Home / Romansa / Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis / Bab 14. Manual Kesabaran : Edisi Bos Alister

Share

Bab 14. Manual Kesabaran : Edisi Bos Alister

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-05-19 05:15:03

Harika membungkuk untuk merapikan kertas-kertas tersebut, namun entah bagaimana ia malah menendang amplifier yang ada di samping meja. “Astaga! Maaf, Pak! Ini saya... saya agak cemas setelah seharian penuh. Maaf sekali!”

Alister yang sudah mulai terbiasa dengan kecerobohan Harika hanya mendesah pelan. “Kamu harus lebih berhati-hati. Tidak semua orang bisa semudah itu memaafkan.”

“Ini benar-benar memalukan!” Harika mulai mengambil kertas-kertas yang tercecer satu per satu, tapi malah menjatuhkan gelas berisi air di meja. Air itu tumpah begitu saja, mengenai beberapa kertas yang baru saja ia ambil.

Dengan ekspresi lelah, Alister akhirnya mendekati meja dan mengambil tisu. “Oke, cukup. Aku yang akan mengurus ini.”

Harika menatap Alister dengan cemas. “Tapi dokumennya—”

“Tenang saja, aku yang akan menyelesaikannya.” Alister meraih beberapa dokumen yang masih basah, lalu memisahkan yang terpenting dan mulai menyusunnya. “Kamu cukup istirahat. Kita harus tetap menjaga penampilan b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 15. Catatan belanja level internasional

    Pagi itu, udara sejuk pegunungan menyelinap lewat celah-celah jendela kaca ruang rapat VIP villa tempat pertemuan penting akan berlangsung. Di tengah ruangan bernuansa modern dengan sentuhan kayu elegan, Alister duduk tegap, mengenakan setelan gelap yang sempurna, ekspresinya tenang namun penuh wibawa. Di hadapannya, duduklah Tuan Leonard, investor penting dari Inggris yang tengah mempertimbangkan kontrak kerja sama strategis dengan Ardiwijaya Grup. "Selamat pagi, Tuan Leonard!" sapa Alister dengan nada formal. "Terima kasih sudah meluangkan waktu." "Selamat pagi!" jawab Tuan Leonard ramah. "Saya tak sabar melihat proposal yang Anda siapkan." Harika yang berdiri di sisi Alister dengan senyum cerah namun deg-degan, segera menyerahkan map berlogo Ardiwijaya Grup kepada Tuan Leonard." "Ini dokumen presentasinya, Tuan," katanya, berusaha terdengar profesional walau tangannya sedikit gemetar. Tuan Leonard membuka map itu dengan antusias. Namun, detik berikutnya, wajahnya berubah bingu

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 14. Manual Kesabaran : Edisi Bos Alister

    Harika membungkuk untuk merapikan kertas-kertas tersebut, namun entah bagaimana ia malah menendang amplifier yang ada di samping meja. “Astaga! Maaf, Pak! Ini saya... saya agak cemas setelah seharian penuh. Maaf sekali!” Alister yang sudah mulai terbiasa dengan kecerobohan Harika hanya mendesah pelan. “Kamu harus lebih berhati-hati. Tidak semua orang bisa semudah itu memaafkan.” “Ini benar-benar memalukan!” Harika mulai mengambil kertas-kertas yang tercecer satu per satu, tapi malah menjatuhkan gelas berisi air di meja. Air itu tumpah begitu saja, mengenai beberapa kertas yang baru saja ia ambil. Dengan ekspresi lelah, Alister akhirnya mendekati meja dan mengambil tisu. “Oke, cukup. Aku yang akan mengurus ini.” Harika menatap Alister dengan cemas. “Tapi dokumennya—” “Tenang saja, aku yang akan menyelesaikannya.” Alister meraih beberapa dokumen yang masih basah, lalu memisahkan yang terpenting dan mulai menyusunnya. “Kamu cukup istirahat. Kita harus tetap menjaga penampilan b

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 13. Baper

    Begitu pintu tertutup, Harika masih berdiri di sana. Bibirnya setengah terbuka, mencoba mencerna kalimat terakhir Alister barusan. Kalau kamu lupa, aku juga mungkin tidak akan mengingatkan. Apa maksudnya? Itu semacam rayuan halus? Atau kode rahasia? Atau lebih mungkin lagi itu cuma ucapan diplomatis yang bisa berarti apa saja, seperti “sudah makan?” Dengan perasaan campur aduk antara bingung, cemas, dan sedikit geli, Harika akhirnya masuk. Ia berjalan pelan ke arah tempat tidur keduanya, melempar diri ke atasnya sambil menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Ini bakal jadi perjalanan teraneh dalam riwayat perkerjaanku,” gumamnya. “Dan aku pernah dikira dukun pasang mesin fotokopi di cabang Jakarta.” Beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan ringan dari arah kamar mandi. “Harika,” suara Alister terdengar dari balik pintu, “besok kita akan sarapan dengan tim investor Inggris. Mereka datang lebih awal dari jadwal.” Harika langsung duduk. “Hah? Jam berapa?” “Delap

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 12. Perjalanan Dinas Rasa Drama Korea

    Alister mengangguk pelan, masih memandang lurus ke depan. “Iya. Itu bagian dari kesepakatan informal mereka. Vila itu biasa dipakai untuk tamu penting. Mereka pikir akan lebih ramah dan santai kalau menyambut kita seperti pasangan.” Harika ingin tertawa, ingin menangis, ingin turun dari mobil dan berlari keliling bandara tujuh kali demi mengatur napas, tapi yang keluar hanya satu kata, “Kenapa... kenapa mereka pikir kita pasangan?” Alister akhirnya menoleh, tatapannya tenang, bahkan sedikit geli. “Entahlah." Harika menutup wajah dengan tangan. “Ya Tuhan, saya akan mati. Saya akan mati secara administratif.” “Tenang!” ucap Alister, kali ini dengan suara lebih lembut. “Kita hanya perlu memainkan peran itu selama di vila. Tidak ada yang berlebihan. Profesional. Formal, tapi sedikit manis.” “Sedikit manis?” Harika hampir memekik. “Pak Alister, ini perjalanan bisnis, bukan syuting drama Korea!” Alister terkekeh pelan. Tawa kecil yang langka, tapi berhasil membuat Harika makin p

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 11. Bisnis Trip atau Trip Emosi?

    Alister menatapnya sekilas, lalu berkata tanpa basa-basi, “Aku ada urusan ke luar kota akhir pekan ini. Perjalanan bisnis dan aku butuh seseorang yang bisa kuandalkan untuk ikut.” Harika membelalakkan mata. “Saya?” “Ya,” Alister menjawab sambil menyusun berkas. “Ada dokumen penting yang harus diurus langsung dan selain itu aku butuh sekretaris yang bisa memastikan semua berjalan lancar. Termasuk kalau mesin fotokopi hotel mendadak rusak,” tambahnya dengan nada menggoda. Harika mengerjapkan mata. “Bapak yakin? Maksud saya, ini saya, Harika. The Walking Chaos.” Alister menatapnya lama, lalu berkata, “Justru karena itu. Kau selalu bisa menyelamatkan kekacauan yang kau buat.” Harika nyaris tersedak udara. “Jadi, kamu ikut atau tidak?” tanya Alister. “Eh, iya, iya! Tentu saja, Pak. Saya ikut, tapi saya harus nyiapin baju dulu, dan... dan skincare, dan mental.” Alister menahan senyum. “Kita berangkat Jumat sore. Tiga hari dua malam. Siapkan semua dengan rapi. Ini tugas priba

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 10. Drama Korea versi kantor

    “Pak?” “Kenapa kamu bisa nyangkut di sini?” tanyanya datar, tapi matanya jelas menunjukkan sedikit khawatir. Harika berdiri kikuk, menyapu debu dari roknya. “Saya cuma… ya, Anda tahu, arsip… niatnya profesional… ending-nya malah kayak korban film thriller.” Alister menghela napas, lalu mengangguk ke arah luar. “Ayo keluar! Aku tungguin kamu dari tadi. Kupikir kamu sudah pulang.” Harika terdiam. Jantungnya mencolek-colek kesadaran. Dia nungguin aku? Saat mereka berjalan beriringan menyusuri koridor kantor yang sepi, Alister tiba-tiba berkata, “Kamu tahu, Harika. Kamu mungkin satu-satunya orang yang bisa membuat hariku tidak bisa diprediksi.” Harika terdiam, menoleh pelan ke arahnya. “Itu pujian, atau pengingat untuk segera pensiun dari dunia kesekretariatan?” Alister menoleh dan untuk pertama kalinya tanpa ragu, tersenyum kecil. “Sedikit dari keduanya, tapi kurasa aku lebih suka hari-hari yang tidak bisa diprediksi.” Harika membeku di tempat. Satu kalimat sederhana itu

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 9. Bencana berjalan

    Alister diam beberapa detik sebelum berkata, “Kenapa aku tidak terkejut?”Harika hanya bisa tertawa kaku. “Err Pak, ini bukan seperti yang Anda pikirkan.”Alister mendekat dan menatapnya dengan ekspresi datar. “Yang aku pikirkan adalah kau berhasil membuat kekacauan bahkan dengan benda mati.”Harika menunduk. “Saya tidak sengaja, Pak.”Tanpa berkata apa-apa, Alister menarik tangannya dan dengan mudah mengeluarkan kertas yang tersangkut.Setelah itu, ia menatap Harika dan berkata, “Sekarang cepat bawa dokumen ini ke ruang rapat sebelum aku kehilangan kesabaran.”Harika segera mengangguk dan lari dari ruang fotokopi dengan pipi merah. Satu lagi momen memalukan yang harus ia lupakan, tapi tentu saja, hidup Harika tidak mengenal kata lupa. Apalagi kalau rasa malu itu masih menempel di wajah seperti lem korea.Setelah kejadian di ruang fotokopi, Harika mencoba fokus. Namun, ternyata kesalahannya belum berakhir. Begitu tiba di ruang rapat, Harika menaruh dokumen di meja dengan hati-hati—sak

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 8. Harika vs mesin fotokopi

    Perlahan, ia menoleh ke meja Alister. Pria itu sudah membaca pesannya dan sedang menatapnya dengan ekspresi campuran antara heran dan geli. “Kau serius?” Harika ingin menangis. Dengan panik, ia buru-buru mengetik pesan baru. Harika: Pak, tolong abaikan pesan itu! Itu… um… pesan untuk, eh… riset karakter novel! Alister mengetik balasan cepat. Alister: Jadi kau pikir aku akan mengusirmu? Harika berkeringat dingin. Harika: T-tentu tidak, Pak! Saya hanya bercanda, hehehehe. Alister hanya menatapnya sebentar sebelum kembali bekerja tanpa mengatakan apa-apa. Harika kembali ke mejanya dan menempelkan wajah ke meja. Kenapa aku begini?! Harika baru saja akan menenggelamkan wajahnya ke keyboard ketika notifikasi baru masuk. Alister: Kalau kamu jualan cilok, tolong kabari. Aku suka yang pakai saus kacang, sedikit pedas. Harika nyaris meledak di tempat. APA?! Ia menatap layar ponselnya, lalu melirik pelan ke arah Alister yang masih mengetik serius seperti tidak terj

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 7. Email maut Harika

    Harika menghembuskan napas panjang di meja kerjanya. Setelah insiden dokumen nyasar ke wajah bos, ia merasa hidupnya semakin dekat ke jurang pemecatan. “Oke, hari ini harus berjalan lancar. Tidak ada kekacauan. Tidak ada kesalahan. Tidak ada drama.” Namun siapa yang bercanda? Harika dan hari yang berjalan lancar adalah kombinasi yang lebih mustahil daripada diet tanpa cheat day. Pukul 07.30 pagi, Harika sudah tiba di kantor lebih awal, sesuatu yang sangat langka bagi dirinya. Alister belum datang. Ini kesempatan emas untuk menyelamatkan reputasinya sebelum bosnya masuk dan mengungkit segala bencana yang ia ciptakan kemarin. Langkah pertama, menjaga image sebagai sekretaris profesional. Harika duduk tegak, menata dokumen dengan rapi, dan mulai menyesap kopi dengan anggun. Namun, baru dua teguk, pintu kaca utama tiba-tiba terbuka keras. Seorang wanita tinggi, cantik, tapi menyebalkan masuk dengan penuh percaya diri. “Harikaaaa! Aku datang!” Harika hampir tersedak. “Apa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status