Home / Romansa / Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis / Bab 15. Catatan belanja level internasional

Share

Bab 15. Catatan belanja level internasional

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-05-20 14:40:14

Pagi itu, udara sejuk pegunungan menyelinap lewat celah-celah jendela kaca ruang rapat VIP villa tempat pertemuan penting akan berlangsung. Di tengah ruangan bernuansa modern dengan sentuhan kayu elegan, Alister duduk tegap, mengenakan setelan gelap yang sempurna, ekspresinya tenang namun penuh wibawa. Di hadapannya, duduklah Tuan Leonard, investor penting dari Inggris yang tengah mempertimbangkan kontrak kerja sama strategis dengan Ardiwijaya Grup.

"Selamat pagi, Tuan Leonard!" sapa Alister dengan nada formal. "Terima kasih sudah meluangkan waktu."

"Selamat pagi!" jawab Tuan Leonard ramah. "Saya tak sabar melihat proposal yang Anda siapkan."

Harika yang berdiri di sisi Alister dengan senyum cerah namun deg-degan, segera menyerahkan map berlogo Ardiwijaya Grup kepada Tuan Leonard."

"Ini dokumen presentasinya, Tuan," katanya, berusaha terdengar profesional walau tangannya sedikit gemetar.

Tuan Leonard membuka map itu dengan antusias. Namun, detik berikutnya, wajahnya berubah bingu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 43. Sekretaris yang seharusnya jadi tunangan

    Alister membuka mulutnya, tampak hendak mengatakan sesuatu, namun sebelum sempat melanjutkan, Harika buru-buru menambahkan, “Tapi sebelumnya saya ke pantry dulu ya, Pak. Kayaknya saya butuh secangkir teh manis biar bisa hadapi dunia ini.” Tanpa menunggu jawaban, Harika melangkah keluar ruangan sambil terkekeh kecil, meninggalkan aroma bunga peony dari parfumnya yang ringan. Tak lama setelah pintu tertutup kembali, suara ketukan lain terdengar. Kali ini pelan dan penuh keraguan. "Masuk!" ujar Alister, masih menyesuaikan fokusnya kembali. Pintu terbuka perlahan. Adeline berdiri di sana, mengenakan blus putih dan rok abu panjang. Wajahnya pucat, namun matanya tampak lebih tenang daripada terakhir kali mereka bertemu. Alister langsung berdiri. "Adeline?" Adeline melangkah masuk. "Aku tahu seharusnya aku tidak ke sini tanpa janji dulu, tapi aku butuh bicara." Alister menunjuk kursi di hadapannya. "Silakan duduk!" Adeline duduk perlahan. Sejenak ia menatap meja, lalu berkata pelan, "

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 42. 0,2 Cm

    "Maaf, saya pembawa kekacauan," balas Harika, pura-pura serius. "Dan anehnya semua kekacauan yang kamu bawa justru bikin semuanya hidup."Harika melirik cepat, tapi tak berani terlalu lama menatapnya."Aku harusnya marah tadi," lanjut Alister pelan. "Tapi begitu lihat kamu teriak ‘meletus balon hijau dor!’ sambil jatuh, rasanya semua beban di kepala langsung hilang.""Apa Pak Alister baru saja bilang saya jadi semacam terapi stres perusahaan?"Alister mengangguk. "Yang mahal, langka, dan tidak tergantikan."Harika terdiam. Angin meniup rambutnya pelan. Ia melipat kedua tangannya di pangkuan, merasa jantungnya mulai mengetuk pintu akal sehatnya lagi."Pak Alister.""Hmm?""Kalau semua orang punya versi terburuknya, saya kayaknya udah nunjukin semua versi saya ke Bapak."Alister menoleh padanya. Tatapannya lembut, namun tajam seperti biasa."Justru karena itu, aku jadi tahu siapa kamu tanpa topeng dan tahu apa yang aku rasakan."Harika menatap api, tidak berani menoleh. "Apa yang Bapak

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 41. Balon Meletus, Hatiku Ikut Pecah

    Sabtu pagi di lokasi gathering di Villa Ardiwijaya, kawasan PuncakVilla luas berarsitektur modern minimalis itu sudah ramai dengan staf. Halaman belakang menghadap langsung ke pegunungan berkabut, lengkap dengan taman hijau, area BBQ, dan panggung kecil. Suasana santai dan ceria menyambut seluruh karyawan Ardiwijaya Grup. Harika baru turun dari mobil jemputan sambil membawa dua totebag besar berisi perlengkapan acara dan satu bantal leher berbentuk ayam lucu. "AAAKKK!!" Tali totebag sebelah kanan putus. Sekantong keripik, kotak mic karaoke, dan bantal ayam kesayangan Harika berjatuhan di jalan masuk. Ia langsung panik memunguti barang-barangnya dengan gaya khas Harika—panik, heboh, dan setengah mengomel pada diri sendiri. "Ya ampun, ayamku kotor! Aku belum sempat cuci, kenapa nasibnya seperti cilok jatuh ke got?!" Fenny datang tergopoh-gopoh, tertawa sambil ikut membantu. "Kamu tuh emang bawa bala setiap kali acara kantor, tapi setidaknya kamu bawa hiburan gratis." "Saya bawa s

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 40. Antara Laporan Dan Latte

    Alister duduk di kursinya, membuka halaman demi halaman laporan, tapi konsentrasinya teralih. Ia mengingat ucapan ayahnya. "Dia bukan gadis yang cocok untukmu, Alister." Lalu ia mengingat lagi senyum ceroboh Harika, tumpahan kopi yang sudah tak terhitung, dan semua gumaman sok berani yang malah terdengar lucu. Dia menghela napas. "Justru karena dia tidak cocok untuk siapa pun, dia jadi cocok untukku." Sementara itu, di kafetaria kantor, Fenny menyenggol bahu Harika yang sedang menyeruput teh tarik. "Jadi kamu sekarang udah bikin dua orang pingsan karena jatuh cinta, satu bos, satu vas." Harika menunduk ke meja. "Tolong, jangan ingatkan aku soal vas itu." "Tapi kamu sadar nggak, akhir-akhir ini Pak Alister makin posesif? Kayak waktu kamu ngobrol sama Mas Januar kemarin, ekspresi dia kayak pengen makan Januar pakai garpu." Harika langsung menutup muka dengan gelas. "Jangan mulai. Jangan mulai. Jangan mulai." Fenny mengaduk minumannya dengan ekspresi jahil. "Harika, ini serius. Ak

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 39. Lontong Di Sepatu Bos

    Sore hari Harika sedang menuang air panas ke gelas dan seperti biasa terlalu penuh sampai air meluap."Panas! Panas! Aduh, duh, duh, duh!" jeritnya sambil loncat-loncat kecil.Januar yang kebetulan lewat langsung mengulurkan tisu. "Kamu butuh pengawas pribadi sepertinya."Harika tertawa malu-malu. "Atau pelatihan dasar menyeduh teh."Di sudut ruangan, Alister sedang berdiri sambil memeriksa ponselnya, tapi matanya jelas-jelas memperhatikan Harika. Ia melihat tawa Harika yang entah kenapa selalu terasa istimewa dan tawa itu bukan untuknya.Beberapa detik kemudian, ia langsung berjalan menghampiri mereka."Harika!" panggilnya tiba-tiba.Harika menoleh cepat, hampir menjatuhkan gelas. "Ya, Pak?""Mulai minggu depan, kamu ikut saya dalam semua pertemuan dengan investor. Termasuk konferensi pers dan kunjungan proyek di luar kota."Harika mengedip. "Eh? Tapi saya belum pernah....""Anggap ini bagian dari promosi informal. Saya ingin kamu belajar lebih banyak."Januar hanya tersenyum kecil,

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 38. Fokus, Harika!

    Harika duduk di balik mejanya, berpura-pura sibuk membaca catatan rapat. Padahal isi kepalanya berkecamuk. Kata-kata Alister kemarin terus terulang. "Aku tidak suka melihatmu tertawa untuk orang lain terutama kalau bukan aku yang buat kamu tertawa." Harika mengerang pelan dan menampar pelan pipinya sendiri. "Fokus, Harika. Fokus. Jangan meleleh cuma karena cowok dengan rahang tajam dan suara bariton." Dari sudut lorong, Fenny sudah mendekat sambil membawa segelas matcha latte. Ia meletakkannya ke meja Harika. "Aku rasa kamu butuh ini sebelum kamu membakar otakmu sendiri." Harika menatapnya curiga. "Kamu nguping, ya?" Fenny pura-pura berpikir. "Nguping? Enggak kok, aku cuma pas lewat, pelan dan tiba-tiba suara Pak Alister nembus pintu kaca seperti soundtrack film romantis." Harika langsung menutup wajahnya dengan map. "Jangan bahas itu!" Fenny justru duduk dan menyenggol bahunya. "Jadi kamu beneran naksir bos kamu?" Harika mengangkat wajah, mendesah. "Aku nggak tahu, t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status