Share

Cemburu?

Pagi ini cukup menjengkelkan untuk Arka karena harus melihat Dinara berinteraksi dan didekati oleh pria lain padahal Dinara adalah istrinya.

Apalagi Arka tau betul bahwa Hardiansyah menyimpan perasaan istimewa untuk istrinya itu sejak lama dalam status persahabatan mereka walau Dinara tidak mengetahui hal itu.

Karena sedang bersama dengan Sandra, Arka tidak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya memutuskan untuk membawa Sandra pergi ke ruangannya meninggalkan Dinara bersama dengan Hardiansyah.

Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka harus menjaga sikapnya agar tidak ada orang yang curiga terutama Sandra yang saat ini sudah berada di rumah orang tua Arka untuk melaporkan sikap aneh Arka terhadap Dinara yang membuatnya curiga. Bahkan Sandra meminta agar orang tua Arka membantunya untuk menyelidiki Dinara dan Arka.

Sekarang di ruangan Arka hanya ada Arka dan Dimas saja sedang di depan ruangan Arka ada Dinara yang terlihat sedang menikmati tehnya buatan Hardiansyah. Arka diam-diam memantau Dinara dari kursinya dan setiap melihat Dinara menyesap tehnya, entah kenapa Arka merasa tidak terima dan juga jengkel.

Arka berjalan mendekati meja Dinara dan menarik gelas teh milik Dinara yang hal itu membuat Dinara bingung. “Jangan minum teh ini lagi. Aku akan suruh orang buatkan teh yang baru untukmu. Jangan terlalu dekat dengan pria itu juga. Paham?” Arka memberi Dinara peringatan sedang Dinara hanya mengangguk.

“Iya, Pak. Maaf,” jawabnya pasrah ketika gelasnya dibawa pergi oleh OB suruhan Arka sedang Arka memperhatikan wajah Dinara yang menatap OB tersebut yang membawa tehnya.

Sambil menunggu OB datang membawakan teh baru untuk Dinara, Arka menatap dalam wajah Dinara tanpa berkedip sedang Dinara yang gugup dan bingung hanya bisa diam dan bicara dalam hati. “Padahal kami hanya teman. Tapi kenapa dia melarang aku dekat dengannya?” Pikir Dinara bingung. “Lagi pula aku juga gak pernah ikut campur dalam masalah atau urusan pribadinya,” sambung Dinara lagi yang kali ini pikirannya terbaca oleh Arka yang langsung menatapnya kesal.

“Itu karena aku bosnya, Dinara.” Sahut Arka yang kemudian memilih untuk masuk ke dalam ruangannya.

Sore hari.

Sudah waktunya untuk mereka pulang dan pada saat yang sama, Sandra baru muncul ke kantor Arka. Begitu datang, Sandra langsung saja menempel pada Arka seperti prangko sedang Dinara terlihat tidak perduli.

Sesampainya di rumah. Dinara langsung masuk ke dalam kamarnya namun Sandra mengikuti Dinara dan memanggil Dinara setelah Sandra memastikan jika Arka sudah masuk ke dalam kamarnya.

“Hei, Nara. Kamu kan sekretaris tunangan saya, kalau saya mau minta tolong sama kamu boleh?” Tampaknya Sandra punya rencana licik.

“Iya, Bu. Tentu. Apa yang perlu saya bantu, bu?” Dinara bersikap sangat formal pada Sandra.

“Saya ingin Arka tidur di kamar saya. Kamu bisa bantu kasih Arka obat gak biar dia datang ke kamar saya?” Sandra sedikit berbisik pada Dinara sedang Dinara yang kaget langsung menolaknya.

“Maaf, Bu. Kalau soal itu saya tidak berani. Saya permisi.” Tegas Dinara yang kemudian segera masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Sandra di sana.

Malam hari tiba. Semua orang sudah berada di meja makan kecuali Dinara. Makan malam tidak bisa dimulai tanpa Dinara, oleh sebab itu Arka berniat ingin memanggil Dinara namun Sandra yang melihat itu segera menahan Arka dan menyuruh pelayan untuk memanggil Dinara.

“Biar aku sekalian cek apakah dia sakit atau bagaimana.” Arka bersikeras dan segera pergi menaiki anak tangga menuju kamar Dinara tanpa Arka sadari jika Sandra menyelidikinya.

Di depan kamar Dinara, Arka bisa mendengar jika Dinara sedang mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon. Mungkin itu yang membuat Dinara memilih untuk tidak ikut makan malam bersama dengan Arka dan yang lain. Sayup-sayup Arka mendengar Dinara menyebut nama Hardiansyah. Tangan Arka mengepal dan kehilangan kesabarannya.

“Berani-beraninya dia teleponan dengan pria lain di rumahku. Apa dia tidak mendengar apa yang aku katakan?” Kesal Arka yang kemudian langsung masuk ke dalam kamar Dinara dan merebut ponsel Dinara lalu membantingnya ke lantai.

Prangg!

Ponsel Dinara terpecah namun Dinara yang terkejut segera bangkit dari bibir ranjangnya dan menatap tidak percaya Arka. Dengan tubuh gemetaran Dinara mencoba meraih ponselnya namun Arka langsung menarik tangan Dinara dan menjatuhkannya di atas ranjang.

“Apa yang kamu lakukan hah? Kamu gak tau kalau sekarang sudah waktunya makan malam? Kenapa kamu malah teleponan dengan pria lain? Kamu tidak memiliki hak untuk itu. Kamu adalah istriku. Paham?” Arka menatap dingin Dinara yang tidak bisa menahan tangisnya karena kaget dan juga takut.

“Tapi itu orang tua saya, Pak. Mereke cuman menanyakan kabar anak teman mereka saja. Apa saya juga tidak boleh bicara dengan orang tua saya?” Dinara tidak mengerti dengan sikap Arka yang seolah berkuasa atas dirinya karena sebuah kontrak rahasia yang didasari oleh kehamilannya itu.

“Apa? Maaf... “ Arka merasa terkejut dan merasa bersalah terhadap Dinara. Segera saja Arka melepaskan tangan Dinara dan bangkit dari ranjang Dinara sedang Dinara yang sedih dan marah hanya bisa berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Arka mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas panjang. Arka tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa Arka bisa bersikap seperti ini. Apakah Arka cemburu?

Dari dalam kamar mandi Arka bisa mendengar dengan jelas kalau Dinara sedang menangis. Hati Arka terasa sakit mendengar tangisan Dinara yang disebabkan oleh dirinya. Arka mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.

Tokkk ... Tokkk ... Tokkk ...

“Dinara, buka pintunya. Keluar dari sana. Ingat, kamu sedang mengandung anakku. Jika sesuatu terjadi pada calon anakku, aku tidak akan memaafkan kamu. Kalau kamu gak buka pintunya, aku akan dobrak pintu ini.” Ancam Arka yang sebenarnya khawatir pada Dinara tanpa Arka tahu bahwa Sandra mendengar semua yang Arka katakan di depan pintu masuk kamar Dinara.

Sandra terkejut tak menyangka dengan apa yang ia dengar ini. Sandra kecewa, sedih dan juga marah.

“Jadi, selama ini Arka bersikap baik pada wanita itu karena wanita itu hamil anaknya? Bagaimana bisa ini terjadi? Apa mereka juga menikah? Apa aku perlu melabrak mereka? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku akan laporin ini ke Tante Dena.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status