Share

Segalanya untukmu ibu
Segalanya untukmu ibu
Penulis: Ine Fitrianingsih

Prolog

"Happy birthday." Zahra tersenyum lebar, ia masih setia memberikan kadonya pada Caca. Namun sayangnya, Caca hanya diam, menatap Zahra dan kado itu datar.

Zahra masih setia memegangi kadonya, ia terus tersenyum pada Caca tulus dari hatinya.

"Buat gue?" tanya Caca. Caca melihat kado itu tidak suka. 

Zahra tersenyum, lalu mengangguk. "Iyah."

Caca memutar bola mata malas, ia mengambil kado pemberian Zahra jijik.

Caca menatap Zahra remeh, ia memegangi kado itu sangat tidak suka. "Ini? buat gue?" lalu membuang kado tersebut tepat di hadapan Zahra, "Sorry, gak level!" 

Semua yang ada di pesta sana melihat ke arah mereka dan banyak sekali bisik-bisik mengenai mereka, ingin rasanya membantu Zahra. Tapi sayangnya, mereka hanya diam di tempat.

"Bukannya apa-apa ya, Ra. Gue itu sebenernya jijik liat kado murahan kaya gini, coba lo liat temen-temen gue semuanya, ada yang ngasih kado ke gue murah? semuanya mahal-mahal!" Caca maju selangkah, ia memperhatikan Zahra dari atas sampai bawah.

"Baju lo aja gak sebanding sama kita-kita!" ejeknya, lalu tertawa.

Zahra mendongak, ia menghapus air matanya kasar. "Zahra tau itu. Tapi maaf, Zahra cuma bisa kasih ini." lagi dan lagi Zahra kembali memberikan kadonya.

Tapi sayangnya, Caca menolak itu mentah-mentah. "Gue gak butuh kado dari lo. Gue undang lo bukan atas dasar teman. Tapi..... lo harus liat ini." Caca tersenyum lebar, lalu menepuk tangan, mempersilahkan seseorang masuk.

"Tadaaaaaa badut gue." Caca menunjukkan badutnya pada semua orang yang ada di sana, sehingga mereka tertawa terbahak-bahak.

"GUSY KENALIN INI BADUT ULTAH GUE HARI INI, KALIAN TAU GAK BADUT INI SIAPA?" teriaknya keras.

"Siapa tuh Ca, ko aneh banget badutnya kaya orang gila gitu?" tanya salah satu teman Caca.

Caca tertawa, ia menatap Zahra tidak suka. "Lo pada tau kan di depan gue ini siapa?" tanyanya, membuat mereka menganggukkan kepalanya.

"Si Zahra ini anak dari badut ini, hahaha. Anak orang gila guys." Caca terus tertawa, yang menonton pun ikut-ikutan tertawa.

Zahra menatap Caca dengan derai air mata, ia tidak kuat jika ibunya dipermalukan seperti itu, lalu dengan cepat Zahra menarik ibunya dalam pelukannya.

"Iyah bener Zahra memang anak dari badut ini, anak dari ibu yang sudah tidak waras!" Zahra diam sejenak, ia menatap mereka satu-satu yang sedang menontonnya, "Zahra juga tau kalau Zahra memang bukan kaya kalian semuanya, Zahra tau itu! kalian yang punya segalanya dan Zahra yang gak punya apa-apa, Zahra tau!"

Zahra menghapus air matanya kasar, ia tidak kuat dengan segala ejekan dan  bully-an selama ini. Lalu ia beralih menatap Caca. "Mentang-mentang Caca anak orang kaya, Caca seenaknya rendahin Zahra! Zahra juga manusia Ca, Zahra juga punya hati, sama kaya kalian semuanya!"

"Emang gue anak orang kaya!" sombongnya sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

Lagi dan lagi Caca tersenyum miring. "Ouh Iyah guys, gue juga punya berita penting nih buat kalian semuanya, pokoknya kalian harus tau." teriaknya lagi, membuat semua orang penasaran dengan berita tersebut.

"Si Zahra ini..... ternyata lahir dari hubungan gelap guys, gila parah banget, kalau gue sih pasti malu. Berarti dia anak HARAM dong, hahaha." ejeknya, membuat semua orang yang mendengar hal itu menatap Zahra kaget, lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

Hati Zahra berdenyut sakit, air matanya terus keluar dengan deras dan bahkan tangannya sudah terkepal kuat.

Plak!

Zahra menampar pipi Caca keras, ia menatap Caca dan orang-orang di sana marah.

"EMANGNYA KENAPA KALAU ZAHRA ANAK DARI HUBUNGAN GELAP?!" teriaknya, Zahra menatap mereka marah, ia tidak suka jika ada yang mengusik ibunya, sangat tidak suka.

Melihat kemarahan Zahra, semuanya terdiam. Baru kali ini mereka melihat Zahra semarah itu.

"KENAPA KALIAN SEMUA DIEM? ZAHRA TANYA EMANGNYA KENAPA KALAU ZAHRA ANAK HARAM?! Zahra diam sejenak, lalu menggenggam tangan ibunya dengan sayang.

Sudah berkali-kali Zahra menahan air matanya agar tidak keluar, sudah berkali-kali ia menghapus air matanya, apalagi dihadapan ibunya sendiri. Zahra memang tidak mau menunjukkan rasa kesedihannya pada ibunya. Tapi kali ini, ia benar-benar sakit hati atas ejekan mereka, sehingga ia menangis di depan ibunya sendiri.

"Kalian boleh hina Zahra, tapi jangan ibu Zahra! hiks...." Zahra diam sejenak, ia melihat ibunya yang sedang joget-joget tidak jelas.

"Walaupun ibu Zahra udah gak waras, tapi Zahra tetep sayang. Karena apa? KARENA IBU ZAHRA UDAH NGELAHIRIN ZAHRA DENGAN SUSAH PAYAH, IBU ZAHRA TETEP BERJUANG, MESKIPUN ZAHRA GAK PERNAH DIANGGAP ANAK OLEHNYA, TAPI ZAHRA BERSYUKUR DAN GAK PERNAH MALU SAMA SEKALI!"

Semua orang tetap diam, mereka diam seribu bahasa. Ternyata hidup Zahra sesakit itu.

"Dan bahkan ayah Zahra pergi ninggalin Zahra di saat Zahra masih bayi. Tapi ibu Zahra? dia gak pergi ninggalin Zahra sama kaya ayah. Ibu Zahra masih setia ada di samping Zahra!" Zahra menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, lalu menatap mereka kembali.

"Zahra sakit, Zahra sakit gak pernah di anggap anak, hiks...." ia menunduk, lalu kembali menatap mereka.

"Zahra kadang iri sama kalian semuanya, Zahra iri ketika orang tua kalian sangat menyayangi kalian. Zahra pengen banget kaya gitu, tapi sayangnya Zahra gak bisa, Zahra susah buat dapetin itu semua, hiks...." Zahra menghapus air matanya, ia menatap Caca kembali.

"Caca mau bully Zahra apa lagi? Caca mau katain Zahra apa lagi? ayo hina Zahra terus, ayo."

Caca terdiam, ia menundukkan kepalanya. Membuat Zahra kembali berbicara.

"Kenapa Caca diem? ayo hina Zahra lagi. Caca masih belum puaskan?" lagi dan lagi Zahra kembali menangis, sebagian rasa sakitnya hilang, karena semua kemerahannya ia lontarkan.

"Ra." panggil seseorang.

Zahra menoleh, ia menatap Leo. "Apa Leo? Leo mau hina Zahra juga? Leo mau bully Zahra juga?" tanyanya, membuat Leo kembali terdiam.

"Zahra cape Leo, Zahra cape." Zahra terus memukul-mukul dada bidang Leo, ia sangat marah.

Leo membiarkan dirinya dipukulin, lalu dengan cepat ia memeluk Zahra, sehingga Zahra tidak memukulinya lagi.

"Zahra cepe Leo, Zahra udah gak kuat sama hinaan kalian. Zahra juga manusia Leo, Zahra juga punya perasaan, hiks...."

"Kenapa semua orang jahat? apa salah Zahra, hiks..."

"Hati Zahra sakit Leo...."

"Zahra mohon sama Leo, kali ini Leo jangan hina Zahra dulu. Zahra masih sakit...."

"Zahra mohon..... Zahra belum siap untuk mendengar hinaan lagi."

Leo melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata Zahra.

Zahra perlahan menjauh, ia memegang tangan ibunya. "Makasih atas hinaan kalian selama ini, Zahra izin pamit. Maaf pestanya ancur gara-gara Zahra."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status