Share

Bab 28

Penulis: Melvii_SN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 16:00:08

Satu hingga dua menit berlalu, Jihan masih membisu. Pertanyaan Reynand sangat wajar, tetapi entah kenapa terlalu sulit untuk dijawab. Awalnya Jihan tidak berani mengangkat wajah, namun ketika Reynand mendekat—menyentuh pundak kanannya, Jihan pun terkesiap.

"Kenapa diam? Apakah pertanyaan saya menakutkan?"

Menggeleng pelan, "Tidak, Pak. I-itu, saya ... saya menginap di rumah Bu Rani. Kemarin kami tidak sengaja bertemu, dan beliau sedang mengadakan acara syukuran. Beliau meminta saya bantu-bantu, dan saya setuju. Maaf kalau saya tidak memberitahu sebelumnya, karena saya tidak sempat pegang handphone."

Sesaat, hening kembali mengisi suasana. Jihan merasakan dadanya sanbat sesak tatkala melihat Reynand manggut-manggut, menandakan percaya. Padahal, jelas semua penjelasannya bohong belaka.

'Maafkan saya, Pak'

"Baguslah kalau kamu istirahat dan makan dengan tenang, saya bertanya karena khawatir kamu mendapat tekanan, yang paling miris diculik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 28

    Kenangan masa lalu menyakitkan kembali menyeruak, rasanya sudah terlalu lama dipendam, dan kini Jihan memberanikan diri membuka luka lama tersebut kepada orang yang ia anggap tepat. Dua tahun lalu. Tepat ketika Jihan berusia 23 tahun, ia dijodohkan dengan seorang pria pilihan keluarga, dan saat itu Rafli terpaksa menyetujui karena permintaan kakeknya yang sudah terbaring lemah, dan ingin melihat cucu satu-satunya menikah.Namanya Rafli. Tampan, pemilik usaha konveksi, dan cucu dari seorang tokoh terpandang di kampung mereka. Awalnya, Jihan ragu. Tapi saat ayah dan ibu mengangguk setuju, dan kakek Rafli sendiri yang datang melamar dengan wajah penuh harap, Jihan tak kuasa menolak. "Bismillah, aku niatkan pernikahan ini sebagai ibadah." Itulah kalimat yang Jihan ucapkan setelah melaksanakan shalat istikharah. Acara pernikahan berjalan dengan lancar, dihadiri oleh tokoh agama dan keluarga dari kedua mempelai. Awalnya, semua baik-baik saj

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 28

    Satu hingga dua menit berlalu, Jihan masih membisu. Pertanyaan Reynand sangat wajar, tetapi entah kenapa terlalu sulit untuk dijawab. Awalnya Jihan tidak berani mengangkat wajah, namun ketika Reynand mendekat—menyentuh pundak kanannya, Jihan pun terkesiap. "Kenapa diam? Apakah pertanyaan saya menakutkan?"Menggeleng pelan, "Tidak, Pak. I-itu, saya ... saya menginap di rumah Bu Rani. Kemarin kami tidak sengaja bertemu, dan beliau sedang mengadakan acara syukuran. Beliau meminta saya bantu-bantu, dan saya setuju. Maaf kalau saya tidak memberitahu sebelumnya, karena saya tidak sempat pegang handphone." Sesaat, hening kembali mengisi suasana. Jihan merasakan dadanya sanbat sesak tatkala melihat Reynand manggut-manggut, menandakan percaya. Padahal, jelas semua penjelasannya bohong belaka. 'Maafkan saya, Pak'"Baguslah kalau kamu istirahat dan makan dengan tenang, saya bertanya karena khawatir kamu mendapat tekanan, yang paling miris diculik

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 27

    Langit malam mulai menghitam sempurna. Di ruang tamu, suara televisi dibiarkan mengalun pelan, sementara Ibu dan Ayah mulai tertidur di kursi panjang setelah makan malam yang katanya “penuh berkah”. Tapi tidak bagi Jihan. Di hatinya, makan malam itu seperti mimpi buruk yang memuakkan. Perlahan, ia melangkah keluar menuju teras, menenangkan dada yang terasa begitu penuh. Udara malam dingin menusuk kulit, tapi tidak ada yang lebih dingin daripada kenyataan bahwa ia baru saja dijatuhkan habis-habisan di hadapan orangtuanya, oleh lelaki yang dulu bersumpah tak akan pernah menyakitinya. Langkah berat terdengar dari belakang. Ia tahu betul suara itu milik siapa. “Kamu belum tidur?” Suara lelaki itu terdengar lembut. Terlalu lembut untuk seseorang yang baru saja menelanjangi harga diri istrinya di meja makan. Jihan membalikkan tubuh, menatap tajam. Matanya berkaca, tapi rahangnya terku

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 26

    Malam itu, langit kota tampak kelabu, seolah ikut merasakan betapa sesaknya dada Jihan yang duduk di samping Rafli, menemani perjalanan sunyi sepanjang waktu. Di luar, lampu-lampu jalan menyala redup. Tetapi tidak dengan Jihan, yang merasa terkurung seperti dalam sangkar. 15 menit telah berlalu, akhirnya mereka tiba di depan rumah minimalis milik Rafli. Rumah yang dulu pernah ditempati Jihan, yang pernah menyambutnya begitu ceria, sebelum akhirnya menjadi tempat ia dicampakkan lalu dibuang, dan menyisakan trauma tersendiri yang tak bisa diceritakan pada siapapun. "Assalamu'alaikum." "Wa'aikumussalam. Eh, Rafli, Jihan, Alhamdulillah akhirnya kalian sampai. Masuk, Nak."Sambutan hangat itu berasal dari Fani—ibu Jihan. Tanpa banyak bicara, ia langsung memeluk putrinya erat, seolah tak ingin terpisahkan. "Jihan, Ibu rindu sekali, Nak.""Jihan juga, Bu. Ibu apa kabar?" "Alhamdulillah baik, Nak. Kamu sendiri gimana? Seha

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 25

    Lampu jalan temaram memantulkan bayangan dua tubuh yang berdiri saling berhadapan. Angin malam mengelus lembut rambut Jihan yang diikat seadanya. Ia memeluk jaket tipisnya erat-erat, namun bukan karena dingin—melainkan gelisah. Saat ini, mereka berada di taman rumah sakit atas ajakan Jihan, yang tak mau mengganggu ketenangan rumah sakit. Rafli berdiri dengan santai bersandar pada tiang, diselipi senyum licik bertengger di wajahnya. "Baiklah, aku tidak akan membongkar rahasia kamu. Tapi tolong, berhenti muncul di depanku dan jangan mengusik Pak Reynand apalagi bayinya. Fokus saja bekerja! Oke?!" tegas Jihan dengan suara gemetar. Bukannya mengangguk atau menyetujui, Rafli justru menyeringai, "Jadi tujuanmu mengajakku keluar hanya untuk mengatakan itu?" "Aku tidak main-main ya, Mas. Setelah kamu mencampakkan ku kemarin, tolong jangan rusak hidupku lagi. Pak Reynand tidak tau siapa kamu sebenarnya, da

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 24

    Deg! Untuk kesekian kalinya Jihan terpaku, perlahan ditatapnya Reynand yang tak mengalihkan pandangan. “Pak—" "Tidak usah dijawab sekarang. Yang penting, kamu sudah dah makan," timpal Reynand, kemudian berdiri dan berjalan ke pintu, berhenti sebentar, lalu menoleh. "Nanti malam kalau kamu memimpikan saya, tidak usah kaget. Karena biasanya, saya suka hadir di alam bahwa sadar wanita cantik." “Pak Reynand!” Jihan kembali melempar bantal kecil ke arahnya. Sedang Reynand tertawa puas dan keluar dari ruangan, meninggalkan Jihan yang duduk dengan wajah merah padam, tersenyum-senyum sendiri. ** Langit pagi itu tampak pucat, menaungi gedung megah Davidson Group yang menjulang di tengah keramaian kota. Di antara lalu-lalang para karyawan berdasi dan berseragam rapi, seorang pria dengan kemeja putih dan sepatu bolong di sisi kanan berdiri kaku di dekat lobi. So

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status