Share

Bab 2

Author: Caroline
“Nak, apa kamu benar-benar sudah mempertimbangkannya?” Masih terdengar rasa tidak percaya dari suara orang tua kandungku.

Tiga tahun silam, aku memberi tahu mereka dengan tegas bahwa aku tidak bersedia memiliki pernikahan tanpa perasaan. Seandainya aku kembali ke Kediaman Keluarga Gunadi, aku pun akan mengorbankan kebahagiaanku sendiri.

Menikah dengan pasangan hasil pilihan terbaik dari keluarga adalah pilihan terbaik bagi kedua keluarga.

Icha menghela napas, lalu berkata dengan sangat serius, “Tenang saja, meskipun pernikahan ini adalah perjanjian pernikahan antar keluarga konglomerat, kamu itu juga anak Papa dan Mama.”

Aku melihat langit yang mulai menggelap di luar jendela sembari mengusap air mataku. “Papa, Mama, aku masih butuh sekitar satu minggu untuk menyelesaikan masalah di sini.”

“Oke, kamu juga berpamitan dulu dengan kakak-kakakmu. Mengenai masalah pernikahan, kamu nggak usah memikirkannya. Kami akan membantumu untuk mengatur semuanya. Apa pun ceritanya, selamanya Keluarga Gunadi akan menjadi sandaranmu.”

Mataku memerah. Sebelumnya, Lucas dan Jivan juga berbicara seperti ini.

“Feli, jangan takut. Kelak kita akan sekeluarga. Kami akan selamanya berpihak di sisimu.” Kepala panti asuhan, Bianca, menatap mereka dengan tersenyum. “Kalian para kakak mesti menjaga adik kalian dengan baik. Kalian itu anak laki-laki, mesti menepati janji kalian.”

Jivan menatapku dengan wajah merona. “Aku nggak mau jadi kakaknya. Kelak aku ingin menikahi Feli!”

Sejak saat itu, aku terharu dengan ketulusan hati mereka.

Lucas merawatku seperti seorang abang, sementara apa pun barang bagus yang dimiliki Jivan, dia selalu langsung membawanya kepadaku.

Mereka adalah keluargaku, orang-orang yang kucintai.

Bahkan ketika orang tua kandungku menemukanku, aku pun tidak memberi tahu mereka.

Sungguh sulit mendapatkan ketulusan di keluarga konglomerat, yang ada hanyalah intrik dan konflik.

Kebahagiaan yang sederhana dan hangat seperti ini membuatku enggan meninggalkan mereka.

Namun, setelah kemunculan Rosa, aku sadar betapa besar kesalahanku. Rosa adalah putri dari Bibi Erna, pembantu keluarga, yang sudah kehilangan orang tuanya sejak kecil. Bibi Erna meninggal pada tahun lalu akibat sakit.

Saat perayaan Hari Raya, lantaran merasa kasihan dengan Rosa yang sebatang kara, kami mengundangnya untuk merayakan hari raya di rumah kami.

Sejak saat itu, Rosa mulai menempel dengan keluarga kami. Bahkan, hubungannya dengan kakakku dan tunanganku semakin dekat.

Aku menemui Rosa, lalu mengingatkannya dengan halus bahwa aku akan segera menikah dengan Jivan, bermaksud untuk memberinya isyarat agar menjaga jarak.

Namun tidak kusangka, Rosa justru meninggalkan sepucuk surat dan pergi ke luar negeri sendirian.

Isi dari surat itu dipenuhi dengan ungkapan rasa iri padaku, serta kesedihan karena harus berpisah dari semua orang.

Jivan langsung memasang wajah dingin padaku. “Apa kamu nggak bisa toleransi sama sekali?”

Lucas yang selalu menyayangiku sejak kecil juga menunjukkan kekecewaan yang mendalam.

“Felicia, kamu benar-benar terlalu egois!”

Mereka dengan yakin beranggapan bahwa Rosa lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan aku. Jadi, mereka memberikan semua rasa cinta mereka yang seharusnya diberikan kepadaku untuk Rosa.

Pernikahan ini adalah harapanku sejak kecil. Cincin pernikahan bahkan desain untuk undangan pernikahan juga didesain langsung olehku.

Aku terpaksa memejamkan mataku untuk menghadapi pandangan semua orang. Ketegaran dan ketenangan akhirnya runtuh sepenuhnya saat ini.

“Ada apa ini? Ini pertama kalinya aku melihat pernikahan dibatalkan di tengah jalan!”

“Apa pengantin pria kabur dari pernikahan?”

“Kenapa bahkan anggota keluarga pengantin wanita juga pergi?”

“Siapa juga yang tahu. Bahkan anggota keluarganya sendiri juga nggak berpihak sama dia. Dia pasti sudah melakukan hal yang memalukan atau melakukan kesalahan!”

“Coba kamu lihat wajahnya. Memang kelihatannya bukan anak baik-baik!”

Fitnahan datang menerjangku.

Kedua pria yang berjanji akan melindungku untuk selamanya malah telah menjadi dua bilah pisau yang menusuk hatiku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 10

    Lucas sebagai wali dari Rosa mendapat panggilan dari kantor polisi. Bagaimanapun, sebelumnya dia pernah mengasuh Rosa.Lucas pun menatapku dengan rasa bersalah.Grup Gunadi telah menghentikan kerja sama dengan Lucas. Sekarang Grup Hikara hanyalah sebuah perusahaan biasa, tidak seperti sebelumnya lagi. Sementara itu, Jivan juga telah membayar akibat dari sikap tidak setianya. Dia benar-benar pernah berhubungan dengan Rosa.Sekarang Jivan tidak lagi bersikap arogan seperti sebelumnya. Setiap harinya, dia hanya mabuk-mabukan di rumah. Aku dipapah Johnson. Dia menatap Lucas dengan tatapan dingin. Lucas melihat perutku yang agak membuncit dengan kaget. “Feli, kamu ….”Aku mengangguk sedikit kepalaku. “Pak Lucas.”Panggilan “Pak Lucas” telah memutuskan jarak di antara aku dengan dia. Lucas menggeleng dengan tersenyum getir. Dia tahu hubungan mereka tidak bisa kembali seperti dulu lagi.Tidak lama kemudian, Jivan pun telah meninggal. Dia dimakamkan di kuburan yang sama dengan Bianca. Saat me

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 9

    Icha dan Sisca melihatku dengan tatapan kasihan.Aku pun tersenyum untuk menghibur mereka. “Semuanya sudah berakhir.”Di dalam dokumen yang diberikan Herbert kepada mereka berdua, ada bukti bahwa selama beberapa tahun Rosa di luar negeri, dia pun tertular penyakit akibat kelakuan tercelanya.Sekarang saat Jivan menatap sosok Rosa di depannya, dia pun hanya merasa jijik. Ternyata wanita suci yang selama ini dia kira adalah wanita beracun.Bukan hanya itu saja, Rosa bahkan diam-diam menjual rahasia bisnis Grup Hikara kepada perusahaan rival.Gara-gara wanita ini, Jivan pun kehilangan bunga mawar yang telah dia lindungi sejak kecil. Lucas mengusir Rosa dari Kediaman Keluarga Hikara.Mereka berdua memutar otak untuk mendekatiku, ingin meminta maaf dan menebus kesalahan mereka terhadapku. Hanya saja, berhubung adanya hubungan Keluarga Limardi dan Keluarga Gunadi, aku terpaksa menolak mereka.Namun, kami sudah meremehkan Rosa. Kami telah meremehkan sifat beracun Rosa.Rosa yang sekarang sud

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 8

    “Sepertinya yang tadi itu si Feli.” Tiba-tiba wajah Jivan berubah menjadi pucat pasi.“Omong kosong. Dia itu putri Keluarga Gunadi … Keluarga Gunadi ….” Suara Lucas tiba-tiba berhenti. “Nggak mungkin …. Keluarga Feli cuma aku seorang diri.”Saat mereka duduk di kursi, Herbert menggandengku dan mengantarku ke sisi Johnson. Senyuman di wajahku seolah-olah telah menusuk hati mereka!“Mempelai wanita, apa kamu bersedia menikah dengan mempelai pria ….”“Dia nggak bersedia!”“Aku nggak setuju!”Belum selesai pembawa acara menyelesaikan omongannya, terdengar dua suara secara serentak!Aku melihat ke sisi mereka dengan datar. Raut wajah Herbert dan orang tuaku kelihatan muram. Meskipun aku tidak mengatakannya, mereka juga menyadari keanehanku pada beberapa hari ini.Begitu diselidiki, mereka baru mengetahui penderitaan apa yang telah dialamiku selama beberapa tahun ini.Raut wajah mereka semua kelihatan muram. Mereka bisa menyuntikkan dana kepada Grup Hikara juga merasa sebagai tebusan kepada

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 7

    Saat memilih gaun pengantin, tanganku masih mengenakan balut bidai. Icha dan Sisca menatapku yang mencoba satu per satu gaun pengantin.Setiap gaun yang kukenakan mendapat pujian berlimpah dari mereka semua.“Johnson memang beruntung sekali.”“Feli memang seperti model berjalan saja. Apa pun cantik di tubuhnya.”Aku pun tersenyum. Saat aku melihat set gaun pengantin paling dalam, terlukis ekspresi syok di wajahku. Gaun itu adalah karya yang membuatku memenangkan juara dalam kompetisi desain tiga tahun lalu! Seluruh uang yang didapatkan dari juara itu dijadikan modal awal usaha Lucas dan Jivan.Saat itu, karya ini dibeli oleh seorang pembeli misterius ….Toko bridal ini merupakan bisnis Keluarga Limardi. Ternyata dia ….Tanganku spontan meraba gaun itu. “Aku ingin mencoba gaun ini.”Lantaran gerakan tanganku terbatas. Aku pun tidak bisa menarik ritsleting di bagian belakang tubuhku. Aku ingin mencoba, tetapi tanganku ditahan oleh sepasang tangan.“Jangan bergerak. Biar aku saja.” Suara

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 6

    “Mungkin kebetulan saja namanya sama.” Terlukis sedikit rasa kaget di wajah Lucas.“Selama ini putri Keluarga Gunadi bersekolah di luar negeri. Apalagi sekarang Grup Hikara sudah begitu terkenal. Seandainya orang tua kandung Feli masih hidup, mereka pasti sudah mencari Feli sejak awal.”Jivan mengangguk tanda dirinya setuju. Namun entah kenapa, hatinya terasa agak penat, seolah-olah telah kehilangan sesuatu yang berharga saja.Pada saat yang sama, di Kediaman Keluarga Gunadi. Aku sedang beradaptasi dengan keluarga baruku.“Bi … Mama, serius nggak usah.” Aku melihat makanan yang menumpuk di atas piringku dengan tersenyum.“Kamu terlalu kurus, mesti makan yang banyak.” Icha menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang. Sepertinya Icha menyadari sesuatu. Dia mengambil piringku. “Feli, ayo, yang patuh, buka mulutmu.”Telingaku agak memerah. Sejak kecil, aku selalu makan sendiri. Setelah dewasa sekarang, malah disuapi. Rasanya agak memalukan.Abangku yang berada di samping tetap menunjukkan

  • Seandainya Bertemu Lebih Awal   Bab 5

    Aku kesakitan hingga tidak bisa berkata-kata. Terlihat sedikit rasa putus asa ketika melihat mereka. Ternyata masa depanku dan hidupku tidak bisa dibandingkan dengan kulit Rosa.“Segera jalankan operasi!” Untung saja direktur rumah sakit datang tepat waktu. Mereka juga tidak perlu melakukan pilihan lagi.“Feli, maaf ….”Aku tidak menghiraukan Lucas dan tidak menyalahkannya. Anggap saja tamparan itu sebagai balasan dari hubungan mereka selama bertahun-tahun ini.Saat pintu ruang operasi ditutup, ikatan di antara aku dengan mereka telah terputus. Mulai saat ini, mereka tidak saling berutang lagi.Setelah siuman, aku melihat sosok Jivan berdiri di samping ranjang pasienku dengan raut dingin. “Sudah bangun? Luka jahitan di tubuh Rosa sampai belasan jahitan. Kalau bukan karena kamu, semua ini nggak akan terjadi. Kamar Rosa ada di lantai atas. Kalau kamu sudah mendingan, pergi minta maaf padanya!”Aku menatap Jivan yang terasa asing bagiku.“Aku nggak bersalah!” ucapku dengan datar. Hatiku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status