Accueil / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 70. Apa Kamu Menyukai Emily?

Share

Bab 70. Apa Kamu Menyukai Emily?

Auteur: Silvania
last update Dernière mise à jour: 2025-03-15 15:09:30

"Jovanka sudah Arlen hapus dari hati Arlen, Nek. Nenek tidak usah cemas. Secepatnya akan ada yang mengisi hati Arlen kembali!"

"Syukurlah. Nenek kira kamu masih mengharapkan wanita itu. Nenek pikir sudah cukup, lima tahun bukan waktu yang singkat untukmu. Nenek ingin melihat kau menikah, Arlen."

Arlen bisa melihat tatapan sendu penuh harap dari sang nenek. Di usianya yang sudah senja, Arlen merasa bersalah karena belum bisa mengabulkan keinginan neneknya yang satu itu.

"Syukur-syukur Nenek bisa menggendong anakmu, cicit Nenek." Seulas senyum kembali terbit di bibirnya.

Arlen menggenggam jemari sang nenek dan mengecupnya. "Doakan Arlen, ya, Nek."

"Emily?" Pertanyaan Nyonya Audrey sontak membuat Arlen membelalak.

"Maksud Nenek?"

"Kau menyukainya, bukan?" Nyonya Audrey tersenyum penuh arti. Dari awal, dia sudah bisa membaca gerak-gerik cucu kesayangannya.

"Ti-tidak, itu tidak benar. Arlen tidak menyukainya!" bantah Arlen dengan wajah bersemu merah. Arlen terlihat salah tingkah, p
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 259. Sedikit Demi Sedikit

    Hening sejenak. Arnold menatap putrinya dengan dalam. Tapi pada akhirnya, dengan berat hati, dia menggeleng. “Belum,” ucapnya pelan. “Hanya… nama Cassie. Itu muncul begitu saja di kepalaku.” Emily mencoba tersenyum, menahan air mata. Bagi perempuan yang hampir kehilangan segalanya, bahkan setitik memori yang muncul dari suaminya adalah hadiah tak ternilai. Arnold mencium kening bayi mungil itu lembut, menahan emosi yang menyeruak. Saat bibirnya menyentuh kulit hangat putrinya, ia merasakan sesuatu—entah apa—yang begitu dalam menyentuh hatinya. “Kapan kalian boleh pulang?” tanyanya, masih menatap Cassie seolah enggan berpisah. “Besok Nyonya boleh pulang, Tuan,” jawab Sally yang berdiri tak jauh dari ranjang. Emily sendiri tampak belum tahu mengenai kepulangan itu. “Bagus,” kata Arnold dengan mantap. “Besok aku akan menjemput kalian.” Kalimat sederhana itu membawa kehangatan yang membungkus seluruh ruangan. Untuk pertama kalinya sejak ia kehilangan ingatannya, Arnold terse

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 258. Bolehkah Aku Menggendongnya?

    "Iya benar, Tuan. Apa Tuan ingin bertemu dengannya?" tawar Sally penuh harap. Matanya menatap Arnold dengan antusias yang disembunyikan rapi dalam nada sopan. Ia bisa melihat ada gelombang emosi dalam diri majikannya itu—gelisah, penasaran, dan... mungkin sedikit rindu? Arnold menatap Sally sejenak. Pandangannya tampak jauh, seperti tengah bertarung dengan sesuatu di dalam hatinya. "Aku..." Kalimat itu menggantung. Hening. Bahkan detak jarum jam pun terasa lebih keras dibanding suaranya yang tertahan. Ia menunduk sebentar, menelan kekosongan yang memenuhi benaknya. "Bagaimana, Tuan?" tanya Sally lagi dengan hati-hati, tidak ingin menekan, tapi juga tak kuasa menyembunyikan harapannya. 'Mau, mau, mau…' mohon Sally dalam hati, nyaris menggigit bibirnya agar tidak bersuara. Akhirnya, Arnold menghela napas berat. "Baiklah, bawa aku ke rumah sakit. Aku hanya ingin memastikan bahwa bayi itu milikku atau bukan." Sally hampir melonjak dari tempatnya. Tapi ia hanya mengusap dad

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 257. Apa Ini Anakku?

    "Nyonya, beristirahatlah. Besok pagi saya akan pulang ke rumah. Saya akan mencoba berbicara dengan Tuan Arnold. Semoga wanita ular itu tidak ada di dekat Tuan."Dengan lembut, Sally menyelimuti tubuh Emily yang terbaring lemah. Ia memastikan selimut menutup hingga ke bahu majikannya, menjaga kehangatan tubuh yang tampak begitu rapuh itu.Sebelum duduk, Sally menyempatkan diri menengok si kecil di dalam box bayi. Bayi perempuan itu tampak tenang, sesekali menggeliat kecil sambil mengisap jempolnya dalam tidur. Sally tersenyum kecil sebelum akhirnya duduk di sofa yang terletak di antara tempat tidur Emily dan box itu. Ia ingin tetap siaga, menjaga kedua sosok berharga itu."Terima kasih, Sally. Saat ini aku hanya bisa berharap padamu. Sungguh aku menyesal karena menurut saja waktu ibu mertuaku menyuruhku pulang," ucap Emily pelan, matanya mulai terasa berat.Dia memejamkan mata, namun pikirannya tidak bisa langsung tenang. Seandainya saja kemarin dia bersikeras tetap di rumah sakit, mun

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 256. Rapuh

    Fotonya bersama Emily. Dalam gambar itu, Arnold menyandarkan kepalanya di pundak Emily sembari memeluk pinggang wanita itu dengan begitu lembut, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Senyum tipis di bibirnya, tatapan matanya yang damai, serta kehangatan yang tergambar jelas di raut wajah mereka… semuanya tampak begitu alami. "Kau dipaksa berpose seperti itu oleh Emily. Dia selalu memaksamu mengikuti maunya," ujar Giselle, mencoba terdengar meyakinkan meski nada suaranya menggambarkan kepanikan yang mulai menyusup. Arnold menatapnya dengan mata tajam. Ada riak keraguan yang pelan-pelan muncul di hatinya. "Kalau benar kau adalah wanita yang aku cintai, kemarikan handphone-mu dan perlihatkan foto kita. Pasti ada bukan?" tantangnya. Kalimat itu terdengar seperti ujian terakhir bagi Giselle—dan sekaligus vonis jika dia gagal. Giselle mendadak pucat. Darah seakan mengalir deras dari wajahnya. "Aku... handphone-ku baru. Ini handphone baru dan tidak ada lagi foto kita, Arnold," ujarny

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 255. Menghilangkan Jejak

    Di kediaman Arnold, Giselle menemani Arnold makan malam. Dia tampak cekatan, berusaha bersikap selayaknya istri yang perhatian. Tangannya lincah mengambilkan makanan dan menyusunnya di piring Arnold dengan senyum yang dibuat manis. "Ini makanan kesukaanmu, sayang," ucapnya sambil menyuapkan satu sendok ayam dengan saus pedas. Namun, alih-alih menikmati, Arnold langsung memuntahkan makanan itu. Raut wajahnya berubah kesal. "PEDAS SEKALI! APA-APAAN INI?" bentaknya tajam. Sifat arogan Arnold kembali lagi, menggantikan pribadi lembut yang selama ini dikenal oleh orang-orang dekatnya sebelum kejadian itu. Setelah setahun menjadi sosok suami penyayang dan sabar, kini amnesia membuat sisi kerasnya kembali muncul. Giselle terdiam sejenak, lalu tersenyum kaku. "Maaf sayang, aku hanya mengetesmu. Aku pikir kau masih ingat makanan kesukaanmu," jawabnya dengan nada canggung. Padahal sebenarnya Giselle tak tahu apa-apa tentang selera Arnold. Ia hanya berspekulasi, mencoba menebak-nebak samb

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 254. Putri Kecil Yang Cantik

    Sesampainya di rumah, seorang pelayan segera membantu Arnold menuju kamar tamu, sesuai instruksi Giselle. Langkah Arnold lambat, matanya mengamati sekeliling rumah yang tampak megah namun asing baginya. Setiap sudut, setiap lukisan, bahkan aroma ruangan… tidak membangkitkan ingatan apa pun. Seolah ini bukan tempat yang pernah ia huni. Sementara itu, Giselle langsung menuju dapur. Wajahnya tenang, tapi matanya menyapu tajam ke arah para pelayan yang sedang bekerja. Ia memanggil mereka satu per satu, lalu menunduk seolah sedang memberikan arahan biasa, namun nadanya tegas dan mengandung ancaman. “Mulai hari ini, kalian tutup mulut rapat-rapat. Tidak ada yang menyebut-nyebut nama Emily di depan Arnold. Dan kalau dia bertanya soal masa lalunya... jawab saja tidak tahu. Paham?!” Beberapa pelayan saling berpandangan, ragu, namun akhirnya mengangguk. Giselle menyelipkan amplop berisi uang di antara tangan mereka. Nilainya tidak kecil—cukup untuk membungkam loyalitas sementara. Tak hanya

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status