Home / Romansa / Sebatas Teman Tidur / Part 3. Karena Aku Menginginkanmu

Share

Part 3. Karena Aku Menginginkanmu

last update Huling Na-update: 2025-01-05 08:49:36

Siang hari menjelang jam istirahat tiba-tiba Lea dipanggil sang atasan. Ia langsung beranjak mengetuk pintu.

Tok.. tok... Tok...

“Masuk!”

Ceklek!

“Mohon maaf, Pak. Pak Adrian memanggil saya?” tanya Lea usai membuka pintu.

Adrian menatap ke arahnya, mengangguk. “Hem.. duduklah,” pintanya menunjuk ke arah kursi yang berada di depannya.

Dengan perasaan bingung, Lea pun melangkah dan duduk di kursi tepat di depan Adrian. “Apa apa ya, Pak?” tanyanya was-was. Ia tengah berpikir adakah kesalahan yang ia lakukan, ataukah sang atasan masih kurang puasa dengan kinerjanya, mengingat ia memang masih karyawan baru.

“Ku dengar kamu mengajukan pinjaman ke perusahaan. Apakah itu benar?” tanya Adrian membuat Lea terkejut. Secepat itukah kabar itu terdengar sang atasan, bukankah ia baru bicara dengan Bu Hani. Apakah Bu Hani tengah mencoba mengusahakan untuk dirinya, pikirnya.

“Iya, Pak. Tapi, kata Bu Hani tidak bisa karena uang yang mau saya pinjam itu terlalu banyak.”

Adrian mengangguk sambil mengetuk bolpoin di tangannya ke atas meja berulang kali. “Ya memang benar. Kamu pikir ini perusahaan milik nenek moyangmu. Yang bisa memberikan pinjaman seenaknya. Semua ada aturannya.”

Mendengarnya, Lea mengangkat wajahnya memberanikan diri menatap wajah sang direktur. “Saya tahu, Pak. Saya juga terpaksa, ini semua demi keselamatan adik saya. Saya akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang itu.”

Senyum menyeringai di bibir Adrian. “Apapun?”

“Iya, Pak.”

“Baiklah. Saya akan membantumu.”

“Benarkah, Pak?” Wajah Lea kini berubah berbinar seakan ada harapan yang tiba-tiba muncul, ia tak percaya atasannya bisa sebaik itu.

“Hem... Aku akan bantu seluruh pengobatan adik kamu. Bila perlu sampai sembuh. Tapi, Lea ...” Adrian menghentikan ucapannya memandang inci wajah gadis cantik di depannya, pusatnya pada bibir ranum gadis itu yang tampak menggoda, bahkan ia sampai menelan ludahnya. “Semua itu tidak gratis. Ada harga yang harus dibayar,” lanjutnya seraya membuang pandangannya ke arah lain. Berkali-kali ia berdehem demi meredakan gejolak ia rasa.

“Apa, Pak? Bapak mau suruh saya lembur tiap hari, atau bekerja di perusahaan ini seumur hidup pun akan saya lakukan, Pak.” Lea berkata sangat antusias.

Namun, Adrian menggeleng. “No...”

“Lalu?” tanya Lea lemah, mendadak perasaannya tidak enak. Apalagi melihat tatapan atasannya yang begitu intens, seakan tengah memindai sesuatu darinya.

“Berikan keperawananmu dan jadilah simpananku!”

Deg!

Keterkejutan tampak mewarnai wajah Lea, bola matanya membeliak, nyaris keluar dari tempatnya. Tak sadar kedua tangannya mengepal menahan gejolak emosi yang tiba-tiba mendera. Ia memang menginginkan uang begitu banyak. Jatuh bangun, jungkir balik ia lakukan semua demi keluarganya. Namun, menjadi seorang gadis simpanan, tak pernah terbesit dalam pikirannya. Ia pernah bermimpi dan berharap akan menikah dengan seorang laki-laki tampan, dan kaya raya. Seperti seorang Cinderella yang dipersunting seorang pangeran, ataukah kisah seorang Upik abu. Ah, tapi sekali lagi realita memang tak seindah dongeng yang pernah ia baca. Lalu bagaimana akhirnya jika satu-satunya kehormatan yang ia miliki, ia berikan pada lelaki di hadapannya hanya demi uang. Apa yang akan ia berikan pada suaminya?

“Bagaimana, Lea?”

Suara bariton berhasil membuyarkan lamunannya. Ia tersentak, kembali mengangkat wajahnya menatap sang direktur.

“Simpanan?” gumam Lea pelan. Namun, masih bisa terdengar oleh Adrian. Nampak lelaki itu mengangkat sebelah alisnya menatap ke arah Lea.

“Iya, Lea. Kalau kau setuju....”

“Tidak adakah persyaratan lain, Pak?” tanya Lea memotong ucapan Adrian dengan mencoba menawar. Sungguh persyaratan yang Adrian itu terasa berat, meski saat ini ia memang tidak ada pertimbangan lain.

“Kamu sedang melakukan penawaran!” desis Adrian pelan. Beranjak dari tempat duduknya, mendekati Lea yang kini tengah menunduk. “Karyawan aku banyak. Dan aku tidak membutuhkan kamu untuk kerja rodi.”

Lea kembali mengangkat wajahnya menatap Adrian yang kini berdiri di sisinya dengan bersandar pada meja, dengan tatapan sendu. “Itu berat...”

“Ayolah, Lea. Bukankah ini cukup adil. Kamu bisa menyelamatkan adikmu. Mendapatkan berapa banyak uang yang kau mau. Sementara aku, mendapatkan kepuasan dan kesenangan darimu.”

Lea tersenyum getir mendengarnya. “Apakah itu artinya bapak tengah mencoba memanfaatkan kesempatan dari saya.”

“Anggap saja kita saling memanfaatkan.” Adrian memalingkan wajahnya ke arah lain. Menatap jendela kaca yang membentang tinggi memperlihatkan pemandangan luar.

“Saya pikir anda itu orang yang tulus ingin membantu. Tapi, tidak saya duga jika ternyata anda meminta imbal balik yang begitu mengejutkan dan merendahkan saya.” Lea menepuk dadanya yang entah kenapa terasa sakit, sejenak ia merasa telah di pandang hina oleh sang atasan.

Adrian terkekeh pelan, kembali menoleh ke arah Lea. “Aku memang tidak sebaik itu, Lea. Terserah apapun penilaian kamu terhadapku. Aku kan hanya memberi penawaran. Pilihan ada di tanganmu.”

“Kenapa harus saya?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Lea.

“Karena aku menginginkanmu.”

Lea hampir tertawa mendengarnya. Menginginkan dirinya? Sebatas apa? Mungkin rasa penasaran terhadap tubuhnya, begitulah pemikiran Lea.

“Tapi, anda sudah memiliki tunangan?” kata Lea kemudian. Ia ingat satu bulan yang lalu atasannya itu baru melangsungkan pertunangan yang digelar begitu mewah di Hotel Luxury Buana dengan Belinda Danuanso salah aktris sekaligus model papan atas.

“Itu urusan saya.” Adrian menghela napasnya dengan berat tanpa menoleh ke arah Lea. “Aku hanya menawarkan bantuan. Kalau kamu mau silakan, kalau tidak kamu bisa tinggalkan ruangan ini, dan bekerjalah seperti biasanya.”

“Saya permisi.” Lea mengangguk dan beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Adrian dengan wajah memerah, merasa telah ditolak oleh Lea.

“Gadis itu benar-benar...” desis Adrian kesal.

Lea kembali ke mejanya dengan pikiran dan perasaan berkecamuk antara rasa bingung dan tak percaya. Keinginannya setelah berbicara dengan Adrian untuk makan siang mendadak sirna. Selera makannya lenyap, apalagi memikirkan kondisi adiknya yang harus segera di tangani. Ia memilih kembali bekerja mencoba fokus.

Menjelang jam pulang ponselnya tiba-tiba berdering, adanya panggilan dari rumah sakit yang mengabarkan Leo kembali kritis. “Lakukan segera operasinya dokter saya mohon. Saya akan segera datang melunasi biayanya.”

Ia termenung sesaat setelah mematikan panggilan tersebut. Merasa tak ada pilihan lain Lea kembali berlalu menuju ruang direktur bahkan sampai melewati meja sekretaris.

“Eh Lea, di dalam ...”

Ceklek!

Erika tak dapat mencegahnya, Lea terlanjur membuka pintu Adrian tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Sontak orang-orang yang tengah berada di ruangan itu pun menoleh secara serentak, ada sekitar lima orang laki-laki mungkin tengah membahas bisnis.

“Maaf Pak. Saya baru mau bilang jika bapak tidak bisa diganggu, tapi Lea langsung menyelonong masuk,” cicit Erika meringis menampakkan wajahnya dengan rasa bersalah. Sementara yang melakukan tak bergeming, sorot matanya sendu menatap ke arah Adrian seakan ingin mengatakan sesuatu.

“Tidak apa-apa, Erika. Biarkan dia masuk, aku juga sudah selesai.” Adrian menutup berkas di tangannya. “Kalian boleh keluar. Nanti aku akan adakan meeting untuk membahas kelanjutannya.”

“Baik, Pak. Kami permisi.”

Kelima orang itu meninggalkan ruangan, diikuti oleh Erika.

“Ada apa, Lea?” sorot mata elang milik Adrian menatap Lea dengan tajam. Kekesalan masih terasa saat mengingat gadis itu telah berani menolak dirinya. Lalu kini tiba-tiba ia datang, ada apakah. Mungkinkah ia berubah pikiran? Pikirnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sebatas Teman Tidur    85. Tamat

    Melihat keberadaan Adrian di sana. Darwin langsung memutar tubuhnya dan meninggalkan ruangan rawat istrinya tanpa suara. Hal itu membuat Adrian tersenyum masam. Semua tidak luput dari perhatian penghuni ruangan tersebut. Dulu mereka sedekat jantung dan hati. Tapi, sekarang terasa jauh untuk digapai. Lea pun paham mengingat beberapa bulan ia sempat menjadi perusahaan keluarga mereka. Ada rasa sedih yang tiba-tiba mendera, mengingat kehadirannya justru menjadi pemicu keretakan hubungan darah seorang anak pada ayah kandungnya. “Mama, kenapa kakek tidak jadi masuk?” Pertanyaan Naka memecah kesunyian yang sempat tercipta.“Emm.... Mungkin ada yang ketinggalan sayang.” Perempuan yang kini menggunakan dress berwarna biru langit itu berkilah, sambil mengusap rambut putranya yang masih menatapnya dengan bingung.Sementara itu, Darwin yang keluar dari ruangan istrinya langsung berlalu menuju taman rumah sakit. Terdiam, sibuk dengan pemikirannya yang entah apa di dalamnya. “Kakek..." suara an

  • Sebatas Teman Tidur    84

    “Ada apa, Ian?" Lea melepaskan pelukannya menyadari perubahan wajah suaminya yang tidak cukup baik. “Tidak apa-apa.” Adrian berkilau menyimpan kembali ponselnya lalu duduk di kursi.“Gak mungkin gak ada apa-apa, wajah kamu saja terlihat murung seperti itu.” Adrian menghela napas berat, mendongak menatap istrinya. Tapi, belum sempat ia bersuara, Lea sudah kembali bersuara sambil menyodorkan secangkir kopi. “Ini di minum dulu kopinya?”Adrian mengangkat sebelah alisnya menatap secangkir kopi yang terlihat asapnya masih mengepul itu. “Bukannya itu buat kamu sendiri?”“Enggak.” Lea menggeleng lalu duduk di kursi sebelah suaminya. “Aku sengaja buatin untuk kamu loh.”“Makasih.” Adrian menyesap pelan kopi buatan istrinya tersebut. “Kok bisa pas gini sih?” lanjutnya.“Iya pas lah. Kan sudah sesuai takarannya.”“Ck! Bukan begitu maksudnya. Tapi, kebetulan sekali aku baru sampai rumah kok kamu sudah buatin kopi.”“Oh itu...” Lea meringis salah tingkah. “Aku dapat telpon dari Kak Maya kalau ka

  • Sebatas Teman Tidur    83

    Lea menatap wajah polos putranya yang sudah terlelap. Semakin beranjak besar, wajah Naka benar-benar persis seperti Adrian. Ah Adrian... Mengingat suaminya, wajahnya langsung berubah murung. Sejak perdebatannya tadi pagi hingga malam ini Adrian sama sekali tidak memberinya kabar. Hal itu membuat ia benar-benar sedih. Beranjak duduk, ia mengambil ponselnya di atas nakas. Ia gulir layarnya, berharap menemukan suatu pesan ataupun panggilan dari sang suami. Tapi, sama sekali tidak ia temukan apapun di sana. Menghela napas panjang, ia pun akhirnya keluar dari kamar, menuju ruang tamu. Dan saat itu kebetulan ada Leo yang baru pulang bekerja. “Kemana, Kak. Sudah malam bukannya istirahat?” tanya Leo karena memang waktu sudah menunjukkan pukul saat dinihari.“Cuma mau ke ruang tamu kok.” “Ngapain?”“Nunggu kakak ipar kamu.”Kening Leo tampak mengerut heran. “Lho, Kak Adrian belum pulang?”“Iya. Mungkin lembur,” kilah Lea berusaha berpikir positif. Ia tidak ingin adiknya pun menaruh curiga

  • Sebatas Teman Tidur    82

    Lea merasa heran karena sejak tadi suaminya tidak kunjung kembali ke meja makan.“Siapa sih tamunya, Kak?” tanya Leo.“Kakak juga gak tahu,” jawab Lea mengedikkan bahunya dengan perasaan bingung. Matanya menatap ke arah pintu seolah menantikan kembalinya sang suami. “Iya. Papa lama ih. Padahal Papa kan belum makan.” Naka yang tengah menikmati sarapannya pun ikut menimpali, membuat Lea pun terdiam sejenak dan berpikir.“Ya sudah. Biar Mama susul Papa dulu ya.” Meninggalkan keduanya, Lea pun beranjak menyusul suaminya. Langkahnya terhenti begitu menginjakkan kakinya di ruang tamu, ia mendengar suara suaminya yang terdengar begitu lantang. Memberanikan diri mendekat, ia singkap gorden rumahnya, matanya melotot melihat papa mertuanyalah yang menjadi tamu. “Oke. Papa tahu apa yang kau inginkan. Kau ingin Papa merestui pernikahan kamu kan?" Darwin menjeda ucapannya sejenak. “Ayo kita tukar persyaratan. Papa restui pernikahan kalian, tapi kamu harus bebaskan Delon.”Deg!Bukan hanya Adrian

  • Sebatas Teman Tidur    81

    “Ian...” Adrian menoleh dan terkejut melihat istrinya sejak tadi berada di dekat jendela, artinya Lea mendengar semua pembicaraannya. “Sayang, kenapa kamu di sini?" tanya Adrian sedikit gugup.“Justru harusnya aku yang tanya sama kamu. Ini ada apa sebenarnya?” Raut wajah Lea terlihat begitu penasaran. “Kamu bilang ....”Tok! Tok! Tok! Brak! Brak! Brak!Ketukan pintu yang terdengar begitu kencang disertai gedoran. “Adrian buka pintunya. Kakak belum selesai bicara?” Lea memandang ke arah suaminya. “Ian...”Adrian justru menggelengkan kepalanya dan berlalu melenggang masuk begitu saja. Sementara gedoran pintu semakin terdengar lebih kencang. “Adrian tolong bebaskan suamiku. Kakak mohon Adrian.” Nada bicara Shana terdengar begitu memelas, membuat Lea yang mendengarnya pun tidak tega. Tangannya bergerak hendak membuka kunci pintu, tapi tiba-tiba...“Kamu ngapain sayang?” Adrian tiba-tiba bersuara menghampirinya, membuat ia pun menoleh. “Mau buka pintu?"Lea mengangguk. “Iya, Ian. Kasih

  • Sebatas Teman Tidur    80

    Shana benar-benar frustasi dan bingung lantaran sudah beberapa pengacara yang ia sewa untuk membuat sang suami bebas. Tapi, tetap saja tidak berhasil lantaran di belakang Adrian ada pengacara Aditya yang tidak pernah terkalahkan dengan siapapun. “Lakukan semua cara untuk bisa membebaskan aku dari sini sayang,” pinta Delon saat ia menjenguk ke lapas. Sudah dua hari suaminya berada di tahanan, terlihat kacau dan tak terawat.“Apa yang harus aku lakukan, Mas? Aku sudah menyewa beberapa pengacara tapi tidak ada satupun yang berhasil.” Delon meraup mukanya, menghela napas kasar. “Lakukan segala cara, Shana. Aku tidak betah berlama-lama di sini."“Apalagi, Mas. Aku bahkan sudah bilang Papa. Bilang juga pada keluargamu tapi sama sekali tidak berhasil.” Shana menghela napas kasar. “Selain kamu telah hampir membunuh Lea. Kamu juga membunuh orang suruhanmu itu kan, Mas.”“Ishh... Sial!!”Setelah sesi jenguk suaminya selesai. Shana pun berlalu ke salah satu cafe, ia ingin membuang pikirannya y

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status