Malam semakin gelap. Hampir seluruh makhluk yang bernapas sudah terlelap dalam tidur nyenyaknya. Tidak ada yang berniat melewatkan istirahat paling tenang setelah menjalani berbagai kegiatan berat. Namun, terkadang sepadat apapun aktivitas hingga lelah menguasai tubuh maupun pikiran, masih tetap ada yang tidak bisa memejamkan mata. Dan Gale salah satunya.
Sedari tadi, Gale sudah berusaha terlelap, bahkan mencoba menghitung domba di pikirannya. Sayangnya, berapa banyak usaha yang ia lakukan selalu gagal untuk membuatnya terpejam. Saat matanya terpejam dan hanya kegelapan yang dilihatnya, kepanikan yang entah berasal darimana menyerbunya.
Matanya kembali terbuka. Berpikir tentang apa yang membuatnya panik. Namun, setelah menemukan tidak ada yang bisa membuatnya begitu panik, Gale kembali memejamkan matanya. Hanya bertahan sebentar sebelum kepanikan itu kembali menyerangnya. Hal ini berlanjut hingga fajar menyingsing. Pada saat itu jugalah, Gale terlelap dalam kegelisahan
"Lama tidak bertemu, Sydney." Begitu tatapan mereka bertemu, Charlie melambaikan tangannya dengan senyum di matanya. Seolah melihat sesuatu yang menjijikan, Sydney mengalihkan pandangannya dan berdecih. Ketidaksukaannya ditunjukkan dengan sengaja.Menangkap tindakannya, Charlie hanya tertawa ringan. Menoleh ketika menemukan pandangan Gale terarah padanya. Tanpa sadar, saat mata mereka bertabrakan, Gale bertanya, "Kau mengenalnya?" Menyadari maksud pertanyaan Gale, kedua manik indah itu berkedip pelan, menyipitkan matanya dan baru akan menjawab saat sebuah penghalang muncul di tengah-tengah kedua kerumunan yang terbagi."Pertarungan akan dimulai dalam dua puluh menit. Mohon persiapkan diri masing-masing!" peringatan dari seorang wanita berkacamata datang secara mengejutkan.Gale menoleh untuk melihat anggota timnya yang tidak mencapai puluhan. Yang tidak ia sangka adalah, hampir seluruh pasang mata tertuju padanya, seolah bertanya, apa langkah selanjutnya? Ini jelas adalah tatapan penu
Tepat sebelum pisau perak itu merobek kerongkongan, Gale menekuk lengannya dan menyikut perut wanita yang menyanderanya kuat. Tubuh itu perlahan limbung, merenggangkan cengkramannya yang segera dimanfaatkan Gale. Dia melepaskan diri dan memasang postur waspada. Tangannya meraih tongkat sihir yang terselip di saku jubahnya, berjaga-jaga jika wanita gila itu kembali menyerang.''Apa-apaan, brengsek!'' Sydney kembali menstabilkan tubuhnya. Napas dihembuskan pelan, berusaha tidak termakan emosi. Dia menyeringai pelan dan berbicara, ''jadilah baik, Gale. Jika Kau tidak memberontak, ini akan cepat selesai.''''Dasar gila! Memangnya jika seseorang menodongmu dengan pisau, Kau tidak akan memberontak?!'' balas Gale berteriak.''Kalau begitu tidak ada cara lain. Aku akan menggunakan cara kasar. Ah, padahal aku tidak menyukainya, tapi apa boleh buat.''Tubuh Sydney mulai bergerak. Kakinya melesat cepat ke arah Gale dengan pisau perak yang terlihat sangat mengancam. Gale melangkah mundur satu lan
''Jean, apa Kau bisa membuat penghalang dari elemenmu, aku akan mencoba membuat mereka berkumpul?'' Sebuah ide melintas di benak Gale sesudah mendengar saran Caesar. ''Eh, aku tidak tahu. Aku belum pernah menggunakan elemenku sebelumnya. Sihir penyembuhan yang aku gunakan padamu sebelumnya adalah sihir turun temurun dari keluargaku, bukan elemen,'' jawab Jean dengan ragu. Gale terdiam, memikirkan rencana lain saat Fallona menyela, ''Elemenmu kehidupan, bukan? Aku akan membantumu. Kurang lebih aku tau bagaimana cara menggunakannya.'' Jean terkejut dan menatap takjub pada Fallona. Cepat-cepat dia mengangguk, menampilkan senyum cerah di wajah bayinya. Siapa yang tidak mau dibantu oleh Puteri Elf terkenal di Scootharts? ''Kalau begitu aku akan mencoba membuat mereka berkumpul,'' sahut Gale. Dia baru akan melangkah saat bahunya ditahan Caesar. ''Kau cukup berdiri di depan sana. Selanjutnya, aku yang akan menangani.'' Caesar tidak memberi Gale kesempatan untuk menolak dan segera melesat
''Kau tahu, kan, jika elemenku dengan seorang Caesar Hardenlez sangat berbeda. Elemen miliknya adalah sihir penyerang sedangkan milikku hanya sebagai pertahanan, yang artinya elemenku tidak digunakan untuk menyerang. Dan lagi, Kau ingat, peraturan tidak memperbolehkan kita untuk membunuh di arena pertarungan ini. Karena itu, jika sihir elemen penyerang digunakan untuk membuat jebakan seperti itu, sudah bisa dipastikan mereka akan mati. Elemen sihirku adalah yang paling tepat jika ingin membuat jebakan.''Gale mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Jean. Sebelumnya, saat Caesar bergerak mendahuluinya dan membuat lingkaran api yang memerangkap lawan mereka, Gale cukup terkejut. Dia pikir, Caesar mengubah rencana dan bergerak langsung untuk menyerang sendirian.Namun, tidak lama, lingkaran api itu menghilang dan digantikan dengan elemen sihir milik Jean. Hal ini membuat Gale bertanya-tanya, mengapa Caesar tidak langsung membereskannya. Dan penjelasan lengkap dari Jean menjawa
Di sisi lain bangunan, di sebuah ruangan luas dengan sinar matahari mengintip dari celah tirai, dua sosok terlihat saling berhadapan, terlibat dalam percakapan serius. Salah satu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya, sedangkan yang lain berdiri tegak. Udara tegang mengisi ruang kosong di antara mereka, meskipun keberadaannya lebih didominasi oleh sosok yang berdiri diam. Charlie menyanggah dagunya saat ia tersenyum menenangkan. Tidak ada keseriusan di wajahnya seperti yang dimiliki oleh sosok di seberangnya, seolah ia hanya akan membicarakan tentang ramalan cuaca sembari menikmati teh lavendernya. ''Jangan terlalu tegang seperti itu. Bagaimana kalau duduk dulu dan makan beberapa camilan?'' Kemudian tawanya mengalun pelan, merasa geli dengan tawarannya. Menghadapi candaannya, Sydney tidak terpengaruh sedikitpun. Dia tetap berdiri tegak seperti patung dengan ekspresi sedingin lapisan es. Bahkan punggungnya lurus seperti anak panah. ''Baiklah, aku tidak akan bercanda lagi,'' set
Pagi hari berikutnya datang setelah hari melelahkan berakhir. Aktivitas pagi hari tetap berjalan seperti biasa, tidak terpengaruh oleh suasana pertandingan hari kemarin. Begitu juga dengan kelas pembelajaran serta kewajiban yang harus dilaksanakan.Mengingat tentang kelas, ini adalah hari pertama Gale di kelas barunya. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup, apalagi mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sambil menghembuskan napas, ia berpikir untuk menenangkan dirinya, setidaknya masih ada Jean.Namun, harapannya seketika harus dipatahkan oleh kenyataan di hadapannya. Gale memasuki ruang kelas barunya, memilih bangku di paling ujung belakang dan mengamati sekeliling, berusaha menemukan sosok kecil yang dikenalnya. Setelah beberapa saat kepalanya menoleh ke kanan kiri, dia tetap tidak bisa menemukan Jean.Beberapa sosok yang familiar memang tertangkap matanya, entah dari kelas sebelumnya ataupun yang menjadi anggota timnya saat pertarungan kemarin. Berbeda dengan saat ia pertama kali t
''Omong-omong, apa yang terjadi dengan Sydney? Aku belum melihatnya selama beberapa hari,'' tanya Gale penasaran dengan keberadaan Sydeny yang tidak muncul di hadapannya selama beberapa hari terakhir ini.Bukan berarti dia senang jika bertemu dengan wanita gila itu. Hanya saja ia heran, mengingat kelakuan wanita itu yang entah mengapa sangat terobsesi untuk melukai Gale tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun.Fallona yang mendengar pertanyaan Gale menyesap teh terlebih dahulu sebelum menanggapi pertanyaan Gale. Dia menopang dagunya dengan gumaman pelan, seolah berpikir. Namun, tentu saja Gale tahu jika wanita itu hanya berpura-pura.Mengetahui rencananya gagal, Fallona hanya tertawa singkat sebelum memutuskan untuk benar-benar menjawab pertanyaan Gale, ''sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu. Tapi kudengar dia dikeluarkan dari Scootharts, lagi.''Dengan penasaran Gale menatap Fallona saat mendengar penekanan pada kata terkahirnya. ''Lagi?''''Oh, Kau tidak tahu? Benar juga, K
Gale ragu-ragu menatap Caesar, sebelum matanya beralih ke Fallona. Dia dengan hati-hati membuka mulut dan mengeluarkan suara kebingungan, ''emm, itu.....''Fallona berdecak sebal, mengerti pertanyaan tersirat Gale. Jari telunjuknya yang ramping dan lentik menunjuk ke arah Caesar. ''Jangan terus-terusan menatapnya! Aku tidak tahu darimana asalnya pria ini, yang tiba-tiba datang dan ingin menggangu rencana kencan kita berdua. Sialan!''''Ke- kencan?'' wajah Gale sontak memerah mendengar kata kencan yang meluncur halus dari mulut Fallona tanpa hambatan. Di sampingnya, Caesar memberikan senyum mengejek. ''Kau sebaiknya bangun dari mimpimu terlebih dahulu. Oh, tidak, tidak. Kau benar. Aku memang berniat merusak 'rencana kencan' yang Kau sebutkan itu. Bukankah sudah kewajibanku menjauhkan seorang anak yang tidak tahu apa-apa dari pengaruh buruk?''Suara gertakan gigi yang jelas terdengar. Hanya mendegar suaranya saja, membuat Gale membayangkan gigi-gigi itu akan rontok di detik selanjutnya