Home / Romansa / Secret Agent Maddox / Chapter 3. Bad Lawyer

Share

Chapter 3. Bad Lawyer

last update Last Updated: 2021-08-04 17:58:05

“Hubungi beberapa saksi dan laporkan padaku segera! Jika aku bilang segera, itu berarti tidak lebih dari satu jam mendatang, Claire!” tegas Foxire dengan suara dingin.

Sekretarisnya Claire mengangguk dan tidak membuang waktu lagi, berlalu dari ruang kantor pengacara Foxire Dawson.

Wanita yang berusia tiga puluh tahun itu merupakan seorang pengacara yang sedang menanjak karirnya semenjak berhasil memenangkan kasus keracunan limbah pabrik dua tahun lalu. Foxire Dawson atau akrab dipanggil dengan Foxy terkenal sebagai wanita yang tegas dan ketus.

Segala cara ia tempuh untuk memenangkan sebuah kasus. Meski demikian, Foxy selalu bermain rapi dan tidak ada yang bisa mengungkap trik kejinya dalam mendapatkan informasi atau memutar balikkan fakta.

Wanita berambut pirang keemasan dengan wajah cantik seperti perempuan Yunani ini memiliki mata hijau terang. Wajahnya sangat menawan dan mempesona para lelaki. Sayangnya, Foxy adalah wanita misterius yang sulit dimengerti. 

Sebagai keponakan dari seorang calon gubernur Nevada tersebut, Foxy cukup serius terlibat dalam politik serta sesekali membantu dalam kampanye pamannya.

Perempuan cerdas yang menyandang gelar master dalam bidang hukum ini lebih serius menjalani karirnya sebagai pengacara.

Siapa pun tahu bahwa di daerah tersebut ada seorang devil lawyer yang handal dan telah memiliki nama cukup mentereng di kalangan elit Las Vegas, yaitu Foxire Dawon.

Telepon berdering dan dengan malas Foxy mengangkat. Claire memberitahu jika pamannya sudah ada di luar dan ingin bertemu dengannya.

“Suruh dia masuk!” sahut Foxy sedikit jengkel.

Beberapa detik kemudian, pintu terkuak dan pria dengan tubuh sedikit gempal namun masih dalam bentuk kekar muncul. Bajunya sangat rapi dengan dasi yang bernilai ratusan dolar. Jangan pertanyakan nominal harga jas pria tersebut, Josh Bill Harten adalah pria dandi dengan penampilan eksklusif.

Rambutnya yang tersisir rapi dan sedikit pirang membuatnya semakin terlihat sebagai politikus sejati.

“Aku sangat sibuk, Josh. Tidak seharusnya kau muncul mendadak begini,” sapa Foxy dengan wajah dingin.

Pamannya tersenyum dan langsung duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan tersebut.

“Kapan kau akan memulai memanggilku paman, Fox?” sambut Josh tidak terlihat terganggu dengan sebutan keponakannya.

Foxy meliriknya sekilas dan kembali fokus di laptop.

“Kau mungkin membesarkan aku, tapi tidak ada kewajiban untuk melarangku memanggil namamu! Sudah kubayar semua hutang budiku, bukan?” jawab Foxy tanpa menutupi kesinisannya.

Josh tersenyum miring.

“Kau benar-benar mirip denganku! Aku bahkan terkadang lupa bahwa kau bukan anakku!” 

Pujian yang terlontar mencerminkan bahwa hubungan mereka sangat dekat. Meski sering terlontar kata-kata pedas dan sinis, terkadang kecaman yang cukup tajam, namun mereka memahami satu sama lain.

“Aku ingin menanyakan kembali kesanggupanmu untuk bergabung dalam timku. Aku butuh seseorang yang cerdas dan memahami visi juga misiku, Fox. Eric sepertinya tidak begitu mengerti itu semua. Tidak tahan rasanya ingin memecat pria bodoh itu!”

Foxy tersenyum sama dan masih mengerjakan kesimpulan akhirnya untuk sidang besok pagi.

“Aku sedang dalam puncak karirku, Josh! Terjun ke dunia politik terlalu mudah dan aku benci intriknya yang norak, karena pencapaian yang kudapatkan tidak sebanding dengan kerja keras!”

“Kali ini saja, bantu pamanmu yang sudah tua ini! Setelah aku naik dan menjadi gubernur Nevada, kau juga akan mendapat keuntungan karena bisa melebarkan sayapmu sebagai pengacara elit!”

Tawaran Josh begitu menggiurkan bagi Foxy.

Wanita itu berhenti mengetik dan menatap pria dengan kisaran umur setengah abad lebih dengan ragu.

“Kau pernah mengecewakan aku dengan memilih simpanan rambut merahmu itu! Aku jauh lebih tepat dan kompeten untuk menduduki posisi direktur pertambangan, Josh! Dan dengan mudahnya kau tendang keponakanmu ini hanya karena kau tidur dengannya!”

Josh tersenyum lebar dan mengedikkan bahu.

“Aku ini lelaki, Foxy! Bukan pria tua yang sudah impoten! Tentu saja otak dan nalarku kalah dengan testoronku!”

Foxy menggelengkan kepala seraya mencibir.

“Aku sangat menyayangkan Marybeth yang begitu setia dan tutup mata atas semua tindak tandukmu, Josh!”

Josh mengubah posisi duduk lebih tegak dan kali ini sangat serius.

“Fox, aku mungkin bajingan dan tidak pernah menjadi suami yang baik. Tapi aku punya misi dan visi yang bisa mengubah pandangan orang tentang keluarga kita!”

“Keluarga kita sudah hancur, Josh! Itulah alasanku mengubah nama belakangku menjadi Dawson dan bukan lagi Harten!” cibir Foxy.

“Tega sekali kau berkata seperti itu! Leluhur kitalah yang paling berjasa membangun Las Vegas menjadi seperti sekarang! Tapi apa yang mereka dapatkan? Nol besar! Orang-orang itu mengkhianatinya dan membuat ayahmu dan aku merangkak serta hidup dalam kemiskinan juga terhina!”

“Dan kau ingin membalas semuanya? Klise! Itulah hukuman untuk manusia yang menciptakan kota ini sebagai kota penjudi! The sin city, itulah sebutan untuk Las Vegas jika kau sudah lupa! Dan itu berkat leluhur kita!” Foxy terlihat begitu membenci latar belakang keluarganya.

“Jangan membahas tentang dosa. Kau terdengar sangat menggelikan, Fox! Segala kelicikan dan tipu dayamu dalam memenangkan kasus juga tidak semanis yang aku dengar!” tawa Josh terdengar sumbang. Foxy mengangkat alisnya sebelah.

“Kurasa kita berdua cukup memahami diri masing-masing bukan?” balas Foxy dengan santai.

Josh menghela napas dan mengibaskan tangannya seraya membetulkan jas.

“Aku tidak akan memohon jika ini hanya mengenai diriku saja.” Ucapan Josh yang terakhir menyentuh Foxy dan wanita itu mengangkat dagunya. 

“Masa depan kota dengan sejarah ini harus kita pertahankan.” Josh lagi-lagi melontarkan kalimat yang membuat keponakannya tidak lagi bisa mengelak.

“Baiklah! Aku akan membantumu naik menjadi gubernur! Tapi setelah itu, jangan pernah ganggu hidupku lagi!”

Mata Josh terbeliak dan senyum lebar mengembang.

“Keputusan yang bijak, Foxy!”

Pamannya berdiri dan mengancingkan jas kembali. Foxy tidak menanggapi. Wanita itu kembali pada pekerjaannya yang tertunda. Josh melenggang keluar dengan siulan riang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Secret Agent Maddox   Chapter 110. Epilog

    Suara tangis bayi terdengar menambah kemeriahan pesta di halaman belakang kediaman Maddox. Apple dan April sibuk bergantian menggendong bayi mungil yang terbalut kain lampin ungu. Dia sangat cantik, mewarisi kejelitaan Shelby. “Jadi kau benar-benar pensiun dari semuanya?” tanya Tim Muller, sembari membalik steak di panggangan. Shelby tertawa tanpa suara, mengerling pada Joe yang tak berhenti menatapnya dengan mesra. Dia menjadi ayah yang bahagia, saat Shelby memberikan bayi mungil cantik dalam pernikahan mereka. “Entahlah, tawaran Nick sangat menggiurkan. Tapi, kupikir aku akan sedikit rehat untuk sementara waktu, sampai Bow besar nanti.” Wanita itu mengarahkan pandangan pada putrinya yang berada dalam dekapan Apple. “Aku bisa menjaganya, Shelby! Jangan khawatir, aku adalah pengasuh terhebat di kompleks rumahku!” tawar Apple dengan cepat. “Kuliahmu, Ape! Kau pikir bisa sekolah sambil mengasuh bayi?!” tukas April. “Aku kandidat yang sempurna, karena sebentar lagi akan lulus dan pu

  • Secret Agent Maddox   Chapter 109. End of the Game

    Chapter 109. End of the Game Seiring matahari tenggelam, keesokan harinya, semua yang Jimmy kumpulkan merapat di pulau tersebut. Joe dan Shelby tampak kaget, sebab dia juga melihat Maddox serta Foxy. Satu sama lain saling menyapa, sementara Joe menggelengkan kepala tidak percaya. “Apa-apaan ini, Jim?!” Jimmy tertawa, merapatkan kapal dan melompat turun dengan gesit. Gibs di belakangnya tampak tidak kalah tangkas. Sepertinya Jimmy-Gibs telah menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan. “Kita akan menyudahi dengan pertempuran terepik, Joe!” Jimmy mengatakan bagaimana rencana ini telah dia rancang sedemikian rupa. “Memancing dalang sesungguhnya?” ulang Shelby kaget. “Apa maksudnya?” Maddox dan Foxy mendekat, mereka menambahkan apa yang telah didapatkan sejauh ini. Mendengar bagaimana semua sudah diperhitungkan, benar-benar mengejutkan Joe dan Shelby. “Aku menembak Josh sendiri dan itu bukan hanya sekali. Analisa kalian yang mencurigai dia masih hidup rasanya mustahil,” tangkis Joe.

  • Secret Agent Maddox   Chapter 108. Be My Man

    Shelby mencapai pulau dengan kapal sewa yang dia kemudikan sendiri. Tidak segera menuju kediaman Russel yang masih berjarak setengah jam lagi, wanita itu justru menghabiskan beberapa saat di dermaga hingga helikopter Joe Black mendarat di sana. Terkejut melihat pria yang dia cintai menyusul, Shelby menolak permintaan Joe yang meminta untuk mengurungkan niatnya. “Aku harus menanyakan, kenapa Russel membiarkan aku dan mama seperti manusia sampah selama ini!” Joe menghela napas berat, merebut botol minuman yang ada di tangan wanita itu. “Kita tidak akan datang tanpa persiapan, Shelby!” cetusnya. “Tunggu sampai bantuan datang!” Akhirnya, wanita itu mengalah. Mereka menanti di kapal, yang sebenarnya bisa saja terdeteksi oleh Russel. “Mustahil dia mengetahui kedatangan kita. Pelayan setianya sudah mati, ayahmu bisa jadi ada di rumahnya tanpa siapa pun.” Analisa Joe sepertinya benar, sebab selama mereka menunggu di kapal hingga menjelang tengah malam, tak ada satu pun yang datang mengus

  • Secret Agent Maddox   Chapter 107. Cradle in Paradise

    Joe terhenyak, panggilan baru saja berakhir dan adiknya mengatakan jika Shelby adalah putri dari Russel Brown! Bagaimana mereka baru mengetahuinya sekarang? Jika rencana membunuh anak mafia itu masih dia dan Maddox lanjutkan, itu berarti dirinya akan siap kehilangan wanita yang sudah menjadi teman kencan tersebut. Sanggupkah dia berhadapan dengan Shelby, jika benar itu terjadi? Entahlah, Joe benar-benar kebingungan, terlalu syok dengan fakta yang terkuak beberapa menit lalu. Masih meraba-raba dengan situasi saat ini, Joe harus menenggak minuman yang dia beli di minimarket pom bensin lebih dulu untuk kembali menguasai diri. Dia duduk selama beberapa belas menit, mengatakan pada diri sendiri untuk cepat berpikir dan mengambil keputusan. Dirinya butuh menempuh tiga jam lebih untuk mencapai kediaman Russel, dan itu pun jika ada transportasi yang bisa membawanya lewat udara. Melalui jalan darat akan sangat panjang dan mustahil bisa mengejar Shelby. Tempat Russel tinggal adalah sebu

  • Secret Agent Maddox   Chapter 106. Mafia’s Daughter

    Maddox menegakkan tubuh, melatih pelan-pelan fisiknya yang terhajar selama lima hari terakhir dengan vonis keracunan makanan. Foxy membantunya, memastikan dia tidak terlalu lemah melanjutkan proses tersebut. Bagaimanapun juga, Maddox perlu diingatkan untuk istirahat yang banyak demi pemulihan diri. Bobotnya tampak berkurang, walau baru lima hari dia terkapar. “Jangan terlalu memaksakan, kau masih butuh untuk mengembalikan energi,” ucap Foxy, penuh kelembutan mengingatkan. Maddox mengatur napas, meletakkan tubuhnya di salah satu kursi tanpa bantahan. Wanita yang saat ini mendampinginya mendekat, memberikan botol minuman untuk dia. Sambil meneguk, Maddox membiarkan Foxy mengusap keringat di leher juga pundaknya. Ia melirik pada wanita yang begitu setia berada di sisi, tak peduli akan urusannya sendiri. “Aku bisa keluar besok, bisakah kau mencari hotel untuk kita? Aku tidak mau kembali ke rumah yang Titus sediakan,” pinta Maddox. Foxy mengangguk. “Jangan khawatir,” sahutnya pelan.

  • Secret Agent Maddox   Chapter 105. The Riddle of Death Man

    Joe melangkah dengan cepat, mendatangi kendaraan yang berhasil mereka catat plat dan lokasinya. Mobil yang dipakai oleh pria yang memalsukan diri menjadi tukang masak restoran itu diselubungi terpal dan Joe terpaksa menyingkap semuanya. SUV keluaran lama itu terparkir di depan apartemen kumuh di pinggir kota. Begitu berada di sisi kaca pengemudi, Joe mulai mengayunkan linggis yang ada di tangannya. Praang! Kaca itu hancur dalam sekejap. Ia membuka pintu dari dalam, memeriksa dashboard dan setiap sudut kendaraan. Selama lima belas menit, dirinya mengacak-ngacak isi mobil tersebut hingga gerakannya terhenti. Di bawah jok belakang, Joe menemukan topeng beserta pakaian chef serta sepatu! Dia segera menarik keluar plastik dari saku celana, lalu memasukkan satu persatu ke dalam. Usai mendapatkan semua, Joe meninggalkan mobil dengan santai. Sebentar lagi, sidik jari itu akan menjelaskan, siapa pelaku yang telah membuat Maddox terkapar tak berdaya! ** Jimmy dan Gibs menunggu dengan tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status