Home / Romansa / Secangkir Teh Untuk Suamiku / Bab 24 Terjerat Balik

Share

Bab 24 Terjerat Balik

Author: Vargsagen
last update Huling Na-update: 2025-06-28 19:45:09

Langkah Rindu menjauh, tapi gema suaranya masih tinggal di kepala Janu.

"Buktikan itu, Mas. Tapi jangan cuma pakai kata-kata."

Dia tetap duduk di bangku lorong itu. Menyentuh tempat di mana tadi jemarinya menyentuh tangan Rindu, seolah masih ada jejak hangat yang tertinggal. Tapi bukan kehangatan itu yang kini menyesakkan dadanya.

Rindu berubah. Dan perubahan itu, alih-alih menjauhkannya, justru membuat Janu makin terpikat. Makin tergerak. Makin terusik.

Dia tak suka saat perempuan mulai menyulitkan. Tapi lebih dari itu, dia selalu gagal melepaskan mereka yang mampu melihat cacat. Rindu terlalu jeli. Terlalu tajam. Dan itu membuatnya makin ingin menaklukkan.

“Bukan cuma kopi yang bikin aku datang lebih pagi,” gumamnya pelan, seperti menjawab sesuatu yang tak pernah benar-benar ditanyakan.

Chalia tak pernah memberinya tatapan seperti itu. Campuran marah dan rindu, kecewa dan masih berharap. Chalia ingin mengikat. Sementara Rindu menolak dirantai, tapi tak bisa kabur sepenuhnya.

Dan it
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 28 Gangguan

    Sore menjelang malam, langit mulai berwarna abu-abu keperakan. Janu melangkah keluar dari ruang praktiknya dengan langkah santai, menyapa beberapa staf yang pulang lebih dulu. Kantong di tangan kanannya berisi dua hal yang tampaknya biasa bagi siapa pun yang melihat: sepasang botol susu rasa vanilla dan satu map berisi “dokumen pasien.”Tapi hanya Janu dan satu orang lainnya yang tahu, ini bukan kunjungan medis biasa.Dia membuka ponsel, mengecek pesan terakhir.Chalia: “Aku sudah ambil. Aman. Ketemu di hotel pukul 19.00. Pakai pintu belakang.”Janu tersenyum tipis. Pukul 17.12. Masih ada waktu. Jalanan pun tidak terlalu padat. Ia berjalan ke arah parkiran basement dengan langkah ringan, pikirannya sudah menata kemungkinan. Berapa tetes thallium. Berapa banyak susu yang akan disimpan, Bagaimana dia akan menyiapkannya agar tetap terlihat steril.Tapi rencana yang sempurna itu goyah.Saat dia hampir mencapai mobil, matanya menangkap sosok wanita familiar dari samping kanan.Rindu.Berdi

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 27 Keinginan

    Udara pagi masih sejuk saat Janu menginjakkan kaki keluar rumah. Langit cerah, burung mulai ramai di kabel listrik, dan tetangga sebelah sudah sibuk menyapu halaman. Dia melambaikan tangan pada salah satu ibu-ibu yang lewat sambil membawa kantong belanja. Senyum ramah, anggukan kecil, seperti biasa.Mobilnya meluncur mulus keluar dari kompleks perumahan. Pemutar musik menyala, tapi volumenya kecil. Janu menyetir dengan tenang. Wajahnya rileks, bahkan sempat bersenandung kecil mengikuti lagu lama yang diputar.Tapi pikirannya jauh dari musik.Dia tahu sekarang. Nora mungkin sudah tahu. Mungkin juga sudah mencurigainya. Botol kapsul itu bersih. Terlalu rapi. Terlalu disengaja.Dan perempuan yang terlalu tenang saat tahu dirinya hampir mati, biasanya bukan tidak tahu.Nora mungkin sedang bermain. Dan sekarang, giliran dia membalas.Setelah beberapa kilometer, Janu berbelok ke arah supermarket 24 jam yang biasa dikunjungi. Parkir masih lengang. Dia masuk, menyapa penjaga kasir seperti pel

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 26 Di Tengah Sandiwara

    Nora duduk di ujung meja makan. Malam itu, dia mengenakan blus lembut berwarna krim dan rok yang menjuntai hingga mata kaki. Rambutnya diikat setengah, rapi, seperti perempuan dari katalog rumah tangga ideal. Tangan kirinya mengaduk teh yang mulai dingin, pelan, berulang-ulang. Sebenarnya, yang dia tunggu adalah berita duka. Namun, yang terdengar adalah suara kunci diputar di pintu depan.Pulang. Lagi-lagi pulang. Dalam keadaan sehat.Pukul setengah sembilan lewat sedikit. Terlambat dua belas menit dari jadwal kepulangan, tapi tetap berdiri tegak, tetap bernapas, tetap dengan senyum lelah yang selalu berhasil menipu semua orang, kecuali Nora.Langkah kaki terdengar di lorong. Nora menegakkan punggung, memasang senyum secukupnya. Teh Earl Grey, racikan khususnya, sepertinya masih belum menemui tuannya.“Sayang,” suara Janu dari balik dinding. “Aroma rumah ini selalu enak kalau kamu ada.”Nora membalikkan badan, senyumnya hangat. Matanya sedikit sayu, bukan karena cinta, tapi karena let

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 25 Mengganti Jalan

    Sore turun perlahan, menutup hari dengan langit kelabu yang menekan. Di ruang praktik, lampu-lampu mulai dimatikan satu per satu. Pasien terakhir baru saja pergi.Janu duduk bersandar di kursinya, melepaskan masker dan membuka kancing kerah. Lehernya kaku, bahunya pegal. Lelah mulai terasa, tapi bukan jenis lelah yang membuatnya ingin pulang. Bukan hari ini.Dia melirik jam dinding, lalu mengambil ponsel dan mengetik pesan singkat.“Chalia, aku butuh kopi. Kopi hitam saja, tanpa susu. Bisa bawakan?”Tak lama, balasan datang.“Kopi? Bukan teh earl grey lagi?”“Ya, kopi.” Janu membalas singkat, terlalu malas untuk menjelaskan panjang lebar.Lima menit kemudian, pintu diketuk. Lalu terbuka pelan. Chalia masuk dengan dua gelas di nampan kecil. Alisnya sedikit terangkat, menyiratkan keberatan yang belum sepenuhnya padam.“Bukan teh earl grey hari ini?” Dia mengulangi pertanyaan sambil meletakkan gelas di meja.Janu tersenyum. “Tidak. Hari ini aku sedang ingin yang pahit-pahit.”“Padahal ka

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 24 Terjerat Balik

    Langkah Rindu menjauh, tapi gema suaranya masih tinggal di kepala Janu. "Buktikan itu, Mas. Tapi jangan cuma pakai kata-kata."Dia tetap duduk di bangku lorong itu. Menyentuh tempat di mana tadi jemarinya menyentuh tangan Rindu, seolah masih ada jejak hangat yang tertinggal. Tapi bukan kehangatan itu yang kini menyesakkan dadanya.Rindu berubah. Dan perubahan itu, alih-alih menjauhkannya, justru membuat Janu makin terpikat. Makin tergerak. Makin terusik.Dia tak suka saat perempuan mulai menyulitkan. Tapi lebih dari itu, dia selalu gagal melepaskan mereka yang mampu melihat cacat. Rindu terlalu jeli. Terlalu tajam. Dan itu membuatnya makin ingin menaklukkan.“Bukan cuma kopi yang bikin aku datang lebih pagi,” gumamnya pelan, seperti menjawab sesuatu yang tak pernah benar-benar ditanyakan.Chalia tak pernah memberinya tatapan seperti itu. Campuran marah dan rindu, kecewa dan masih berharap. Chalia ingin mengikat. Sementara Rindu menolak dirantai, tapi tak bisa kabur sepenuhnya.Dan it

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 23 Sandiwara

    Nora meneguk air, menelan kapsul atau lebih tepatnya kapsul baru yang sudah diganti, identik tapi tak mematikan.Dia memejamkan mata sebentar. Berakting seperti orang yang percaya. Seperti istri yang menerima kasih suami tanpa curiga.Janu mengangguk puas, lalu mulai memakan rotinya.Nora menatapnya dari balik uap teh. Dalam hatinya, dia berbisik: “Nikmatilah peran ini selagi bisa. Aku juga bisa bermain, bahkan lebih lihai darimu.”Setelah sarapan usai, Janu membereskan cangkirnya sendiri ke wastafel dapur. Nora tahu sebenarnya Janu ingin sekalian membuang teh melatinya itu. Lalu dia kembali ke ruang makan, menatap Nora yang masih duduk sambil menggulung ujung lengan bajunya.“Aku berangkat dulu, ya...”“Hati-hati,” jawab Nora tanpa menoleh.Tapi pagi ini berbeda. Janu tidak langsung pergi seperti biasanya. Dia mendekat, lalu membungkuk perlahan, mengecup kening Nora.Lalu bibirnya menyentuh pipi kiri. Lalu kanan.Dan sebelum Nora sempat mundur, dia mengecup bibirnya. Sekali. Lalu sek

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status