Share

Bab 5 Menjadi Zelda

Suara telepon berdering. Nyonya melihat ponselnya berdering dan melihat jika yang masuk ke ponselnya hanya nomor saja. Dia yakin sekali jika itu adalah nomor Finn.

“Myesha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha.

Myesha yang sedang merapikan belanjaan langsung menghampiri Nyonya Myesha. Nyonya Zoya langsung menyodorkan ponsel milikinya ketika dirinya datang. Hal itu membuat Myesha bingung.

“Pria itu menghubungi. Angkat dan nyalakan loudspeaker.” Nyonya Zoya memberikan perintah pada Myesha.

Myesha mengangkat sambungan telepon tersebut sesuai dengan perintah. Dia berharap Finn tidak akan mengatakan apa-apa yang membuat Nyonya Zoya marah.

“Halo.” Myesha menyapa seseorang di seberang sana.

“Halo, Zelda.” Finn terdengar menyapa di seberang sana. Nama itu yang dia sebut karena memang nama itulah yang dikenalnya.

Myesha menatap ke arah Nyonya Zoya. Nyonya Zoya menganggukkan kepalanya. Meminta Myesha untuk mengikuti drama nama Zelda itu.

“Iya, Finn.” Myesha menjawab ucapan Finn.

“Aku senang bisa mendengar suaramu.” Finn di seberang sana tampak antusias sekali.

Myesha bingung harus menjawab apa.

“Apa kamu tahu, waktu itu aku mencoba menghubungimu di nomor yang berada di aplikasi jodoh, tetapi nomor itu tidak aktif lagi.” Finn menceritakan kejadian waktu lalu.

Nyonya Zoya mengingat jika nomor yang dipakai untuk mendaftar aplikasi itu adalah nomor lama yang sudah tidak terpakai. “Jawab.” Nyonya Zoya memberikan perintah pada Myesha. Hanya menggerakan mulutnya, tanpa mengeluarkan suara.

“Nomor itu memang sudah tidak aktif. Jadi tentu saja kamu tidak bisa menghubunginya.” Myesha menjelaskan pada Finn.

“Tapi, aku senang akhirnya aku bisa mendapatkan nomormu lagi, dan kali ini tentu saja yang aktif.” Finn terdengar tertawa.

“Iya.” Myesha hanya bisa menjawab itu. Masih bingung harus menjawab apa.

“Zelda, bisakah kita bertemu besok di restoran yang sama?” Finn merasa menghubungi Zelda lewat ponselnya, tentu saja tidak akan puas. Dia ingin bicara banyak dengan Zelda secara langsung.

Nyonya Zoya memberikan isyarat untuk menerima akan hal itu.

Myesha melihat jelas jika Nyonya Zoya memintanya untuk menerima tawaran Finn. “Tentu saja, kita bisa bertemu besok.” Dia menjawab seperti yang diminta oleh Nyonya Zoya.

Di seberang sana Finn tampak begitu senang sekali. “Baiklah, kita bertemu jam sepuluh.”

“Baiklah.” Myesha mengiyakan permintaan Finn. Setelah selesai mengatakan hal itu, dia pun segera mematikan sambungan telepon.

Nyonya Zoya menjauhkan ponselnya dari Myesha. Pandangannya tak lepas dari Myesha. Hal itu tentu saja membuat Myesha begitu takut sekali.

“Dari bagaimana dia berbicara. Terlihat jelas jika dia menyukaimu.” Nyonya Zoya menangkap apa yang didengarnya.

Myesha bingung. Dia sendiri mendengar Finn terlihat tertarik padanya. “Lalu saya harus apa, Nyonya. Apa besok saya ungkap saja jika saya bukan Nona Zelda?” Dia merasa kebohongan ini tidak bisa diteruskan. Karena itu dia mau ini segera diakhiri.

“Jangan.” Satu kalimat yang diucapkan Nyonya Zoya.

Jawaban Nyonya Zoya tentu saja membuat Myesha bingung. “Maksud Nyonya apa?” tanyanya.

“Tetaplah mengaku sebagai Zelda, dan temui dia.”

“Tapi—”

“Zelda entah ke mana, jadi tidak masalah jika kamu mengaku sebagai dirinya. Sekalian agar kita tahu apa yang diinginkan oleh Finn.” Sebelum Myesha selesai bicara, dia pun memotong ucapan Myesha.

Myesha benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa justru Nyonya Zoya mendukung dirinya yang berbohong pada Finn.

“Besok datanglah. Aku yang akan mengantarkanmu.” Nyonya Zoya meyakinkan Myesha.

Myesha sendiri masih bingung dengan situasi yang ada. Namun, saat sang majikan yang mengatakan hal itu, tentu saja hal itu membuatnya mengikuti saja. Dia pun mengangguk. Mengiyakan permintaan Nyonya Zoya.

***

Sesuai dengan janji Finn, Myesha datang ke restoran bersama Nyonya Zoya. Nyonya Zoya memilih menunggu sudut restoran. Memantau Myesha dari kejauhan.

Myesha menunggu Finn di meja yang dulu pernah didudukinya. Dia memang sengaja datang lebih awal karena Nyonya Zoya ingin ikut sekalian dengannya.

“Maaf aku terlambat.” Finn yang baru datang langsung menghampiri Myesha.

“Tidak apa-apa. Aku juga baru datang.” Myesha tersenyum.

Finn duduk dan segera duduk. Kemudian memesan makanan untuknya. Senyum Finn terus saja menghiasi wajahnya. Dia benar-benar senang sekali karena bisa bertemu dengan Myesha.

“Aku sudah tidak bertemu denganmu setahun, tetapi aku tidak melihat perubahan dari wajahmu.” Finn tersenyum ketika melihat wajah Myesha.

“Apa kamu berharap setahun aku akan terlihat semakin tua, begitu?” Myesha menarik senyum manisnya.

“Tidak, tentu saja aku tidak berharap hal itu.” Finn menggeleng. “Yang usiamu saja yang bertambah, tetapi wajahmu tidak menua sama sekali.”

“Apa kamu mau tahu apa rahasianya?” tanya Myesha.

Finn begitu antusias sekali. “Apa?” tanyanya mendekat tubuhnya ke arah Myesha.

“Aku pakai formalin.” Myesha tertawa ketika memberitahu Finn.

Tawa Finn seketika terdengar lepas sekali. Dia benar-benar merasa Myesha begitu lucu. Obrolan mereka yang tadinya serius pun seketika mencair.

Myesha melebarkan senyumnya. Dia mengingat pesan yang diberikan oleh Nyonya Zoya untuk membuat suasana nyaman. Nyonya Zoya merasa jika Finn menaruh hati pada Myesha, jadi Nyonya Zoya meminta Myesha memanfaatkan itu.

Makanan datang. Mereka menikmati makan bersama. Di saat Myesha menikmati makanannya, di meja lain Nyonya Zoya juga memesan makanan.

“Zelda, apa kamu punya kekasih?” Di tengah-tengah obrolan itu, Finn menanyakan akan hal itu.

Myesha yang sedang makan seketika terbatuk. Dengan segera Finn memberikan minuman untuk Myesha agar segera bisa melegakan tenggorokannya yang sakit. Dengan segera Myesha meminum minuman yang diberikan Finn.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Finn yang panik ketika melihat Myesha yang tersedak.

“Tidak.” Myesha menggeleng.

“Apa pertanyaanku begitu mengejutkan?” tanya Finn.

“Emm … tidak juga.” Myesha berusaha tersenyum.

“Lalu, apa kamu punya kekasih?” Finn kembali menanyakan pertanyaan itu.

Myesha bingung menjawab. Setahunya Zelda memang punya kekasih, sedangkan dirinya tidak. Jadi jika yang ditanya dirinya jawabannya adalah tidak. Namun, jika yang ditanya Zelda pasti ada. Myesha menimbang-nimbang apa yang harus dijawabnya.

“Aku tidak punya.” Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Myesha memutuskan menjawab berdasarkan dirinya.

Finn tersenyum. Dia merasa senang karena ternyata Myesha masih belum memiliki kekasih. Jadi dia punya kesempatan untuk mendekati Myesha.

Mereka yang selesai menikmati kembali makannya. Saat seusai makan mereka berbincang sebentar. Menceritakan hal-hal menarik tentang mereka. Dari obrolan itu, mereka berdua begitu merasa nyaman sekali.

“Aku akan mengantarmu pulang.” Finn berdiri. Dia tidak mau sampai Myesha pulang sendiri.

“Mama akan menjemputku nanti, jadi kamu tidak perlu mengantarkan aku.” Myesha menolak tawaran Finn. Dia tidak enak ketika Finn mengantarkannya.

“Kalau begitu aku akan temani kamu untuk menunggu mamamu.” Finn tersenyum.

Kali ini Myesha tidak bisa menolak. Bersama Finn, dia segera menuju ke depan restoran. Nyonya Zoya yang tadi sudah keluar duluan, pura-pura baru datang dan memarkirkan mobilnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Nyonya Zoya keluar.

“Siang, Tante.” Finn menyapa Nyonya Zoya.

“Siang.” Nyonya Zoya tersenyum.

“Zelda, tolong kirim alamatmu padaku.” Finn menatap Myesha.

Myesha terkesiap Dia merasa bingung dengan ucapan Finn. “Untuk apa?” tanyanya ingin tahu.

“Aku ingin datang bersama mama dan papaku untuk mengajak berkenalan kamu dan keluargamu.” Finn tersenyum.

Myesha menatap Nyonya Zoya. Dia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Finn.

“Apa saya boleh datang, Tante?” Finn menyadari keterkejutan dari Myesha. Hal itu membuatnya bertanya sendiri pada Nyonya Zoya.

“Tentu saja boleh.” Nyonya Zoya pun mengangguk. Tentu saja dia sangat setuju ketika Finn mau datang ke rumah.

“Terima kasih.” Finn tersenyum.

Myesha dan Nyonya Zoya berlalu untuk pergi. Mereka segera masuk ke mobil dan meninggalkan restoran. Saat mobil jauh dari restoran barulah mereka saling bicara.

“Sepertinya Finn menaruh hati padamu.” Nyonya Zoya yang menyetir menoleh sejenak pada Myesha.

“Lalu jika dia datang bersama orang tuanya dan—” Myesha tidak bisa membayangkan jika sampai Finn melamarnya.

“Melamarmu.” Nyonya Zoya melanjutkan ucapan Myesha.

“Iya, jika dia melamar saya lalu bagaimana? Yang dia tahu adalah jika saya adalah Zelda. Pastinya dia akan kecewa jika sampai tahu jika saya bukan Nona Zelda.” Myesha begitu takut sekali.

“Kalau begitu jangan beritahu dia.”

Mendengar ucapan Nyonya Zoya, Myesha membulatkan matanya. Bagaimana bisa dia tidak mengungkapkan jika dirinya bukan Zelda?

Nyonya Zoya menepikan mobilnya. Dia harus bicara dengan Myesha terlebih dahulu. Jika bicara sambil menyetir, dia tidak bisa berkonsentrasi.

“Dengarkan aku. Zelda tidak ada. Zelda juga sudah entah di mana. Jadi kamu bisa memakai identitas Zelda dan menjadi Zelda.”

Myesha membulatkan matanya. “Maksudnya?”

“Menikahlah dengan Finn dengan identitas Zelda. Aku akan mengurus semuanya.”

Myesha hanya bisa terperangah mendengar ucapan dari Nyonya Zoya. Bagaimana bisa dirinya menikah, tetapi dengan identitas orang lain? Bukankah ini namanya penipuan. Dan lagi, pernikahan bukan sebuah permainan. Namun, Nyonya Zoya dengan entengnya mengatakan hal itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status