Seno yang saat ini tengah tersenyum karena kehadiran Agatha bahkan sampai menunggunya hingga Agatha tertidur di ruang rawatnya. Seno masih merasa bingung kenapa dirinya hanya dengan melihat senyuman Agatha tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit. Tidak mungkin bukan jika senyuman Agatha berduri tajam?Brak!Dia yang tengah melamun, namun terkejut dengan kedatangan Ayahnya dan terlihat marah besar. Mungkinkah kemarahan Ayahnya karena melihat Agatha?"Ayah kenapa membuka pintu dengan kasar tidak tahu apa ini rumah sakit?" celetuk Seno dengan kesal."Jawab jujur Seno ya! Tadi Ayah melihat Agatha berpakaian sama dengan Akira," ucap Ayah Seno sehingga membuat Seno sendiri pun terkejut.Seno terdiam, apa sang Ayah sudah mengetahuinya? Lalu bagaimana caranya Seno menjelaskan mengenai jika Agatha adalah Akira begitu juga sebaliknya. Mungkinkah ini saatnya semua rahasianya itu terbongkar kalau pada dasarnya dia dan Akira atau Agatha ialah pacar pura-pura."Seno jangan diam saja kamu! jawab!" A
Kepergian Pak Angga kemarin wajib untuk dibahas oleh Agatha, entah apa yang bisa terjadi sehingga membuat Angga kekasihnya pergi begitu bahkan tanpa pamit.Hari ini dia kembali mulai bekerja, dirinya yang sedang duduk di depan layar komputer tiba-tiba saja terganggu dengan kedatangan Pak Seno. Untung saat ini tak ada Angga, karena jika tidak hubungannya akan menjadi sedikit retak lagi.Tok!Tok!"Masuk!" ucap Agatha dengan tersenyum, namun senyuman itu perlahan luntur saat dirinya melihat seorang wanita bersama dengan Pak Seno.Wanita yang sama di rumah sakit justru membuat Agatha bertanya-tanya, kenapa wanita itu disini? Dan bahkan bersama dengan Pak Seno karena seharusnya Pak Seno tak bersama dengan wanita gila itu."Agatha ini perkenalkan Sela. Kamu pasti sudah tahu bukan kalau namanya Sela, dia calon Istri saya," jawab Seno tersenyum sambil menatap Sela.Apa-apaan ini? Bukankah kemarin Pak Seno benci dan tak menyukai Sela? Lalu sekarang apa rasa sukanya sudah ada untuk Sela, secep
Sudah dua hari masih belum ada kabar tentang Angga kekasihnya, sedangkan Pak Seno semakin lama menjadi semakin dingin. Keduanya terjadi secara bersamaan, Agatha sungguh sedih seolah-olah seperti tengah ditinggalkan oleh kedua orang yang dia sayangi.Dia yang tak bersemangat untuk bekerja dan bahkan Agatha juga tak memiliki selera makan sama seperti tadi pagi. Dirinya hanya memakan beberapa sendok sarapan yang sudah disiapkan oleh sang Nenek.Waktunya makan siang, Agatha kini tetap saja berada di ruangannya. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mempekerjakan tugasnya yang belum selesai.Hingga dirinya merasa terganggu dengan suara ketika pintu yang terus saja berulang-ulang.Tok!Tok!Tok!Ruangan Agatha sengaja dirinya kunci sebab dia tak ingin ada orang yang mengganggunya, namun sepertinya sama saja masih tetap ada orang yang mengganggu dirinya. Dengan malas dan berjalan tergontai-gontai untuk membuka pintu. Ceklek!Agatha membulatkan matanya terkejut melihat seseora
Angga yang terlihat posesif dengan Agatha karena banyak sekali pria yang melihat kekasihnya ketika keluar dari mobil. Dirinya bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan agar orang-orang yang menatap Agatha itu tahu kalau Agatha adalah miliknya."Angga kamu kenapa si dari tadi cemberut aja?" ucapnya dengan bingung ketika melihat Angga yang menekuk wajahnya terus-menerus. "Ini semua karena kamu Agatha, bisa tidak kamu itu jangan cantik-cantik seperti ini?" Mendengar pertanyaan Angga yang memintanya untuk tak berpenampilan cantik membuat Agatha mengerutkan keningnya."Coba kamu lihat deh, banyak sekali pria yang terpesona dengan kecantikan kamu!" cetus Angga sehingga membuat Agatha terkekeh. Kekasihnya terlihat begitu menggemaskan ketika cemburu dengan dirinya. Agatha hanya menggelengkan kepalanya saja. Dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran yang sudah dipesan pribadi. "Angga, apa kamu yang memesan ini untukku?" tanya Agatha dengan terharu melihat tak ada orang satu pun d
Kenapa Sela memberikan pertanyaan seperti itu? Agatha yang sebenarnya sudah menebak akan terjadi sesuatu hal, karena dirinya merasakan hal yang buruk akan terjadi. Lihatlah semua perasaannya benar, dan sekarang dirinya terjebak hingga tak tahu harus menjawab apa."Pertanyaan kamu jangan menjerumus pada masalah pribadi Sela," ucap Seno dengan datar melarang Sela untuk bertanya-tanya mengenai hal pribadi kepada Agatha."Kenapa? Apakah ada peraturan kalau kita tak boleh bertanya tentang pribadi? Jadi say aja loh," ucapnya dengan tersenyum namun hal tersebut membuat Angga marah.Crank!Gelas yang berisi air putih milik Angga, telah dilemparkan olehnya sendiri. "Sepertinya kamu sengaja," cetus Angga dengan marah."Siapa yang sengaja? Aku hanya mengikuti permainan saja. Lagi pula Agatha diam saja dan belum menolak. Jadi ceritakan saja Agatha!""Aku... aku... aku... maaf, aku tak bisa menceritakannya," ucap Agatha dengan mengambil gelas kecil yang sudah dituangkan minuman beralkohol. Hal itu
Agatha yang sedang menangis setelah melihat anak kecil laki-laki itu. Dia yang berada di dalam mobil dengan menangis dalam diam justru rupanya di dengar oleh Angga. Bahkan dirinya sampai terkejut dengan pertanyaan Angga."Aku tidak apa-apa Angga, aku hanya mengingat Ibu saja," jawab Agatha dengan menghapus air matanya. Angga mengangguk, mereka yang sedang dalam perjalanan namun terjebak dalam kemacetan. Pagi seperti ini memang jalanan lebih banyak di akses oleh orang-orang yang berangkat bekerja. "Apa masih lama Angga?" tanya Agatha karena merasa takut jika dirinya akan kena marah saat terlambat sebab Pak Seno yang sekarang sudah berbeda."Sepertinya masih, namun tenang saja kamu tak usah khawatir aku akan berbicara dengan Seno nanti."Agatha menganggukkan kepalanya, memang kejadian semalam murni kesalahan kekasih Pak Seno yang memaksa Agatha dan Angga untuk bermain permainan bodoh itu sehingga membuat Agatha mabuk berat. Dia tahu pasti akan ada terus menerus pertanyaan yang menjeba
Agatha saat ini tengah dirawat di rumah sakit. Dia yang mengalami dehidrasi membuat dua orang pria tampan mengkhawatirkan dirinya."Apa yang sudah anda lakukan terhadap kekasih saya?" tanya Angga dengan sorot mata yang begitu tajam. Terlihat dengan jelas kalau Angga marah dan masih tidak bisa menerima apa yang dia lihat tadi."Saya hanya bantu saja, lagi pula belum tentu dia benar-benar mencintai kamu," jawab Seno terkekeh meremehkan Angga.Mencoba untuk menahan amarahnya demi Agatha, dia tak mau terjadi pertengkaran di rumah sakit ini apalagi dirinya berada di ruang rawat Agatha. Dia takut menimbulkan keributan dan membuat Agatha terganggu.Tangan Angga yang sudah mencengkram kuat kerah kemeja Seno, terlepas begitu saja ketika melihat knop pintu yang terputar.Ceklek!"Bagaimana keadaan Agatha?" tanya Nenek Agatha yang datang bersama dengan Hago."Agatha dehidrasi Nek, dia juga belum makan dan minum sejak tadi pagi," jawab Angga dengan menundukkan kepalanya. Dia yang merasa bersalah k
Tak pandai berkelahi itulah Seno, dia yang sudah habis babak belur oleh Angga dan bahkan para karyawannya tak ada yang berani memisahkan, begitu juga dengan Sela yang justru menelepon Pak Broto Ayah Seno.Melihat Seno yang terkapar lemas membuat Angga tersenyum. Dia mengeluarkan kertas yang berada di balik jasnya. "Mulai saat ini Agatha sudah mengundurkan diri menjadi sekretaris di perusahaan ini!" cetus Angga dan langsung saja melangkah pergi.Rasanya dia sungguh senang karena bisa melampiaskan amarahnya. Sejak kemarin Agatha melarangnya untuk melakukan sesuatu. Dia yang awalnya hanya ingin memberikan surat pengunduran diri Agatha, justru terbawa emosi karena mengingat dan terus terbayang bagaimana Agatha yang tertidur di atas paha Seno.Dia kembali mengingat pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Agatha kemarin di rumah sakit."Aku itu harus profesional Angga," ucap Agatha yang mencoba membuat Angga tak ikut campur dengan urusannya.Angga yang terus saja keras kepala dan memin