Share

45| Bukti Nyata

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-12-21 01:46:36

Ardava.

Lelaki itu duduk terlalu dekat. Bahunya bersentuhan dengan Cinta, lutut mereka hampir sejajar. Ia tertawa ringan, santai, seolah tak ada beban sedikit pun di pundaknya, sambil mengangkat gelas bening dan meneguk isinya perlahan. Cahaya lampu ruangan memantul di rahangnya, memperjelas wajah yang selama ini hanya hadir dalam ingatan dan luka Raya.

Detik itu terasa memanjang tanpa suara.

Dunia Raya seketika membisu.

Dentuman musik dari bar lenyap. Suara langkah kaki, tawa, bahkan napasnya sendiri menghilang, seolah semuanya tersedot ke ruang hampa. Darah terasa menyirna dari wajahnya, meninggalkan dingin yang menjalar dari tengkuk hingga ujung jemari. Tubuhnya kaku, seperti patung yang tiba-tiba kehilangan perintah untuk bergerak.

Namun Raya tidak menjerit. Tidak menangis. Tidak pula mundur.

Ia hanya melirik sepersekian detik, cukup lama untuk merekam setiap detail dengan kejam: jarak mereka, tawa mereka, bahasa tubuh yang tak bisa lagi disangkal. Dan cukup singkat agar tidak sat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sehangat Dekapan Mantan   54| Kekalahan Telak

    Langit-langit kamar yang megah terasa begitu jauh, sebuah kanvas putih yang tak berarti di antara deru napas Raya yang masih tak karuan. Tubuhnya terasa melayang, sekaligus terhempas berat ke kasur. Sebuah bedcover tebal berwarna putih, yang terasa kasar namun menenangkan, menutupi hampir seluruh tubuhnya, menyisakan bahu yang masih terbuka dan menjadi jalan bagi keringat yang terus bercucuran, menelusuri punggungnya dan membasahi kain di bawahnya.Udara di ruangan itu terasa dingin menggelitik kulitnya yang basah, menciptakan kontras yang nikmat dengan panas yang masih membara dari dalam. Aroma khas mereka, campuran keringat, parfum Jagara yang tersisa di kulit, dan bau intim aktivitas mereka memenuhi ruangan, sebuah parfum yang lebih memabukkan daripada apapun. Ini adalah sensasi kekalahan yang manis, sebuah kehancuran yang indah. Setiap otot di tubuh Raya terasa lemas, berdenyut lembut sebagai kenangan akan perjuangan beberapa menit lalu, namun di saat yang sama, ada sebuah kekua

  • Sehangat Dekapan Mantan   53| Walk In Closet

    Raya menekan bel satu kali di pintu apartemen yang pernah ia tempati beberapa waktu lalu. Jari-jemarinya terasa sedikit gemetar saat menyentuh tombol itu. Padahal, di benaknya, kode pintu itu masih tersimpan rapi, sebuah deretan angka yang dulu ia tekan setiap hari tanpa berpikir. Tapi hari ini berbeda.Hari ini, ia memilih untuk menunggu. Seolah ada sebuah tembok tak terlihat antara masa lalunya yang pernah singgah di sini dan dirinya yang kini datang membawa secercah harapan dan sejuta luka. Ia ingin diterima, bukan hanya masuk begitu saja.Napasnya memburu tak terkendali, dadanya naik turun dengan irama yang kacau, persis seperti seseorang yang baru saja menyelesaikan lari maraton. Bukan karena anak tangga yang ia lalui, bukan pula karena kelelahan fisik. Jantungnya berdebar kencang, memompa adrenalin murni ke seluruh pembuluh darah karena sebuah pertaruhan. Ia bertaruh pada perasaannya, pada reaksi seorang lelaki yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Pintu itu akhirnya terb

  • Sehangat Dekapan Mantan   52| Satu Bab Kelam

    Raya merapikan dirinya sekali lagi di depan pintu ruangan rapat eksklusif yang berada di lantai tertinggi rumah sakit itu. Ia menarik napas dalam, membenahi jatuh blazer pink pucat yang melekat sempurna di tubuhnya, memastikan rambutnya rapi, wajahnya tenang, dan bahunya tegak. Seumur hidup bekerja di rumah sakit ini, baru kali ini ia menginjakkan kaki di lantai tersebut. Lantai yang hanya dihuni ruang-ruang rapat direksi, komite etik, dan jajaran tertinggi manajemen.Ada desas-desus yang beredar sejak lama di kalangan pegawai. Konon, setiap orang yang dipanggil ke lantai ini tidak pernah keluar dengan keadaan yang sama. Entah kariernya berakhir, reputasinya runtuh, atau hidupnya berubah selamanya. Raya dulu hanya mendengar cerita itu sambil lalu, tanpa pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan berdiri di depan pintu ini sebagai saksi dalam sidang etik yang akan menghancurkan hidup seseorang yang pernah ia sebut sahabat.Ketika pintu dibuka, hawa ruangan yang dingin dan steril me

  • Sehangat Dekapan Mantan   51| Terlalu Bergantung

    Dingin di dalam ruangan terasa meningkat, merambat pelan hingga menembus selimut tebal yang membungkus tubuh Raya. Ia bergeliat, menarik selimut lebih tinggi, lalu mengerjap ketika merasakan sentuhan hangat di wajahnya. Pandangannya yang masih buram perlahan menemukan fokus, wajah Jagara berada hanya beberapa jengkal darinya. Lelaki itu berbaring di sisinya, menatap tanpa tergesa, seolah memastikan Raya benar-benar kembali dari tidur panjangnya.Senyum kecil terbit di bibir Jagara saat mata Raya sepenuhnya terbuka.“Saya membangunkan kamu?” tanyanya lembut.Raya menggeleng kecil. Tenggorokannya masih kering, kepalanya sedikit berat, tetapi ada rasa aman yang mengendap, rasa yang membuat napasnya melambat. Jagara tidak pergi. Ia ada di sana, menepati janjinya untuk hadir saat Raya membuka mata. Kesadaran itu melahirkan senyum kecil di wajah Raya, senyum yang muncul begitu saja, tanpa alasan rumit.Jagara ikut tersenyum. “Kenapa kamu senyum?”Raya tidak menjawab. Ia justru mendekat, me

  • Sehangat Dekapan Mantan   50| Pembalasan Dendam

    Jagara Raksa Baskarana bukanlah orang pendendam. Jika iya, tujuh tahun lalu ia sudah menghancurkan banyak hal, termasuk dirinya sendiri. Namun lihat bagaimana ia masih mencintai Raya, bahkan setelah wanita itu meninggalkannya berlutut di lorong kampus, bahkan setelah Raya memilih mengakhiri segalanya tanpa memberi ruang untuk penjelasan. Ia tidak mengejar. Tidak memaksa. Ia hanya bertahan, diam-diam, dalam jarak yang aman.Ia masih di sini.Dan nama Raya adalah satu-satunya sumbu yang tidak boleh disentuh siapa pun. Karena ketika itu terjadi, Jagara tidak akan mengejar balas dendam—ia akan terbakar dan meledak, menghancurkan apa pun yang berada terlalu dekat. Seperti yang ia lakukan malam ini.Mobil hitam yang ditumpanginya meluncur tenang menuju rumah sakit tempat Ardava bekerja. Di dalamnya, Jagara duduk di kursi belakang, tubuhnya tegak, wajahnya tenang seperti permukaan air yang menyembunyikan arus ganas di bawahnya. Di sisi kanan duduk seorang pengacara ternama dengan setelan ja

  • Sehangat Dekapan Mantan   49| Menuju Sarang Musuh

    Setengah jam adalah waktu yang dibutuhkan Raya untuk benar-benar tenang dari isakan yang mengguncang tubuhnya, namun rasanya seperti setengah abad yang dilewati di dalam lubang kegelapan. Selama itu pula Jagara tidak mengatakan sepatah kata pun.Ia hanya memeluk Raya dalam diam, sebuah perahu penolong di lautan badai yang melanda wanita itu. Dada bidang Jagara menjadi tembok kokoh di mana Raya bersandar, merasakan detak jantung yang teratur dan kuat, sebuah kontras menenangkan dari jantungnya sendiri yang berdebar kacau. Tangannya bergerak lembut, mengusap puncak kepala Raya berulang kali, menyusuri punggungnya dengan ritme pelan dan tak putus, seolah menuliskan sebuah mantra di kulitnya: kau aman, tidak ada lagi yang perlu ditakuti.Ketika isakan Raya akhirnya mereda menjadi embusan napas berat yang teratur, Jagara sedikit menjauh, cukup untuk menatap wajah wanita itu sepenuhnya. Matanya sembab, bengkak, dan hidungnya memerah. Bibirnya pucat, sedikit terbuka. Jagara menahan napas s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status