“Kapan kamu akan menikahiku secara hukum?”
“Jangan terburu-buru, Maura. Kamu baru saja melahirkan buah hati kita. Pulihkan dulu kondisimu.”
“Justru karena anak kita sudah lahir, aku ingin menagih janjimu untuk memperjelas statusku.”
“Aku akan segera memprosesnya. Tapi semua ini butuh waktu apalagi belakangan aku masih sibuk dengan urusan perusahaan. Bersabarlah!”
Percakapan suami istri itu terjadi di salah satu kamar rumah sakit. Maura menagih janji Arshel, suaminya, untuk meresmikan hubungan mereka secara hukum negara. Pasalnya, Maura yang baru saja melahirkan anak pertama mereka masih berstatus sebagai istri sah secara agama saja. Bahkan sejak awal hubungan mereka dimulai secara tidak sengaja.
Arshel Dwiangga Pratama adalah pemilik hotel tempat Maura bekerja. Hubungan mereka berawal dari kesalahan satu malam ketika Arshel tak sengaja meniduri karyawannya karena sedang mabuk. Kejadian yang menimpa Maura itu membuat mereka terus terikat apalagi dengan kehamilan Maura.
Arshel bertanggung jawab dengan menikahi Maura. Tapi mereka hanya menikah secara agama dan dirahasiakan dari publik. Arshel beralasan keluarganya tidak akan suka jika tahu bahwa wanita yang Arshel nikahi sudah hamil di luar nikah karena akan mencemarkan nama baik keluarga. Maura menurut dengan hal itu apalagi Arshel mengatakan tentang kekhawatiran keluarganya tidak bisa menerima Maura dan anak mereka. Maura mengalah dengan status istri yang dirahasiakan.
“Kamu tidak perlu khawatir. Aku pasti akan memenuhi semua kebutuhan anak itu meskipun status pernikahan kita belum resmi secara hukum. Dia tetap darah dagingku,” tegas Arshel.
“Aku tidak mengkhawatirkan materi, Arshel. Tapi sebagai seorang perempuan, aku juga butuh kepastian. Aku lelah terus bersembunyi dari orang-orang,” ujar Maura.
Sebagai seorang suami, Arshel menyediakan tempat tinggal dan memenuhi semua kebutuhan Maura selama mengandung. Tapi tentu saja, kejelasan status tetap penting di mata Maura. Dia ingin mendapatkan posisi sebagai seorang istri seutuhnya tanpa harus bersembunyi dari siapa pun.
Sejak awal kehamilannya, Arshel juga sudah berjanji akan menikahi Maura secara hukum setelah anak mereka lahir. Kini setelah berhasil melahirkan anak laki-laki secara cesar, Maura pun menagih janji itu. Dia begitu bersabar menyembunyikan pernikahan dan kehamilannya dari orang lain. Bahkan Maura harus mengambil cuti sementara dari hotel milik Arshel agar tidak ketahuan sedang hamil. Selama sembilan bulan Maura menutup diri dari sekitar. Bahkan di tempat tinggal yang disediakan Arshel, Maura tidak berbaur dengan para tetangga.
“Apa kamu begitu bersemangat untuk memamerkan diri sebagai istri dari CEO perusahaan besar sampai kau tidak bisa bersabar?” sindir Arshel memandang negatif keinginan Maura.
“Tidak seperti itu, Arshel. Aku bukan perempuan yang gila penghormatan,” bantah Maura.
“Tapi kau akan mendapatkan penghormatan itu jika orang-orang tahu kau adalah istriku. Itu kan tujuanmu?”
“Kenapa kau jadi salah paham padaku?” tanya Maura.
“Sudahlah. Ini bukan saat yang tepat untuk berdebat. Kamu butuh istirahat. Jangan terlalu mengkhawatirkan banyak hal,” ujar Arshel dengan nada lembut. Dia mulai melunakkan sikapnya pada sang istri.
Maura pun berusaha untuk lebih tenang. Maura percaya pada Arshel. Meski awalnya menikah karena insiden kehamilan, tapi akhirnya dia pun jatuh hati pada pria itu. Selama ini sikap Arshel begitu baik padanya. Pria itu sering berkunjung dan menginap di tempat Maura. Mereka menjalani kehidupan suami istri yang romantis.
“Istirahatlah dengan tenang. Nanti setelah kau pulih pasca operasi, aku akan mengenalmu pada keluargaku dan kita akan langsung mengurus pencatatan pernikahan kita secara hukum,” ujar Arshel menenangkan Maura.
Arshel menuntun Maura untuk kembali berbaring di ranjang rumah sakit. Maura pun mencoba tenang karena luka jahitannya juga masih terasa sakit. Arshel menemani Maura sampai tertidur. Setelah itu, barulah Arshel melancarkan rencana yang sudah dia susun sebelumnya. Dia meminta asistennya yang bernama Reno untuk menemuinya di rumah sakit.
“Semua tagihan rumah sakitnya sudah aku lunasi. Tinggalkan saja dia di sini dan bawa anakku pergi. Antarkan anakku ke rumah dan berikan pada Sellia. Sellia sudah menunggu di sana,” ujar Arshel memberi perintah.
“Apa kau sudah gila, Shel?” tanya Reno. Meskipun berstatus sebagai asisten, tapi Reno juga sudah lama menjadi teman dekat Arshel. Dia banyak mengetahui tentang kehidupan pribadi atasannya itu.
“Apanya yang gila? Memang seperti ini rencananya,” tegas Arshel.
“Maura baru saja dioperasi karena melahirkan anakmu. Tapi kau? Kau malah ingin meninggalkannya di sini dan memisahkan dia dari anaknya? Apa kau tidak punya hati?”
“Aku sudah muak berpura-pura mencintainya selama ini. Sekarang aku tidak perlu bersandiwara lagi. Aku sudah menanggung semua kebutuhannya selama ini. Aku bahkan sudah memberinya lebih dari cukup. Aku sudah memanjakannya. Anggap saja itu sebagai bayaran sehingga kita impas,” jawab Arshel.
Reno hanya bisa geleng kepala menghadapi sikap Arshel. Meskipun tidak setuju dengan tindakan pria itu, tapi Reno tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah. Arshel pun menyerahkan putranya yang baru lahir pada Reno untuk dibawa pulang. Sementara Arshel sendiri langsung melanjutkan pekerjaannya. Dia benar-benar meninggalkan Maura begitu saja di rumah sakit.
Setelah cukup lama tidur, Maura akhirnya terbangun. Dia tidak mendapati Arshel di sana setelah membuka mata. Hal yang lebih mengejutkan lagi karena dia melihat ranjang bayi yang terletak di kamar itu juga kosong. Padahal sejak tadi anaknya ditempatkan di sana.
Maura mulai panik. Dia menghubungi Arshel via telepon tapi tidak ada jawaban sama sekali. Maura sungguh berpikir bahwa bayinya menghilang. Maura langsung memanggil perawat. Dia mempertanyakan keamanan rumah sakit.
“Lihat! Bayi saya harusnya ada di sana,” kata Maura sambil menunjuk ke arah ranjang bayi.
“Tapi sekarang di mana bayi saya? Kenapa tidak ada di tempatnya?” imbuh Maura. Perawat itu juga kebingungan karena tidak tahu apa pun tentang hilangnya bayi Maura.
Suasana mulai gaduh. Pihak keamanan rumah sakit juga dipanggil. Mereka mencari ke seluruh ruang bayi tapi tidak menemukan bayi itu.
Maura berpikir telah terjadi penculikan bayi yang menimpa putranya. Sebagai seorang ibu, Maura benar-benar gelisah. Hingga akhirnya mereka mendapat sedikit kejelasan dari bagian resepsionis.
“Mohon maaf, tapi bayi Ibu Maura tidak hilang. Bayi itu memang sudah dipulangkan,” tutur gadis di bagian resepsionis.
“Apa? Dipulangkan?” tanya Maura merasa aneh. Bagaimana bisa bayinya sudah dipulangkan sementara dirinya masih di rumah sakit.
“Betul, Ibu. Semua biaya untuk operasi dan lain-lain juga sudah dilunasi oleh Bapak Arshel. Bayi ibu sudah dibawa pulang oleh suami ibu,” jelas sang resepsionis.
Untuk sesaat Maura merasa tenang. Bayinya aman jika dibawa oleh ayahnya sendiri. Namun tetap saja dia berpikir ada sesuatu yang janggal.
“Kenapa Arshel membawa pulang anak kita tanpa memberitahuku dulu?”
“Bagaimana perkembangan pembalasan kita, Edward?” tanya Maura dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia sudah diperbolehkan pulang dan seperti biasa Edward masih setia menjadi orang yang sigap mengantar jemputnya.“Tidak ada yang bisa menghalangi video panas Sellia tersebar di internet. Sekarang semua orang tahu dan citranya menjadi buruk. Bahkan beberapa agency sudah tidak mau lagi memakai jasanya sebagai model. Itu adalah balasan yang pantas dia terima karena sudah melakukan kejahatan padamu,” jawab Edward.“Baguslah kalau begitu. Biarkan dia merasakan akibatnya. Beraninya dia ingin menghancurkan hidupku. Sekarang lihat, siapa yang menghancurkan siapa. Dia tidak tahu siapa Maura yang dia hadapi. Dia salah memilih lawan,” ujar Maura dengan senyum miring. Dia tidak akan mau dikalahkan apalagi oleh orang yang sudah pernah mempermainkannya.“Bahkan keluarga Arshel dan keluarga Sellia sendiri juga sudah tahu tentang hal itu,” kata Edward.“Mereka pasti malu dengan perbuatan putri sek
Arshel dan Sellia mendatangi kediaman Adhiyaksa. Mereka berpikir hanya Hera yang ingin menemui mereka. Tapi nyatanya mereka sudah disambut layaknya terdakwa yang akan diadili oleh mereka semua. Tidak hanya orang tua Arshel, bahkan orang tua Sellia juga dihadirkan di sana. Masalah itu sangat serius bagi mereka. Jelas saja, bukan candaan jika putri dan menantu keluarga terungkap melakukan perbuatan hina.Sellia hanya tertunduk tak mampu menatap wajah-wajah orang tua mereka. Ada tatapan tak percaya dan kecewa. Sebelum berangkat ke sana, Sellia juga sudah disalahkan oleh Arshel. Isu perselingkuhannya yang sempat tertutupi kembali mencuat. Tapi kini situasinya semakin rumit.Sellia tidak tahu siapa yang sudah menyebarkan videonya di internet. Bahkan karirnya sebagai model juga terancam karena citranya menjadi buruk setelah video panas itu tersebar. Beberapa agency bahkan sudah memutuskan kontrak kerja dengan Sellia.“Bagaimana bisa masalah memalukan seperti ini bisa terjadi?” ujar Adhiyaks
“Kau serius ingin pergi menjenguk Maura?”Reno kembali mempertanyakan niatan Arshel saat mereka sudah di tengah perjalanan. Lebih tepatnya saat mereka mampir di toko buah. Arshel ingin membeli parsel sebagai buah tangan untuk Maura.“Menurutmu? Kita sudah sampai di sini dan kau berpikir aku tidak serius?” balas Arshel.“Kau masih peduli pada Maura?” tanya Reno semakin mengulik lebih dalam. Arshel hanya menghela napas panjang.“Kau ini bagaimana, Reno? Kau lupa perusahaan kita bisa bertahan karena bantuan siapa? Kevin. Sedangkan Maura memiliki hubungan erat dengan pria itu. Bahkan Kevin membantu kita atas permintaan Maura. Sekarang aku masih butuh bantuan dari Xavery Enterprise. Jadi anggap saja kunjunganku ini untuk cari muka di hadapan mereka? Mengerti?” jelas Arshel.“Benar begitu? Aku kira kau masih peduli pada istri yang belum kau ceraikan itu,” sindir Reno setengah menggoda.“Pikiran dangkal,” cibir Arshel.“Tapi apa pun alasanmu, kalau Sellia tahu kau menjenguk Maura, dia pasti
“Kurang ajar! Aku pasti akan membalas pria itu.”Kevin emosi mendengar nama Arshel disebut sebagai pengirim pesan yang meminta Maura datang ke Smith Cafe. Kecurigaan mereka jelas tertuju pada Arshel. Mereka emosi karena lagi-lagi pria itu membuat ulah dan ingin menyakiti Maura.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan. Antonio, Kevin dan Edward langsung mendekat untuk mendengarkan penjelasan dari dokter. Mereka ingin tahu kondisi Maura.“Bagaimana keadaan putri saya, Dok?” tanya Antonio.“Nona Maura terlalu banyak mengonsumsi obat perangsang. Saya tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Dia mengonsumsi melebihi dosis dan hal ini hampir membahayakan keselamatannya.”“Para pria itu pasti sudah mencekoki Maura dengan obat. Dalam perjalanan, Maura memang mengeluhkan badannya yang terasa panas. Sikapnya memang tak seperti biasanya karena berada dalam pengaruh obat. Tapi beberapa saat kemudian, dia tiba-tiba pingsan,” jelas Edward.“Berani sekali mereka mau melecehkan adikku. Aku tidak
“Menyingkir kau brengsek!”Satu pukulan keras membuat pria yang hendak menggagahi Maura itu terjungkal. Edward yang masuk dengan mendobrak pintu gudang langsung menghajar pria itu habis-habisan. Tiga pria lainnya tampak membantu melawan Edward. Tapi Edward berhasil mengalahkan mereka semua.Edward sangat marah melihat apa yang mereka lakukan pada Maura. Saat melihat Maura yang terbaring tak berdaya tanpa busana, darahnya terasa mendidih dan semakin berhasrat untuk menghajar para pria di hadapannya. Rasanya ingin dia habisi mereka semua tapi masih mengontrol diri. Setelah keempat pria itu terkapar tak sadarkan diri dengan penuh luka, perhatian Edward beralih pada Maura.“Mereka tidak sempat menyakitimu ‘kan, Ra?” ucap Edward panik. Jika dia terlambat, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena gagal menjaga perempuan yang dia cintai. “Panas, Edward!” keluh Maura setengah sadar. Maura bergerak gelisah.Edward langsung sigap menutupi tubuh polos Maura dengan jasnya. Edward kemudia
“Tolong temui aku di Smith Cafe malam ini. Ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu.”Pesan dari Arshel membuat Maura pergi mengunjungi cafe itu. Dia tidak bisa mengabaikan pesan dari Arshel karena dia berpikir mungkin saja pria itu akan membahas tentang anak mereka. Maura juga ingin menegaskan kembali pada Arshel bahwa dia tetap harus punya kesempatan untuk bertemu dengan Baby Raynold sesuai perjanjian mereka meskipun Sellia keberatan dengan keberadaannya. Dia akan merundingkan cara selanjutnya agar bisa tetap bertemu dengan sang bayi.Maura pergi sendiri. Dia tidak diantar oleh Edward seperti biasanya. semenjak mengetahui kebenaran identitas dan perasaan Edward, Maura menjadi sedikit canggung dan tidak leluasa seperti dulu jika bersikap di hadapan pria itu. Terlebih lagi setelah mereka sempat bermesraan dan nyaris saling mencari kepuasan.Maura juga membatasi diri tidak terlalu membicarakan tentang Arshel jika ada Edward. Dia menghargai perasaan pria itu. Bagaimana juga ses
“Stop, Edward!”Maura menghentikan kegiatan mereka agar tidak semakin jauh. Dia mengatur napas dan berusaha mengontrol diri. Dia tidak mau melakukan sesuatu yang di luar batas bersama Edward. Dia juga tidak mengerti kenapa dirinya tidak melakukan penolakan sejak awal.“Maaf, Maura. Sekali lagi aku terbawa suasana,” ujar Edward. Dia khawatir membuat Maura merasa tidak nyaman. Maura cukup salah tingkah dan memilih untuk mengalihkan diri. Untuk saat ini Maura tidak bisa memastikan perasaannya pada Edward.“Sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Ini terkait Baby Raynold,” ujar Maura mengganti topik.“Kenapa? Kau khawatir aku tidak bisa menerima anakmu sedangkan kau seorang ibu? Jangan khawatir Maura, aku siap menjadi ayah untuk bayimu,” jawab Edward salah paham.“Bukan, Edward. Bukan itu yang ingin aku maksud.”“Lalu?” tanya Edward dengan kening berkerut.“Aku bingung bagaimana caranya aku bisa bertemu bayiku lagi,” jawab Maura membuat Edward merasa malu. Salah pahamnya ter
“Apa yang kau katakan itu benar, Edward?” tanya Antonio memastikan. Dia menatap tak percaya pada Maura. Maura hanya mengeluh dalam hati karena Edward keceplosan.“Edward hanya salah bicara, Pa” ujar Maura berusaha menutupi kebenaran.“Sayang, kamu jangan merahasiakan apa pun dari Papa. Papa tidak akan tinggal diam saja jika Arshel kembali menyakitimu. Katakan pada Papa,” bujuk Antonio. Kevin tak bersuara tapi caranya menatap Maura cukup mengintimidasi.“Pa, aku bukan anak kecil. Aku tidak sebodoh dan selemah itu, jadi aku masih bisa menghadapi Arshel. Lagi pula selama ini Papa meminta Edward selalu berada di sisiku untuk membantuku, apa kami berdua tidak cukup kuat untuk menghadapi Arshel?” ujar Maura. Dia menatap pada Edward dan memberi kode pada pria itu.“Saya sudah berjanji pada anda bahwa saya akan selalu menjaga Maura,” timpal Edward meyakinkan membuat Antonio percaya dan lebih tenang.“Saya rasa Maura masih terlalu syok dengan kebenaran ini. Kalau diperbolehkan, saya ingin berb
“Waw...luar biasa! Kau mengakui perasaan cintamu pada seorang perempuan yang masih berstatus sebagai istri orang,” sindir Arshel atas pengakuan Edward.“Apa kau tidak malu masih menyebut Maura sebagai istrimu setelah semua penderitaan yang kau berikan padanya?” balas Edward tak mau kalah.“Asal kau tahu, aku bahkan sudah mencintai Maura sebelum dia menikah denganmu,” imbuh Edward membuat Maura semakin tercengang. Dia menatap penuh tanda tanya pada pria itu. Edward pun sadar akan kebingungan Maura.“Iya, Maura. Maafkan aku. Hari ini aku sudah tidak bisa menahan diri lagi. Aku tidak bisa menyembunyikan kebenaran,” ucap Edward pada Maura. Maura masih tak punya jawaban tapi Arshel yang justru mengacau.“Aku tidak tahu sejak kapan kalian saling mengenal sampai pria ini sudah mencintaimu sebelum kita menikah. Tapi harus aku akui, kisah ini miris sekali. Cinta yang terlambat,” ujar Arshel meremehkan.“Kalau aku tahu akhirnya kau akan menyia-nyiakan Maura seperti ini, sejak dulu aku tidak aka