Share

Chapter 4. True Punisher

Telepon itu ditutup oleh Tim dengan setengah dibanting. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Mark Parker, Sherriff yang menjadi kepala polisi di Las Vegas, barusan menelepon untuk menegaskan kembali supaya dirinya segera mengontrol Maddox.

Masih tergiang di telinganya mengenai sepak terjang Maddox yang membuat Jimmy babak belur.

“Sudah kukatakan padamu, Tim! Maddox harus membenahi tingkah lakunya atau dia keluar dari kesatuan kita!” teriak Mark murka.

Jimmy merupakan salah satu pebisnis yang berada dalam daftar istimewanya. Mark tidak bisa berbuat apa-apa karena kepala imigrasi dan wali kota Las Vegas berada di pihak bajingan tua tersebut.

Entah berapa nilai suap yang Jimmy berikan, tapi yang pasti Mark memilih untuk tidak terlibat. Keharusannya untuk memenuhi perintah pejabat negara adalah salah satu hal yang tidak tertulis di dalam job description-nya, namun wajib dan mutlak dilakukan.

Jimmy selama ini kebal hukum bukan tanpa alasan.

Akan tetapi Maddox mengobrak abrik kasino dan hotelnya, serta menguak aibnya yang menggunakan gadis-gadis muda dari Asia untuk secara ilegal dipekerjakan.

Tekanan ini tidak bisa Tim abaikan lagi. Mark adalah atasannya yang tidak suka ditentang, apalagi Maddox sudah berulang kali mendapat peringatan.

“Bawa Maddox ke kantorku!” teriak Tim dari pintu pada semua pegawainya.

Chris tersenyum penuh kemenangan.

“Jagoan tengil kita mendapat masalah! Wow! Aku tidak pernah mengira ini adalah hari keberuntunganku!” seru Chris dengan bahagia.

Jean lewat dan menatap tajam Chris dengan wajah mencemooh. “Kau pikir Maddox selemah itu untuk ditumbangkan oleh masalah sepele ini?”

“Kau dengar kapten kita, Lockey!” bantah Chris.

Jean geleng-geleng kepala dan berlalu.

“Chris … Chris … masih saja dangkal dan tidak cerdas-cerdas!” cibirnya seraya menjauh.

Chris memberikan tatapan bingung atas cibiran Jean yang sangat aneh menurutnya.

“Dasar Lesbian! Pria semenarik aku tidak pernah menjadi minatnya!” gerutu Chris.

*

“Duduk!” perintah Tim dengan rahang mengeras.

Maddox dengan santai menghempaskan tubuh di kursi depan bosnya tersebut.

“Apa yang kau lakukan pada Jimmy, Mad? Sudah aku katakan berulang kali, jangan sentuh dia! Kau ini tuli atau bebal?!”

Maddox tidak diam mendengar kalimat pedas dari komandannya. “Kau tidak menjawab pertanyaanku yang kurang mengerti alasan sebenarnya, Tim! Secara hukum dia bermasalah dan aku tidak pernah membiarkan penjahat seperti Jimmy untuk terus bernapas! Aku pikir diriku sudah cukup baik hati hanya mematahkan tulangnya saja!”

“Kau tahu jika Mark terus menekanku dan meminta kau keluar dari kesatuan ini?! Apa kau paham?!” pekik Tim berada di situasi sulit.

Maddox menggelengkan kepala dengan senyum miring. 

“Kau selalu ketakutan pada sistem dan menciut setiap sesuatu menekanmu, Tim! Kupikir kau lebih baik dari ini!” Maddox bersiap pergi.

“Aku belum selesai!” teriak Tim.

“Oh no! Kau sudah selesai, aku sudah selesai dan kita tidak ada urusan lagi!” jawab Maddox seraya mengacungkan tangannya.

“Kenapa kau ingin menghancurkan kami, Maddox? Hancurkan dirimu sendiri dan jangan bawa-bawa kesatuan ini!”

Maddox yang sudah selangkah menuju pintu berhenti dan memutar badannya.

“Kau membiarkan kejahatan merajalela sementara lencana sebagai penegak hukum menempel di dada dan sumpahmu adalah untuk menjunjung kebenaran! Seharusnya kau malu akan dirimu sendiri, Kapten Tim Muller!”

Wajah kepala detektif itu seketika memerah. “Kita hidup di dunia nyata dan ada hal-hal yang ada di luar kendalimu! Kau tahu apa, Bocah Berandalan yang bersikap sok menjadi pahlawan?!” Tim kali ini benar-benar murka pada Maddox.

Pria itu kembali mengacungkan jarinya pada Tim.

“Bocah berandalan ini adalah remaja yang kau didik dan tanamkan dalam dirinya untuk tidak pernah takut asalkan benar! Bocah berandalan ini adalah korban dari penjahat seperti Jimmy! Aku, adalah hasil dari mimpi indahmu yang kau sendiri takut untuk meraihnya!”

Maddox meninggalkan Tim yang tertegun. Pintunya terbanting keras hingga membuat kacanya bergetar.

Apa yang Maddox barusan lontarkan kepadanya adalah benar.

Dia yang menyelamatkan Maddox dari jalanan. Remaja tanggung berusia enam belas tahun yang memiliki catatan kriminal tinggi, akhirnya menarik perhatian Tim pada suatu kejadian. 

Dirinya baru saja menjadi polisi selama beberapa tahun dan harus menjaring remaja jalanan yang selalu mencuri di kawasan Las Vegas. Maddox tertangkap dan Tim mendapat tugas untuk mengantarnya menuju panti sosial. 

Usianya belum cukup umur untuk dipenjara, nurani Tim memberontak saat membayangkan remaja yang pantas jadi adiknya itu harus meringkuk di lembaga sosial yang busuk.

Selama perjalanan Maddox hanya terdiam dan ketika Tim memberinya hotdog murahan karena iba, remaja itu menangis sejadinya.

“Bukan ini pilihan hidup yang ingin kujalani! Hotdog ini mengingatkanku bagaimana masyarakat dan dunia memperlakukan aku sangat tidak adil. Jika aku hanya lahir untuk menjadi sampah, kenapa kematian tidak segera menjemputku?”

Tim tahu dari awal jika Maddox sangat istimewa. Ada keberanian yang tidak pernah surut yang tercermin di mata birunya.

Alih-alih mengirimkan Maddox ke panti sosial, Tim justru membuat laporan jika anak tersebut melarikan diri. Keputusan Tim mengirim Maddox dengan identitas baru ke sekolah kepolisian adalah tepat.

Xander Maddox adalah nama yang ia pilih untuk menggantikan nama Jurgen Voller. Tim yang juga memiliki darah Jerman merasakan simpati yang begitu mendalam pada Maddox remaja.

Selama ia menjadi wali dari Maddox, satu hal yang selalu ia tanamkan dalam diri pemuda tersebut setiap mereka bertemu.

“Jadikan kebenaran sebagai dasar hidupmu, supaya tidak ada yang pernah kau sesali. Agar jiwamu damai dan tidak ada tuntutan dari nuranimu.”

Tim memejamkan mata dan dengan bahu terkulai, terduduk kembali.

‘Aku yang menciptakan Maddox untuk menjadi penghukum sejati. Dia benar, aku terlalu pengecut untuk mau mengakui bahwa kebenaran adalah keinginan yang tidak pernah bisa aku terapkan dalam hidup. Aku tergilas oleh tuntutan kerja dan dunia.’

Gejolak dalam diri Tim membuatnya terpukul. Seandainya dia bisa mengubah dalam sekejap, Tim tidak akan melewatkan kesempatan tersebut. Sayangnya kenyataan tidak seindah mimpinya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erham Hanggara Parth II
life is good ...humble n simple storh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status