Satu tahun berlalu dengan cepat. Almeta wedding akhirnya berjuang di tengah kebangkrutan yang menimpa pemilikinya. Myesha masih beruntung, dari ratusan orang, dia masih bisa bekerja. Walaupun tugasnya kini menjadi berlipat ganda.
Satu asisten rumah tangga sudah dipecat. Nyonya Zoya sengaja menyisakan Myesha karena dia bisa bekerja di rumah dan wedding organizer. Jadi Nyonya Zoya bisa berhemat.Jika ditanya lelah, Myesha tentu saja lelah sekali. Karena dua pekerjaan cukup berat baginya. Dia membantu Nyonya Zoya di rumah mau pun di wedding organizer milik Nyonya Zoya, dan itu menguras tenaga.Hanya ini yang bisa dilakukan Myesha. Jika dia nekad keluar, dia tidak yakin jika dia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Karena itu dia memilih bertahan.Setahun ini Zelda pergi dari rumah dan tidak pernah kembali. Sejak mamanya kesulitan, wanita itu justru pergi meninggalkan sang mama.“Sha, nanti kita akan pergi ke swalayan. Jadi bersiaplah.” Nyonya Zoya memberitahu Myesha.Myesha mengembuskan napasnya. Baru saja dia selesai membereskan pekerjaan rumahnya, tetapi sang majikan sudah memintanya untuk bersiap pergi lagi. Sebenarnya, dia merasa lelah sekali. Namun, mau bagaimana lagi. Ini adalah pekerjaannya.“Baik, Nyonya.” Myesha mengangguk. Dia segera menuju ke kamarnya.Setengah jam berlalu. Myesha yang sudah siap ikut dengan Nyonya Zoya ke supermarket. Kini Nyonya Zoya tidak memiliki supir. Jadi dia harus mengendarai mobilnya sendiri. Tanpa mengandalkan siapa-siapa. Dia benar-benar berusaha keras untuk berjuang. Terkadang Myesha kasihan. Di saat seperti ini, anaknya justru menghilang bak ditelan bumi. Seolah benar-benar membuat Nyonya Zoya semakin hancur. Melihat hal itu saja, Myesha tidak tega sama sekali.Mobil sampai di swalayan. Mereka berdua segera turun dari mobil dan menuju ke swalayan. Ada banyak yang mereka harus beli. Terutama bahan untuk catering milik Nyonya Zoya.“Sha, kamu cari barang-barang ini.” Nyonya Zoya memberikan kertas pada Myesha.“Baik, Nyonya.” Myesha mengangguk. Dia segera mendorong troli untuk mencari bahan-bahan yang dicarinya. Saat mendapatkan barang-barang yang dicarinya, Myesha segera memasukkan ke dalam troli. Myesha begitu sibuk mendorong troli dari satu lorong ke lorong berikutnya. Mencari barang yang berada di dalam list yang diberikan oleh Nyonya Zoya.Tepat di lorong puding, dia mencari puding yang dipakai untuk catering. Sayangnya, posisi puding yang berada di atas membuatnya berjinjit. Tinggi badan Myesha yang hanya sekitar seratus lima puluh lima centimeter, membuatnya kesulitan mendapatkan benda yang letaknya terlalu tinggi. Namun, tiba-tiba ada tangan yang membantunya mengambilkannya.“Terima kasih.” Myesha meraih kardus puding sambil menatap orang yang membantunya. Namun, alangkah terkejutnya Myesha ketika melihat siapa yang membantunya. “Finn.” Sudah setahun sejak pertemuan pertamanya dengan Finn itu, Myesha tidak pernah bertemu kembali dengan Finn. Hampir saja wajah pria itu menghilang dari memorinya, karena terlalu lamanya mereka tidak pernah bertemu kembali.“Hai, lama tidak berjumpa.” Finn tersenyum. Tadi saat dia hendak mencari barang pesanan sang mama, dia melihat seorang wanita yang mendorong troli. Dia masih ingat betul jika itu adalah Zelda-wanita yang kala itu berkenalan dengannya.Setahun lalu Finn berusaha menghubungi nomor yang diberikan sang mama. Sayangnya, nomor yang dihubungi itu tidak aktif. Sejak saat itu, Finn tidak pernah bertemu atau pun berkomunikasi dengan Zelda.Tadi saat melihat Zelda, dia segera menghampiri. Tidak mau kehilangan kesempatan seperti yang sudah terjadi setahun yang lalu.“Iya, sudah lama kita tidak bertemu.” Myesha masih terkejut sekali karena bertemu dengan Finn. Dia pikir setelah setahun, dia tidak akan pernah bertemu lagi.Finn melihat jelas jika Myesha masih sama cantiknya dengan dulu. Hanya saja kali ini tampak wajahnya yang kelelahan. Lingkaran hitam di bawah matanya membuatnya terlihat begitu lesu sekali.“Kamu sudah selesai?” Saat Finn dan Myesha sedang berbicara, tiba-tiba suara Nyonya Zoya terdengar. Wanita paruh baya itu terlihat mendorong troli ke arah Myesha.Myesha benar-benar takut sekali. Dia tidak menyangka jika Nyonya Zoya datang di saat yang tidak tepat sama sekali.“Terima kasih.” Myesha tak mau sampai Nyonya Zoya melihatnya dengan Finn. Dia pura-pura berterima kasih. Dia segera mendorong troli meninggalkan Finn.Finn yang melihat Myesha pergi langsung segera menarik lengan Myesha. “Zelda.” Dia memanggil nama yang memang diketahuinya.Tubuh Myesha membeku. Dia ingat jika Finn menganggapnya adalah Zelda. Jadi wajar saja jika pria itu memanggilnya dengan nama itu. Namun, yang jadi masalah adalah ada Nyonya Zoya yang merupakan mama dari Zelda. Tentu saja hal itu pasti akan membuat Nyonya Zoya bertanya-tanya. Benar saja Nyonya Zoya menatap Myesha dengan tatapan yang penuh tanya. Kini Myesha benar-benar berada di dalam dilema. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.Nyonya Zoya benar-benar terkejut ketika mendengar pria yang berada di belakang Myesha memanggil nama anaknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang tidak diketahuinya?Nyonya Zoya mendorong troli miliknya. Mendekat pada Myesha. “Anda siapa?” Pertanyaan itu yang pertama kali ditanyakan oleh Nyonya Zoya.Finn yang melihat wanita paruh baya menghampirinya, langsung melepaskan tangannya yang berada di lengan Myesha.“Saya Finn, Tante.” Finn menjelaskan siapa gerangan dirinya.Nyonya Zoya mengerutkan dahinya dalam. Dia bingung Finn mana pria yang ada di depannya. Karena dia belum pernah mengenal pria itu.“Saya pernah bertemu Zelda dari situs aplikasi jodoh.” Finn menjelaskan pada Nyonya Zoya.Nyonya Zoya mengingat-ingat aplikasi jodoh yang dibicarakan Finn. Dia berusaha mengumpulkan memorinya, hingga akhirnya dia mendapatkan kepingan memorinya itu. “Finn Kalandra.” Dia menebak nama pria di depannya itu.“Iya, saya Finn Kalandra.” Finn membenarkan apa yang dikatakan oleh Nyonya Zoya. Dia menatap Myesha.Nyonya Zoya merasa heran. Kenapa Finn menatap Myesha terus menerus. Hal itu membuatnya menebak-nebak apa sebenarnya yang terjadi yang tidak diketahuinya.“Zelda, bisakah aku minta nomor teleponmu.” Finn yang sedari tadi menatap Myesha, mengungkapkan keinginannya.Nyonya Zoya sebenarnya masih bingung. Namun, melihat Finn mengira Myesha Zelda, dia tentu saja tidak akan melepaskan kesempatan itu. “Catatlah, Nak. 08xxxxxxxxx.” Dia menyebut nomor telepon miliknya.Finn mencatat nomor telepon yang diberikan oleh Nyonya Zoya. “Aku akan menghubungimu nanti.” Dia beralih menatap Myesha.“Tentu saja, bukan begitu, Zelda?” Nyonya Zoya menatap Myesha dengan tatapan mengintimidasi.Myesha benar-benar merasa takut sekali dengan tetapan Nyonya Zoya. Apalagi nama Zelda yang dipakai memanggilnya, membuat semakin ketakutan. “Iya.” Dia segera menjawab.“Kalau begitu kami pergi dulu, Finn.” Nyonya Zoya berpamitan dengan sopan pada Finn.“Baik, Tante.” Finn menangguk.Nyonya Zoya memberikan kode pada Myesha untuk segera pergi.Tak mau membuat majikannya marah, Myesha pun segera mendorong troli. Mereka berdua menuju ke kasir. Membayar belanjaan yang mereka beli.Sepanjang jalan sedang berada di swalayan sampai ke mobil, Nyonya Zoya tidak bicara sama sekali membahas apa yang terjadi di swalayan. Hal itu tentu saja membuat Myesha semakin ketakutan.Tepat saat Myesha masuk ke mobil, Nyonya Zoya hanya menyalakan mobil saja tanpa melajukannya sama sekali. Myesha sudah berdebar-debar dengan apa yang dilakukan oleh Nyonya Zoya.“Apa ada yang harus kamu jelaskan?” tanya Nyonya Zoya.Myesha sudah menebak jika itu yang ingin dikatakan oleh Nyonya Zoya pastinya. Hal itu membuat Myesha berdebar-debar. Namun, dia harus menjelaskan semuanya.“Jadi waktu itu Nona Zelda meminta saya untuk menemui Finn. Di sana Finn mengira saya adalah Nona Zelda.” Myesha mengingat kejadian setahun yang lalu. “Saya benar-benar tidak menyangka dia masih mengingat saya. Padahal sudah setahun yang lalu.” Myesha pikir Finn sudah lupa dengannya. Sama dengannya yang hampir saja dia lupa.Nyonya Zoya tidak menyangka jika anaknya itu tidak datang dan justru menyuruh Myesha. Padahal jelas-jelas anaknya mengatakan jika datang, dan tanggapan Finn biasa saja. Namun, dari bagaimana Finn mengingat Myesha, tentu saja tanggapan Finn tidak mungkin biasa saja. “Apa kamu tidak berusaha menjelaskan waktu itu?” Nyonya Zoya kembali bertanya.“Saya-saya ….” Myesha merutuki kesalahannya yang tidak mengatakan kenyataannya kala itu. Jika dia jujur, mungkin tidak akan sampai seperti ini.“Terpesona dengannya dan tidak mengatakan kenyataannya, begitu?” Nyonya Zoya melanjutkan kembali ucapan Myesha.Myesha hanya menunduk saja. Waktu itu memang dia merasa tidak mau membuat Finn kecewa karena tahu dirinya bukan Zelda.Nyonya Zoya melihat Myesha yang menundukkan kepalanya. “Kita lihat, apakah dia akan menghubungimu nanti.” Dia menyalakan mobilnya. Dan segera melajukan mobilnya meninggalkan swalayan.Myesha hanya menelan salivanya. Dia takut Finn benar-benar akan menghubunginya. Masalahnya adalah nomor telepon yang diberikan pada Finn adalah nomor telepon milik Nyonya Zoya. Jadi segala yang terjadi akan berada di bawah kendali Nyonya Zoya.Suara telepon berdering. Nyonya melihat ponselnya berdering dan melihat jika yang masuk ke ponselnya hanya nomor saja. Dia yakin sekali jika itu adalah nomor Finn.“Myesha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha.Myesha yang sedang merapikan belanjaan langsung menghampiri Nyonya Myesha. Nyonya Zoya langsung menyodorkan ponsel milikinya ketika dirinya datang. Hal itu membuat Myesha bingung.“Pria itu menghubungi. Angkat dan nyalakan loudspeaker.” Nyonya Zoya memberikan perintah pada Myesha.Myesha mengangkat sambungan telepon tersebut sesuai dengan perintah. Dia berharap Finn tidak akan mengatakan apa-apa yang membuat Nyonya Zoya marah.“Halo.” Myesha menyapa seseorang di seberang sana.“Halo, Zelda.” Finn terdengar menyapa di seberang sana. Nama itu yang dia sebut karena memang nama itulah yang dikenalnya.Myesha menatap ke arah Nyonya Zoya. Nyonya Zoya menganggukkan kepalanya. Meminta Myesha untuk mengikuti drama nama Zelda itu.“Iya, Finn.” Myesha menjawab ucapan Finn.“Aku senang bisa mende
“Apa yang Nyonya Zoya katakan? Ini tidak mungkin. Terlebih lagi ini melanggar hukum.” Myesha berusaha untuk menjelaskan pada majikannya itu. Tidak mau sampai hal buruk terjadi di belakang. Ini pasti akan jadi masalah.“Dengar, Sha. Kamu tahu wedding organizer sedang tidak baik-baik saja. Setahun ini aku sudah berjuang. Aku tidak tahu bisa bertahan sampai berapa lama. Karena memang aku sudah tidak punya dana lagi. Jika wedding organizer tidak berjalan, artinya kamu tidak akan kehilangan pekerjaan.” Nyonya Zoya berusaha untuk meyakinkan Myesha.Myesha bimbang. Jika dia kehilangan pekerjaan, artinya dia akan kehilangan sumber penghasilan. Sungguh ini adalah hal yang sulit. Tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pilihan yang sulit.“Dengar, saat kamu menikah, kamu bisa meminta bantuan pada Finn untuk membantu wedding organizer. Aku akan bagi saham menjadi dua jika kamu bersedia.” Nyonya Zoya menarik tangan Myesha. Berusaha untuk meyakinkan Myesha.Sungguh Myesha berada dalam dilema. Dia
Finn keluar dari kamarnya seusai mandi. Tangannya bergerak mengusap rambutnya yang basah. Dengan segera mengganti bajunya. Sejak kemarin, dia menunggu kabar dari Zelda, tetapi sayangnya, tidak kunjung datang kabar itu.Tepat saat sedang berada di depan kaca untuk memasak dasinya, suara pesan masuk terdengar. Finn segera meraih ponselnya di atas meja. Memastikan siapa gerangan orang yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya ketika nama Zelda tertera di pesan masuk miliknya. Tak butuh waktu lama, dia segera membuka pesan tersebut. Finn berbinar ketika melihat pesan singkat dari Zelda. Akhirnya gadis itu memberikan alamatnya. Kali ini, dia tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Dia merasa jika ini adalah kesempatannya. Tidak akan pernah terulang kembali dan tidak akan datang kembali.Finn segera membalas pesan singkat Zelda. Mengatakan jika dia akan datang ke rumah Zelda. Dia benar-benar tak sabar menunggu sore nanti untuk datang ke rumah Zelda.Finn segera keluar dari kamarnya set
“Myesha.”Suara lirih terdengar di balik pintu. Myesha yang melihat akan hal itu segera membuka pintu. Memastikan siapa gerangan yang memanggil. Walaupun dia tahu siapa yang memanggilnya. Saat pintu dibuka, dia melihat Nyonya Zoya di balik pintu.“Finn sudah datang. Ayo cepat kita kamu keluar.”Mendengar akan hal itu membuat Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut.“Dengar, jangan gugup. Bersikaplah biasa saja. Anggaplah kamu sebagai Zelda. Lakukan semua dengan baik.” Nyonya Zoya memberitahukan semuanya pada Myesha.“Baik, Nyonya.” Myesha pun mengerti yang dijelaskan oleh Nyonya Zoya.Myesha dan Nyonya Zoya keluar ke ruang keluarga. Dari kejauhan tampak Finn dan keluarganya berada di sana.Finn yang melihat Myesha memakai gaun langsung terpesona. Dia memang tidak salah memilih wanita. Myesha begitu cantik sekali.Mama Risha yang melihat Myesha pun langsung terpesona juga. Tidak menyangka jika ternyata gadis yang dipilih Finn begitu cantik. Pantas saja anaknya tidak mau me
Nyonya Zoya sudah menyiapkan semua dengan matang. Saat ada uang, semua bekerja sesuai keinginan. Nyonya Zoya menyuap semua petugas untuk memuluskan jalannya. Beruntung, pengawasan pemerintah belum ketat jadi dia memanfaatkan celah itu. Masih banyak sekali orang-orang yang memiliki kartu penduduk ganda. Kartu keluarga ganda. Pemerintah memang seolah tutup mata.Nyonya Zoya memanfaatkan keadaan ini. Hingga akhirnya, Myesha mendapatkan identitas atas nama anaknya. Dia benar-benar tidak peduli sama sekali. Yang terpenting, dia bisa aman setelah ini.Mungkin, andai ada anaknya. Tidak mungkin dirinya bersusah payah. Tinggal menyuruh sang anak saja.“Ini kartu tanda pendudukmu yang baru.” Nyonya Zoya yang baru sampai rumah langsung memberikan kartu penduduk pada Myesha. Dia tidak mau sampai ada kesalahan sedikit pun. Jadi dia harus memastikan jika data diri yang dibawa Myesha aman.“Iya, Nyonya.” Myesha mengambil kartu tanda penduduk yang ada di ata meja. Dia melihat foto dirinya yang memaka
“Apa ini tidak terlalu mahal?” Myesha berbisik pada Finn. Dia merasa tidak enak jika diberikan barang yang begitu mahal.“Untuk wanita sepertimu aku belikan lebih mahal saja tidak masalah.” Finn menjawab sambil tersenyum.Melihat Finn yang begitu baiknya, membuat Myesha merasa bersalah sekali karena sudah membohonginya. Dia berjanji, ini tidak akan berlangsung lama. Dia tidak mau terjebak lebih dalam dengan Finn.Finn memasangkan cincin pada jari Myesha. Cincin tampak begitu indah sekali. Hal itu membuat Finn tersenyum.“Sepertinya sedikit kebesaran untukmu. Kita pesan yang lebih kecil saja.”Myesha merasa memang cincin terlalu besar. Jadi jika dipakai, pasti akan jatuh. Bisa-bisa dia akan kehilangan uang Finn sebanyak seratus lima puluh juta. Jadi dia membiarkan Finn untuk memesankan cincin sesuai dengan ukurannya.Finn melepaskan cincin dari tangan Myesha, kemudian memberikan pada pegawai toko. “Tolong ukur jari kami.” Dia meminta pada pegawai toko.Pegawai toko segera mengukur jari
Myesha sampai di tempat pernikahan. Keluarga dan beberapa teman di sana tampak hadir di pesta pernikahan. Dari tamu yang dilihat Myesha, banyak yang dia tidak kenal. Beberapa orang yang dikenalnya adalah pegawai wedding organizer. Jelas Nyonya Zoya sengaja menggunakan mereka semua untuk menjadi tamu dari pihak keluarga. Nyonya Zoya tidak benar-benar mengundang keluarganya.Dari kejauhan Myesha melihat Finn yang gagah dengan setelah jasnya. Pria itu begitu tampan dan bersinar menyambut kedatangannya. Apalagi senyum menghiasi wajahnya. Melihat senyum Finn, hati Myesha bergetar.Myesha terus mengayunkan langkahnya menghampiri Finn yang sudah menunggunya. Nyonya Zoya mendampinginya menuju tempat akad pernikahan.Finn tersenyum ketika melihat gadis yang akan dinikahinya. Kemarin, dia sudah melihat Myesha memakai gaun yang dipilih, tetapi ketika melihat Myesha dengan riasan di wajahnya membuatnya merasa terpesona. Myesha benar-benar cantik sekali.Langkah Myesha sampai di dekat Finn. Tanpa
Pintu kamar terbuka. Saat pintu didorong masuk, aroma bunga mawar menyeruak. Myesha yakin kamar didekor dengan bunga mawar. Dia sering menyiapkan kamar pengantin. Jadi tahu seperti apa dekorasi kamar pengantin. Jantung Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut sekali.Pintu yang tertutup menampilkan sisi ruangan yang gelap. Namun, lilin yang berada dalam ruangan memberikan secerca cahaya. Suasana itu terlihat begitu romantis sekali. Mungkin jika itu dilihat sepasang suami istri yang berharap malam pertama, tentu saja itu terlihat begitu indah. Namun, bagi Myesha itu membuat jantungnya semakin berdebar dengan kencang. Dia terus memikirkan, bagaimana jika Finn meminta jatah malam pertamanya?Finn masuk lebih dulu sambil menyalakan lampu dengan access card yang dibawanya. Ruangan seketika terlihat jelas. Lilin-lilin yang terdapat di dalam gelas berjajar rapi di sepanjang jalan di depan mereka. Bunga mawar juga menghiasi lantai. Seolah menyambut pemilik kamar untuk masuk.Myesha