Share

Bab 45. Akhir dari kepura-puraan

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-07-26 06:21:58

Alister menutup laptopnya perlahan. Matanya menatap ke luar jendela ke langit Jakarta yang mendung seperti pikirannya.

Sudah hampir tiga jam sejak Harika tiba di kantor pagi tadi, dan selama itu pula suasana di antara mereka terasa berbeda. Dingin. Kaku. Kosong.

Ia menyandarkan tubuh ke kursi kerja, menghela napas panjang sambil menatap ke arah pintu ruangan yang tertutup. Di balik pintu itu hanya berjarak beberapa langkah, Harika duduk di mejanya, tapi rasanya seperti dia berada di tempat yang sangat jauh. "Apa yang berubah?" gumamnya pelan.

Biasanya Harika akan masuk dengan langkah cepat dan napas terengah-engah karena hampir terlambat, lalu mengoceh tentang betapa dia "dikhianati oleh alarm". Atau tentang sepatu hak yang bunyinya mirip tikus got berantem. Sekarang, Harika bahkan tidak menatapnya saat menjawab.

Alister bangkit dari kursi, berjalan ke rak buku yang entah kenapa mendadak tidak menarik sama sekali. Tangannya menyentuh punggung buku, tapi pikirannya jauh dari halaman ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 46. Dunia Alister

    Begitu pintu ruang rapat itu tertutup rapat, Harika berdiri terpaku di depan mejanya. Tangannya mengepal di sisi tubuh, seolah mencoba meredam gejolak di dalam dada yang semakin sulit dikendalikan. Ia menelan ludah, lalu duduk perlahan di kursinya. Suasana ruangan tampak sama seperti tadi pagi tertata, tenang, dan penuh berkas, tapi dalam dirinya tidak ada yang tenang. Ucapan Alister tadi seperti membuka kunci rahasia yang selama ini ia kunci rapat-rapat. "Kalau begitu setidaknya izinkan aku tetap ada, meski kamu menjauh." Harika menunduk, menatap tangannya sendiri. Jemarinya gemetar, karena ia tahu ia juga merasakannya. "Aku juga ngerasa ada yang hilang, Pak, tapi aku terlalu pengecut buat ngakuin itu duluan." Ia menghela napas dalam-dalam, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Sejak Adeline datang dan percakapan mereka sore itu di rumah kontrakan, Harika memang sengaja menjaga jarak. Ia pikir, kalau ia menjauh semuanya akan kembali ke tempatnya. Ia kembali jadi sekretaris cerob

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 45. Akhir dari kepura-puraan

    Alister menutup laptopnya perlahan. Matanya menatap ke luar jendela ke langit Jakarta yang mendung seperti pikirannya.Sudah hampir tiga jam sejak Harika tiba di kantor pagi tadi, dan selama itu pula suasana di antara mereka terasa berbeda. Dingin. Kaku. Kosong.Ia menyandarkan tubuh ke kursi kerja, menghela napas panjang sambil menatap ke arah pintu ruangan yang tertutup. Di balik pintu itu hanya berjarak beberapa langkah, Harika duduk di mejanya, tapi rasanya seperti dia berada di tempat yang sangat jauh. "Apa yang berubah?" gumamnya pelan.Biasanya Harika akan masuk dengan langkah cepat dan napas terengah-engah karena hampir terlambat, lalu mengoceh tentang betapa dia "dikhianati oleh alarm". Atau tentang sepatu hak yang bunyinya mirip tikus got berantem. Sekarang, Harika bahkan tidak menatapnya saat menjawab.Alister bangkit dari kursi, berjalan ke rak buku yang entah kenapa mendadak tidak menarik sama sekali. Tangannya menyentuh punggung buku, tapi pikirannya jauh dari halaman ma

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 44. Aku Bukan Siapa-Siapa

    Harika mengangguk, sedikit kikuk, lalu mempersilakan Adeline masuk. Mereka duduk di ruang tamu kecil dengan karpet tipis dan kipas angin yang mengayun pelan di langit-langit. "Kamu tinggal sendirian di sini?" tanya Adeline sambil menatap sekeliling. "Iya, tapi aman kok," jawab Harika sambil menyuguhkan air putih. Setelah basa-basi sebentar, Adeline meletakkan gelas di meja dan menatap Harika lekat-lekat. "Aku langsung ke inti aja ya, Harika. Aku cuma mau tahu satu hal." Harika menelan ludah. "Apa itu?" "Kamu punya perasaan sama Alister?" Suasana langsung membeku. Harika terdiam, matanya berkedip cepat, lalu tertawa kecil yang jelas-jelas dipaksakan. "Lho kok nanyanya kayak gitu?" "Harika," potong Adeline. "Aku serius. Aku tahu kamu dekat sama dia. Kamu sering bersikap konyol, tapi aku bukan bodoh. Aku bisa lihat sesuatu dari cara dia mandang kamu." "B-bukan gitu, aku... aku cuma sekretarisnya. Lagian Pak Bos itu terlalu perfeksionis buat tipe aku. Aku mah sembarangan orangny

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 43. Sekretaris yang seharusnya jadi tunangan

    Alister membuka mulutnya, tampak hendak mengatakan sesuatu, namun sebelum sempat melanjutkan, Harika buru-buru menambahkan, “Tapi sebelumnya saya ke pantry dulu ya, Pak. Kayaknya saya butuh secangkir teh manis biar bisa hadapi dunia ini.” Tanpa menunggu jawaban, Harika melangkah keluar ruangan sambil terkekeh kecil, meninggalkan aroma bunga peony dari parfumnya yang ringan. Tak lama setelah pintu tertutup kembali, suara ketukan lain terdengar. Kali ini pelan dan penuh keraguan. "Masuk!" ujar Alister, masih menyesuaikan fokusnya kembali. Pintu terbuka perlahan. Adeline berdiri di sana, mengenakan blus putih dan rok abu panjang. Wajahnya pucat, namun matanya tampak lebih tenang daripada terakhir kali mereka bertemu. Alister langsung berdiri. "Adeline?" Adeline melangkah masuk. "Aku tahu seharusnya aku tidak ke sini tanpa janji dulu, tapi aku butuh bicara." Alister menunjuk kursi di hadapannya. "Silakan duduk!" Adeline duduk perlahan. Sejenak ia menatap meja, lalu berkata pelan, "

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 42. 0,2 Cm

    "Maaf, saya pembawa kekacauan," balas Harika, pura-pura serius. "Dan anehnya semua kekacauan yang kamu bawa justru bikin semuanya hidup."Harika melirik cepat, tapi tak berani terlalu lama menatapnya."Aku harusnya marah tadi," lanjut Alister pelan. "Tapi begitu lihat kamu teriak ‘meletus balon hijau dor!’ sambil jatuh, rasanya semua beban di kepala langsung hilang.""Apa Pak Alister baru saja bilang saya jadi semacam terapi stres perusahaan?"Alister mengangguk. "Yang mahal, langka, dan tidak tergantikan."Harika terdiam. Angin meniup rambutnya pelan. Ia melipat kedua tangannya di pangkuan, merasa jantungnya mulai mengetuk pintu akal sehatnya lagi."Pak Alister.""Hmm?""Kalau semua orang punya versi terburuknya, saya kayaknya udah nunjukin semua versi saya ke Bapak."Alister menoleh padanya. Tatapannya lembut, namun tajam seperti biasa."Justru karena itu, aku jadi tahu siapa kamu tanpa topeng dan tahu apa yang aku rasakan."Harika menatap api, tidak berani menoleh. "Apa yang Bapak

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 41. Balon Meletus, Hatiku Ikut Pecah

    Sabtu pagi di lokasi gathering di Villa Ardiwijaya, kawasan PuncakVilla luas berarsitektur modern minimalis itu sudah ramai dengan staf. Halaman belakang menghadap langsung ke pegunungan berkabut, lengkap dengan taman hijau, area BBQ, dan panggung kecil. Suasana santai dan ceria menyambut seluruh karyawan Ardiwijaya Grup. Harika baru turun dari mobil jemputan sambil membawa dua totebag besar berisi perlengkapan acara dan satu bantal leher berbentuk ayam lucu. "AAAKKK!!" Tali totebag sebelah kanan putus. Sekantong keripik, kotak mic karaoke, dan bantal ayam kesayangan Harika berjatuhan di jalan masuk. Ia langsung panik memunguti barang-barangnya dengan gaya khas Harika—panik, heboh, dan setengah mengomel pada diri sendiri. "Ya ampun, ayamku kotor! Aku belum sempat cuci, kenapa nasibnya seperti cilok jatuh ke got?!" Fenny datang tergopoh-gopoh, tertawa sambil ikut membantu. "Kamu tuh emang bawa bala setiap kali acara kantor, tapi setidaknya kamu bawa hiburan gratis." "Saya bawa s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status