Share

Pandangan Pertama

Author: ekaphrp
last update Last Updated: 2023-02-16 16:41:02

Derap langkah kaki terdengar beriringan menuju ruangan. Sebuah tempat dimana terlihat banyak penjagaan ketat di selasar rumah. Mereka berdiri mengenakan jas hitam lalu berdiri tegak berbaris. Sosok wanita yang mengekori pria di hadapannya, terus memindai berbagai sudut karena merasa takjub. Ia tak mengira akan menginjakkan kaki di rumah mewah seperti dalam drama.

“Kau sudah siap?”

Seorang pria membuyarkan lamunannya. Ia menatap pada tangan yang menjulur dihadapannya seolah menjadi tawaran untuknya. Ia bergeming sekaligus bingung. Sekali lagi, pria itu memberi isyarat agar ia menerima uluran tangan tersebut.

“Eung....” Anjani gugup.

Wajahnya jelas ingin menunjukan senyum, namun tak mampu.

Ceklek!

Suara pintu terbuka. Pria itu menggamit tangan Anjani untuk masuk bersamaan.

“Hai, Nek! Apa kabar?” Pria itu melepas genggaman tangannya lalu meraih tubuh sang nenek kedalam dekapan. Kini pelukan hangat menyambut, tak seperti beberapa waktu lalu yang disambut oleh pukulan clutch. Sedangkan Anjani masih membeku, menautkan kedua jemarinya seraya gugup. Ia menunduk hingga anak rambut menutupi wajahnya yang pucat.

“Oh, ya, ini Anjani.” Arjun melepas pelukan itu lalu menuntun sang nenek menuju gadis tersebut. “Anjani Samitha, calon istriku.”

Seulas senyum terukir di wajah Nirwasita. Tak disangka, Arjuna akan memperkenalkan seorang gadis secepat ini. Padahal, ia sangat tertutup. Langkah kaki Nirwasita mendekat ke arah Anjani. Saat berhadapan, wanita itu menggenggam jemari yang telah menjadi korban keganasan Anjani

“Hei!” sapanya lembut, membuat Anjani seketika menoleh.

“A-ha-lo, Nyonya.” Jantungnya semakin berdebar. Ia tiba-tiba gugup ketika mata itu menatapnya. Namun, ia merasa ada kehangatan menyelimuti hatinya saat ini. Tatapan mata wanita itu begitu menghangatkan.

“Jangan panggil aku Nyonya.” Wanita itu tersenyum. “Panggil aku, seperti Arjuna memanggilku, Nenek.” Setelahnya Nirwasita membawa gadis itu kedalam pelukan. Apakah padangan pertama ini begitu mengesankan? Anjani sungguh beruntung jika hal itu memang terjadi.

“Mari kita duduk.”

Nyonya Nirwasita membawanya ke tempat yang tidak jauh dari sana, di sebuah sofa disudut ruangan. Sedang pria itu ikut mengekori langkah mereka dan duduk disisi Anjani.

“Sejak kapan kalian mengenal?” Wanita itu memulai perbincangan. Anjani yang masih belum terbiasa, terus menerus merasa gugup, namun seketika kegugupan itu hilang ketika sebuah tangan mendekap punggung tangannya erat. “Kami satu almamater, Nek. Kebetulan Anjani adalah juniorku dan sejak saat itu kami mulai dekat.”

Wanita itu mengangguk. “Kau tinggal dimana sekarang?”

“Eung ...”

“Di Johor Bahru, Malaysia, Nek.”

Lagi-lagi pertanyaan dijawab oleh Arjuna. Hal itu jelas membuat Nyonya Nirwasita geram. Ia pun berdehem. “Arjuna, bisakah kau tinggalkan kami berdua?” Anjani pun dengan cepat menoleh ke arah pria itu. Ia gugup. Seketika tangannya dingin dan disaat itu pula Arjuna mengelus punggung tangan tersebut mengisyaratkan semua akan baik-baik saja.

Arjuna menghelas nafas. “Baiklah..”

Pria itu berlalu menyisakan kecemasan dalam diri Anjani. Apa yang harus ia lakukan?

“Kau mencintai Arjuna?” tanya wanita itu setelah cucunya berlalu dari ruangan tersebut. Sedangkan Anjani melukis senyum di bibirnya. Ada rasa takut bercampur cemas bahwa semua ini akan terbongkar. Namun, ia mencoba menetralkan perasaannya. Ia pun menarik nafas lalu mengangguk pelan.

“Apakah kau tahu Anjani—”

Wanita itu menampakkan raut wajah yang tak biasa. Anjani mencoba membaca situasi ini, apakah hubungannya tak bisa direstui? Anjani menerka.

“Ketika perceraian kedua orang tuanya terjadi, saat itu usia Arjuna masih balita. Hingga ia harus tinggal bersama ibunya. Lalu ketika usianya beranjak remaja, Arjuna kehilangan ibunya.” Wanita itu menundukkan pandangan. Tak kuasa mengingat kenangan buruk yang terjadi pada cucu sulungnya tersebut. “Arjuna merasa saat itu dunianya hancur. Ia bahkan tak mempercayai siapapun, termasuk aku dan ayahnya. Ia menjadi tertutup dan mudah marah.”

Anjani terdiam. Bagaimana bisa di pertemuan pertama, wanita itu menceritakan semuanya?

“Aku berharap—kau mampu membuat Arjuna sepenuhnya mempercayai dan mencintaimu.” Anjani memicingkan mata. Air mata hampir mengambang. Entah mengapa, kata-kata itu membuat hatinya begitu terluka. “Aku juga berharap—kau mampu mencairkan hati Arjuna yang mengeras.”

“Ba-baik, Nek! Aku janji akan menjaganya.”

Nyonya Nirwasita beranjak dan duduk disisi Anjani. Menggenggam tangan gadis itu. Entah mengapa, ia merasa tangan itu mampu menghilangkan segala keraguannya.

“Bagaimana dengan orang tuamu?”

“Ah, mereka ...”

Anjani terdiam.

Seketika dadanya sesak. Ia teringat ketika insiden itu terjadi dan dirinya tak ada untuk mereka. Air mata mulai mengambang sampai akhirnya berhasil menetes.

“Kau baik-baik saja, Anjani?”

Wanita itu meraih wajah Anjani yang tertunduk.

“A-aku—”

Anjani menyeka air matanya. “Yatim piatu, Nek.”

Meski dengan susah payah, akhirnya kata-kata itu lolos dari bibirnya dengan suara parau. Rasa sesak masih tertahan di dadanya. Seharusnya ia tak menunjukkan kelemahan itu. Namun, ketika teringat orang tuanya, Anjani menjadi begitu lemah.

I’m so sorry to hear that, Dear.” Nyonya Nirwasita mendekap Anjani hingga akhirnya tangis itu pecah.

Seseorang menjauh dari balik pintu setelah menguping pembicaraan mereka.

***

“Kau baik-baik saja?”

Seseorang yang tengah tertegun akhirnya tersadar. Ia yang sedari tadi memandang kearah jendela mobil, kini menoleh pada pria itu.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Arjuna sekali lagi.

“Eung? Tidak ada.” Gadis itu menjawab sekenanya lalu memandang keluar jendela lagi. Setelah pertemuan itu, hatinya mulai berkecamuk.

“Kau ingat perjanjian kita, ‘kan?”

“Ya?”

“Tak boleh melibatkan perasaan apapun selama kontrak berlangsung.”

Anjani tak menjawab. Ia menoleh lalu memandang wajah Arjuna yang begitu serius. Lagi-lagi ia menghela nafas. Berat rasanya.

“Arjuna tidak pernah membawa seorang gadis ke rumah ini. Dan kau adalah yang pertama. Kuharap kau bisa mengubah dirinya menjadi lebih hangat, Anjani.” Ucapan itu terlintas di benaknya.

Ia memandang lurus Arjuna yang tengah fokus mengendarai. Sesekali ia menelan air liur, menetralkan hatinya yang terasa berat. Bertemu dengan Nyonya Nirwasita membuat dirinya berharap lebih dan tentu tidak seharusnya perasaan itu jadi serakah. Anjani mengutuk dirinya.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi hingga membuat Anjani sedikit bergidik, apa dia marah? Anjani sesekali melirik kearah pria itu.

“Oh, ya, kita singgah sebentar ke showroom real estate. Aku akan carikan tempat tinggal selama kau disini.” tutur Arjuna tanpa memandang ke arah gadis itu.

“Ah, i-iya.” Anjani menurut.

***

“Selamat datang, Tuan. Senang bisa kedatangan anda disini. Ada yang bisa kami bantu?”

Seorang pria ber-name tag David menyambutnya ramah. Bagaimana tidak, ketika melihat orang berpengaruh di dunia real estate berkunjung ke showroom tersebut, seketika itu pula perlakuan istimewa tertuju pada mereka. Tentu hal itu membuat gadis disana semakin mengagumi sosok Arjuna. Ia tak menyangka bahwa keberuntungan berpihak padanya.

“Aku ingin satu unit full-furnished dengan view yang bagus.”

“Baik, Tuan. Mari kami antar untuk melihat-lihat.” ujar David, sambil sesekali melirik gadis yang ada di belakang Arjuna.

David menekan tombol lift. Sesaat pintu lift pun terbuka. Mereka menuju lantai 8.

Suasana di dalam lift terlihat begitu canggung. David pun membuka topik pembicaraan, menjelaskan bahwa semua unitnya hampir terjual dipasaran serta melaporkan persentase pembeli. “Sejak satu tahun lalu, unit laku terjual dipasaran, Tuan. Dan berdasarkan presentase, invest tertinggi dari kaum milenial …”

Anjani yang sejak tadi bergeming, langsung menoleh ke arah David. Ia kembali teringat presentasinya saat itu, bahwa target marketnya pun sama. Kaum millennial. Sungguh prediksi yang tepat, pikirnya.

“Delapan puluh lima persen pembeli adalah pengusaha muda—mereka yang masih merintis.”

Arjuna berdeham. Seketika ia menghentikan langkahnya. “Thanks for your report, David.” Ia menoleh. “Tapi saat ini aku sedang tidak ingin mendengar laporan tersebut,” ujarnya, dingin.

“Kau bisa menemuiku di kantor jika ingin mempresentasikannya,” pungkasnya, tajam.

David pun terlihat gugup. Anjani melihat Arjuna dengan tatapan yang tak biasa. Ia melihat sorot mata yang dingin. Pintu lift kembali terbuka. Mereka tiba di lantai 8. David lantas mempersilahkan Arjuna dan Anjani keluar lift. Setelahnya ia mengajak ke unit A808.

“Kita sampai, Tuan.”

Beep!

Suara kunci pintu terbuka dengan sekali tap. David mempersilakan mereka masuk untuk melihat seisi apartemen tersebut.

“Unit ini sudah full-furnished dengan city view. Saat malam akan terlihat lebih indah, karena banyak gemerlap lampu kota yang terlihat dari sini.”

Anjani hanya bisa menghela nafas pelan. Ia tak mengerti, mengapa dirinya bisa sejauh ini. Bagaimana bisa ia menerima sesuatu yang begitu besar. “Kau menyukainya?” tanya Arjuna membuyarkan lamunannya.

“Eung?”

Arjuna melirik David yang menatap mereka. Dan saat itu pula, David langsung menundukkan pandangannya. Sedetik kemudian, Anjani mengangguk pelan.

“Jika kau menyukainya, aku akan ambil unit ini untukmu.” Lagi-lagi David meliriknya, kali ini tak hanya melirik Arjuna, bahkan ia melirik Anjani yang ia yakini seseorang yang begitu spesial bagi pemilik perusahaan real estate tersebut.

“Terima kasih,” ujar Anjani pelan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
kasihan anjani ..diajak nikah tapi hanya nikah kontrak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Biarkan Dia Memilih …

    Di tengah perbincangan yang santai, ketiga gadis yang saling bersahabat mulai mengarah pada Anjani. Salah satunya, Naomi. Setelah Raina tertidur di stroller, Naomi tak henti mengamati kedekatan Sadewa dan Chayra di sisi tembok yang sedang mereka warnai. Meski gadis cilik di hadapannya itu sangat terlihat tenang dan fokus terhadap aktivitasnya, tapi Sadewa sesekali menggoda dengan menggores tinta ke pipinya.“Sadewa!”Suster dari keluarga Hoover pun menenangkan sang majikan, ia berlutut dan mengelus dada gadis cilik tersebut.Naomi dibuat penasaran dengan kedekatan itu. Tak sekali dua kali pula Kris mengatakan tentang perjodohan keluarga Barathawardana dan Hoover.“Jadi, benar?”Naomi mencondongkan tubuhnya seraya bertanya pelan. Sementara Kayla hanya mengamati kedua orang yang sudah

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Enam Tahun Kemudian

    “Sadewa apa yang kau lakukan! Kembalikan!”Seorang gadis cilik bermata biru mengerang kesal ketika anak laki-laki itu mengambil boneka dari tangannya lalu berlari mengelilingi ruangan tersebut. Wajahnya begitu bahagia mengerjai gadis sebaya yang rambutnya dikuncir dua.“Sadewa ….”Sang ibu yang tengah membantu bibi Sri di dapur mengingatkan dengan datar. Sementara ayah mereka tengah berdiskusi di ruang tamu. Ketika kedua anak itu saling berlari dan terus kejar mengejar melewati Arjuna dan Jarvis, senyum terbit diantara pria dewasa disana.Arjuna berhasil menangkap Sadewa yang melewati jalan kosong di hadapannya.“Hap! Tertangkap!” seru Arjuna.Sementara Chayra merajuk diatas pangkuan sang ayah.“Ayah ….”“Tidak apa-apa, Sayang. Sadewa hanya ingin bermain denganmu.”“Sadewa, kau tidak boleh seperti itu, ya, Nak.”Anjani yang baru

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Ya, Aku Berjanji!

    “Berjanjilah untuk bersikap hangat padaku ….”Di tengah nafas yang memburu, mata mereka saling memandang lekat.“Ya, aku berjanji!”Tak lama kemudian, Rama pun melanjutkan ciuman panas mereka. Bibir saling bertaut dibersamai saliva yang bertukar hangat membuat hasrat mereka kian membara. Rama tak lagi ingat bahwa ia takut akan sebuah komitmen. Gejolak primitifnya kian membara, membuat dirinya tak bisa mengendalikan naluri yang terus membawanya jauh. Mereka menyatu dengan cepat bersama suara indah yang menusuk ke telinga. Lambat laun, Kayla mulai merasa bahwa ia pun tak bisa menolak permainan itu. Jemarinya menyusuri kulit punggung sang pria, sesekali tanpa sadar ia mencakarnya kuat.“Ah!”Rama terus bergerak dengan tempo yang cepat seraya menciuminya tanpa ampun.“Hmmmmmp!”“I gonna crazy because of you, Kay ….”Di tengah desakan yang kian memunc

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Berjanjilah!

    Kayla melangkah dengan tergesa ketika lift telah mengantarkannya ke lantai dasar. Ia gegas melangkah dengan tergesa. Beberapa pegawai yang melihatnya langsung menundukkan kepala seraya menghormati. Ketika berhasil melewati pintu lobi yang berputar dan hampir menarik handle pintu mobil yang terparkir disana, seseorang menahan jemarinya.“Biar aku antar,” ucap pria itu.Kayla menatap tangannya yang hangat dalam genggaman. Lalu, ia menatap pria itu dengan dalam. Sungguh! Ingin rasanya ia mencaci. Namun, ia tak mampu lakukan itu. Faktanya gengsi wanita memang lebih besar. Dan Kayla, menyingkirkan genggaman itu dengan tangannya yang lain.“Tidak perlu.”Gadis itu hendak menarik kembali handle pintu tersebut. Namun, lagi-lagi tertahan.“Jangan keras kepala!”“Tsk!”Kayla berdecih sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.“Jangan sok peduli!”

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Satu Bulan Sebelum Pernikahan

    “Kau mau mandi bersama?”Kris mengerlingkan mata pada gadis yang kini telah resmi menyandang status sebagai istrinya. Naomi yang tengah berbaring disisinya, lantas menoleh. Pipi pun jadi merona seketika. Ini bukan kali pertama—tapi mendengar pertanyaan itu membuat gemuruh jantungnya berdetak hebat.“Eung …”Tak butuh jawaban dari wanita itu. Kris langsung beranjak lalu membopong gadis itu hingga Naomi terpekik karena gerakan yang begitu tiba-tiba.“Kyaaaaaaaa!”Meskipun begitu, Naomi begitu merasa dicintai. Tak pernah menyangka bahwa pria yang selama ini bekerjasama dengannya sebagai rekan kerja, menjadi pasangan seumur hidupnya.Waktu berlalu begitu saja—entah sejak kapan mereka telah berada dalam kondisi yang polos dan saling berpangkuan di atas bathup. Meski udara dingin menusuk tulang, keduanya justru dibasahi oleh peluh yang bercampur dengan air busa di bathup ters

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Sebuah Perjanjian

    “Apa kau sudah menikah?” Jantung Rama seketika diremas, setiap kali bertemu orang dan di usianya yang menginjak kepala tiga—pertanyaan tentang pernikahan selalu mengiang di telinganya. Padahal, mereka ke tempat itu untuk membicarakan soal bisnis. Tapi, Tuan Hoover seolah memancing adrenalin-nya. Rama melirik ke arah Arjuna yang tersenyum tipis, seperti orang yang sangat bahagia atas penderitaan orang lain. “I-tuuuu,” gumam Rama. Sebenarnya ia bisa saja menjawab bahwa sudah ada calon dan akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi bibirnya terasa kaku. “Sayangnya, aku tak mungkin memberikan putriku untukmu, Rama ….” “Apa?” “Apa?” Kontan Arjuna dan Rama membeliak. “Karena Chayra sudah milik Sadewa.” Lelucon macam apa itu, Rama hampir mencelos mendengar pernyataan Jarvis. Ternyata ia hanya bergurau. ‘Ya Tuhan … lelucon macam apa itu.’ Rama bermonolog lalu tersenyum tipis. Di tengah makan mal

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Lagi-Lagi Ditanya Kapan Menikah?

    Memandang wajah Rama yang berubah pias membuat Kayla tersenyum dibalik Zivaa yang penuh mengisi layar ponsel itu. Zivaa dan Sadewa seolah sengaja membuat Rama tak berkutik dengan menggodanya.“Ayolah, Paman! Jangan membuat Bibi Kayla menunggu lebih lama lagi.”“Eung …”Di ujung panggilan video itu, terlihat Rama yang terus menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia terdengar menghela nafas berkali-kali.“Sudahlah, kalian jangan terus menerus menggoda Paman Rama.”Anjani meraih ponsel itu dari wajah Zivaa dan mengembalikannya pada Kayla. Ia lantas merebut Sadewa dalam genggaman sang ibu mertua.“Bu, biarkan Kayla berbicara dengan Rama. Mereka pasti saling merindukan,” goda Anjani.Lantas ia beranjak menuju kamar Sadewa.“Ayo, Bu!”Zivaa pun mengangguk dan berpindah dari ruang keluarga menuju kamar anak bayi itu. Setelah kedua orang itu berlalu dan menghilang dari pandangan. Kayla lantas menatap layar ponsel itu dengan senyum tak biasa.“Kau menertawakanku?” “Tidak. Hanya saja … lucu.”“Ap

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Bibi Kayla

    Dalam perjalanan menuju bandara, Rama tak berhenti diam. Ia terus mendengus sambil sesekali mengecek ponselnya. Hasrat yang belum tuntas dan rasa rindu pun sudah menggebu bahkan sebelum ia benar-benar meninggalkan tanah air. Arjuna yang sedari tadi mengamati, hanya bisa menggelengkan kepala. Dasar si keras kepala itu. Ia tidak ingin cepat-cepat menikahi wanita yang sudah jelas dicintai.“Baru saja bertemu, kau sudah rindu?”Rama pun menoleh hingga matanya bersirobok di udara dengan Arjuna.“Ya?”“Kau itu terlalu gengsi!”“Apa?”Tak lama suara gelak tawa memenuhi penjuru mobil. Arjuna terlihat begitu puas menertawai sang adik yang jelas-jelas tengah dilanda frustasi.“Ada yang lucu?” tanya Rama kesal karena ditertawai begitu saja.“Sikapmu yang lucu! Kau tidak ingin menikahinya cepat-cepat, tapi kau dengan lihai melakukan permainan di kantor. Aku sampai merinding—hih!”“Shut up!”Meski mereka pernah berseteru, tapi setiap kali Arjuna mengolok-olok Rama, tak ada lagi kecanggungan dianta

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Aku Akan Menikahimu, Secepatnya …

    “Apa kau setuju jika Sadewa dijodohkan dengan rekan bisnisku?”Mata gadis itu membola. Seketika Anjani terperanjat hingga tanpa sadar mendorong tubuh Arjuna menjauh.“Kau gila?”“Tenanglah!” seru Arjuna dengan senyum tak biasa, membuat Anjani semakin tak tenang. Bagaimana mungkin bayi yang belum genap sebulan sudah ingin dijodohkan? Apa suaminya ini gila?Anjani tak berhenti menggeleng sambil menatap mata sang suami dengan tajam.“Dia Tuan Hoover yang akan menginvestasikan dananya untuk proyek Paradise.”“Paradise?”“Ya, setelah semua sengketa clear tak ada alasan untuk menunda pembangunan bukan?”Anjani termangu. Tiba-tiba sorot matanya meredup. Bagaimanapun tanah itu, pernah berdiri sebuah bangunan yang penuh kenangan. Tapi, semua sudah berlalu. Anjani seharusnya tak lagi mengingat itu sementara ia sudah memiliki Arjuna dan Sadewa di sisinya.“Kenapa?”Arjuna seolah tahu apa yang dipikirkan oleh sang istri. Ia menengadahkan wajah sang istri lalu menangkup pipi serta mengusapnya lemb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status