Share

Penyidikan

Pandangan Steven pada para agen penyidik yang seperti sering  dlihatnya di televisi, mereka duduk dengan laptop di depannya satu persatu. Karena Steven tidak megetahui wajah Hamid Khan, dia pun terpaku seperti boneka mematung.

Hamid yang sudah mengantongi identitas Steven, dia pun bergegas menghampiri sambil mengulurkan tangannya, “Aku Hamid, ayo ikut aku!”

Steven meraih jabatan tangan Hamid kemudian mengikutinya.

“Silahkan duduk!” titah Hamid sambil memberikan satu botol coke dingin. Steven yang sudah dahaga dari tadi segera membuka lalu meminumnya.

Hamid menyenderkan badannya sejenak. “Lyn istrimu yang keempat? Istrimu seorang yatim piatu. Sedangkan kamu rajanya b*rahi?” investigasi cepat disertai seringai tawa di bibir Hamid.

Tangan Hamid membuka laptop yang ada di depannya, “Siapa wanita ini?” tanya Hamid menujuk pada video yang direkam dari ruangan CCTV hotel.

Mata biru Steven menyelidiki, “Paula?” kejutnya.

“Siapa dia?” tanya Hamid dengan menegaskan kedua matanya pada wajah Steven.

“Dia....” Ucapan Steven terputus.

“Teman kencan? Lalu menyebar photo dan videomu?” sergahnya  disertai memperlihatkan hasil percakapan antara dirinya bersama Paula.

Ternyata penyidik sudah sampai ke privasi percakapan dalam telepon genggam milik Steven.  Steven bergeming pun mengetahui semua itu.

Selang beberapa jeda, Hamid pun memperlihatkan bukti keterlibatan Paula akan kematian Lyn. “Paula masuk ke kamar istrimu setengah jam setelah kepergianmu, dia meminjam access card dari housekeeping yang sedang bertugas di sekitar kamar.”

Steven tidak percaya, “Tidak mungkin! Untuk apa dia melakukannya? Dia sudah aku bayar!” ucapnya sangat tegas.

Hamid tersenyum hambar, lalu beranjak dari tempat duduknya. “Kamu ini, tidak semua hal bisa diselesaikan dengan uang! Perlu diketahui kalau Paula adalah bukan wanita biasa yang menjajakan diri demi uang! Kamu tahu siapa dia?” tanyanya.

Steven mengernyitkan. Kemudian menjawab, “Dia hanya asisten dari clientku, Mr. Jibs Chaudry!”

Hamid tertawa mendengar ucapan dari Steven. Dia pun menjelaskan siapa Paula Cristian, menurut data yang dimilikinya dia adalah anak dari penguasaha nuklir dunia dan tidak kekurangan apa pun. Ayah tersebut adalah Mr. Jibs Chaudry.

“Paula sepertinya terobsesi padamu, setelah permainan liar bersamamu malam itu! Dia ingin memilikimu seutuhnya,” jelas Hamid.

Sejenak Steven mengingat bagaimana Paula bersikap aggressive dalam waktu semalam. “Artinya kita harus menangkap Paula?” tanyanya sambil menatap mata Hamid.

Hamid menghela napas pendek, kemudian menutup pintu ruangannya dan berbisik, “Dia pernah melakukan pembunuhan berpuluh kali dengan kasus yang sama! Kita harus bekerjasama.”

Steven mengerti apa yang dimaksud dengan Hamid, rasa takut sudah menghantui jiwanya. Karena setelah tahu jati diri Paula, Steven sudah tidak ingin berhubungan dengannya lagi. Kendati itu cara satu-satunya untuk menjebak Paula melalui dirinya.

“Aku tidak ingin tidur bersamanya, karena kalau aku menghubunginya kembali seperti memberikan ikan!” tolak Steven sambil ke luar dari ruangan Hamid.

Hamid menggertak, "Jadi, lupakanlah kasus pembunuhan istrimu itu."

Steven merasa tertampar karenanya.

***

Seminggu sudah kematian Lyn Lyana yang terdeteksi bahwa dirinya meninggal karena bubuk polonium. Jenazah dibawa memakai pesawat pribadi dari Karachi ke Beijing.

Di pemakaman khusus penganut taoisme banyak menyita waktu karena buat mereka meninggal dengan cara dibunuh adalah adanya unsur yang tidak mengenakan bagi jiwa dan harus segera ditemukan pembunuhnya agar Lyn tenang dan damai.

Setelah upacara pemakaman selesai, Steven duduk termenung di dalam mobilnya. 'Aku ditinggalkan istri-istriku yang lain, tetapi tidaklah sangat sesakit ini.' Bathinnya sambil berkaca-kaca.

Lyn adalah wanita yang dipaksa melayani nafsunya atau sebut saja diperkosa di Yi Hotel. Di mana Steven tahu kalau Lyn masih perawan. Lebih parahnya setelah itu Steven meninggalkannya begitu saja. Hingga membuat Lyn mencarinya dan bertemu dengan istri pertamanya yang berkewarganegaraan British.

Seperti wanita pada umumnya, Lyn depresi juga hampir mengakhiri hidupnya setelah mengetahui semua hal tentang Steven. Hanya saja Lyn berusaha kuat karena ada setitik perasaan suka yang membuatnya nekad mengikuti Steven. Kala itu sedang bertugas di Belanda dan di sanalah mereka menikah.

Deringan handphone menghentikan lamunan Steven, dia pun segera memeriksanya. ‘Paula?’ kagetnya.

Ternyata Paula sudah mematai-matai Steven setelah dirinya membunuh Lyn.

“Halo, Paula!” sahut Steven berusaha tenang.

“Aku di sebrang jalan!” jawab Paula sambil membuka jendela mustang merah yang dikendarainya.

Steven menoleh, Paula dengan menawan menyimpulkan senyuman dan mengedipkan matanya. Lalu, dia pun pergi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

“Halo, Paula! Kita perlu bicara!” ucap Steven di telepon karena belum dimatikan.

Di ujung telepon Paula menjawab, “Aku tidak berkencan dengan pria yang sedang berkabung!”

‘Klik’  

Telepon pun dimatikan begitu saja.

Saat bersamaan Hamid menelepon, tanpa berbasa-basi Steven segera memberitahukan keberadaan Paula, “Dia ada di Beijing dan datang ke pemakaman Lyn!”

Hamid menghela napas kasar. Kemudian bertanya, “Sudah terduga! Apa rencanamu?”

Dengan penuh keyakinan Steven menjawab sangat tegas, “Aku akan membuat Paula jatuh cinta padaku! Tanda pembalasan untuk istriku! Setelahnya, aku akan menyerahkan padamu.”

Setelah mengucapkan itu, suasana menjadi sangat menakutkan. Langit menjadi gelap ditambah suara gemuruh angin dan petir yang menyambar. Seolah ini adalah awal dari perjanjian antara Steven dengan tubuh Lyn yang sudah membujur kaku meminta dipenuhi.

Hamid yang masih di dalam telepon mewaspadai, “Ingat, dia bukan wanita sembarangan, dia tidak segan – segan untuk membunuh dengan cara halus. Bubuk polonium bukanlah seberapa!”

Steven seperti pasrah dengan apa pun yang akan terjadi. Di dalam pikirannya dia harus mendapatkan Paula dalam keadaan hidup.

Besoknya Steven pergi ke Fenghuang tempat pengembangbiakan hewan peliharaan milik Lyn. Dia menemui para staff istrinya. Mereka pun berdiskusi akan kelanjutan bisnisnya. “Tuan, biarlah kami berdelapan yang mengurus ini semuanya. Juga, kami tidak tahu harus berbuat apalagi, karena inilah satu-satunya tempat cari nafkah kami!” ujar salah satu Staff Senior.

“Baiklah, kalian lakukan dengan baik. Karena aku sendiri tidak tahu menahu persoalan ini.” Jelas Steven sambil berdiri.

Tiba-tiba salah satu dari mereka berkata, “Nyonya Lyn meninggal karena apa?”

Steven bungkam sejenak.  “Nanti aku beritahu setelah semua terselesaikan, jaga diri kalian!” ungkapnya singkat.

Setelahnya, Steven pun segera berjalan ke arah mobil sambil berbicara sendiri dan agak bingung, “Bagaimana caranya aku harus mendapatkanmu, Paula?”

“Tentu saja ke tempat dunia malam!” tiba-tiba suara lelaki datang dari belakang.

“Bapak siapa?” tanya Steven kaget karena Bapak berpostur tubuh pendek, bermata sipit dan memakai topi dari anyaman daun pandan yang usianya hampir 65 tahun sudah ada di sebelahnya.

Bapak itu hanya menatap wajah Steven dengan tajam, lalu tidak begitu lama dia pun meninggalkannya.

Steven pun mencoba mengejar. Akan tetapi Bapak Tua ini jalannya begitu sangat cepat. Dengan masih bertanya-tanya dia pun kembali ke mobil dengan napasnya megap-megap.

Setelah beberapa jeda beristirahat, Steven melajukan mobilnya ke arah kota Beijing. Kendati butuh puluhan kilometar untuk mencapai tujuan itu. Karena di pikiran Steven hanya ingin cepat membalas dendam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status