengan mereka telah terputus. Mulai saat ini, mereka tidak saling berutang lagi.Setelah siuman, aku melihat sosok Jivan berdiri di samping ranjang pasienku dengan raut dingin. “Sudah bangun? Luka jahitan di tubuh Rosa sampai belasan jahitan. Kalau bukan karena kamu, semua ini nggak akan terjadi. Kamar Rosa ada di lantai atas. Kalau kamu sudah mendingan, pergi minta maaf padanya!”Aku menatap Jivan yang terasa asing bagiku.“Aku nggak bersalah!” ucapku dengan datar. Hatiku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status