Share

Cemburu?

Penulis: Putri Tidur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 22:25:40

Pagi ini cukup menjengkelkan untuk Arka karena harus melihat Dinara berinteraksi dan didekati oleh pria lain padahal Dinara adalah istrinya.

Apalagi Arka tau betul bahwa Hardiansyah menyimpan perasaan istimewa untuk istrinya itu sejak lama dalam status persahabatan mereka walau Dinara tidak mengetahui hal itu.

Karena sedang bersama dengan Sandra, Arka tidak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya memutuskan untuk membawa Sandra pergi ke ruangannya meninggalkan Dinara bersama dengan Hardiansyah.

Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka harus menjaga sikapnya agar tidak ada orang yang curiga terutama Sandra yang saat ini sudah berada di rumah orang tua Arka untuk melaporkan sikap aneh Arka terhadap Dinara yang membuatnya curiga. Bahkan Sandra meminta agar orang tua Arka membantunya untuk menyelidiki Dinara dan Arka.

Sekarang di ruangan Arka hanya ada Arka dan Dimas saja sedang di depan ruangan Arka ada Dinara yang terlihat sedang menikmati tehnya buatan Hardiansyah. Arka diam-diam memantau Dinara dari kursinya dan setiap melihat Dinara menyesap tehnya, entah kenapa Arka merasa tidak terima dan juga jengkel.

Arka berjalan mendekati meja Dinara dan menarik gelas teh milik Dinara yang hal itu membuat Dinara bingung. “Jangan minum teh ini lagi. Aku akan suruh orang buatkan teh yang baru untukmu. Jangan terlalu dekat dengan pria itu juga. Paham?” Arka memberi Dinara peringatan sedang Dinara hanya mengangguk.

“Iya, Pak. Maaf,” jawabnya pasrah ketika gelasnya dibawa pergi oleh OB suruhan Arka sedang Arka memperhatikan wajah Dinara yang menatap OB tersebut yang membawa tehnya.

Sambil menunggu OB datang membawakan teh baru untuk Dinara, Arka menatap dalam wajah Dinara tanpa berkedip sedang Dinara yang gugup dan bingung hanya bisa diam dan bicara dalam hati. “Padahal kami hanya teman. Tapi kenapa dia melarang aku dekat dengannya?” Pikir Dinara bingung. “Lagi pula aku juga gak pernah ikut campur dalam masalah atau urusan pribadinya,” sambung Dinara lagi yang kali ini pikirannya terbaca oleh Arka yang langsung menatapnya kesal.

“Itu karena aku bosnya, Dinara.” Sahut Arka yang kemudian memilih untuk masuk ke dalam ruangannya.

Sore hari.

Sudah waktunya untuk mereka pulang dan pada saat yang sama, Sandra baru muncul ke kantor Arka. Begitu datang, Sandra langsung saja menempel pada Arka seperti prangko sedang Dinara terlihat tidak perduli.

Sesampainya di rumah. Dinara langsung masuk ke dalam kamarnya namun Sandra mengikuti Dinara dan memanggil Dinara setelah Sandra memastikan jika Arka sudah masuk ke dalam kamarnya.

“Hei, Nara. Kamu kan sekretaris tunangan saya, kalau saya mau minta tolong sama kamu boleh?” Tampaknya Sandra punya rencana licik.

“Iya, Bu. Tentu. Apa yang perlu saya bantu, bu?” Dinara bersikap sangat formal pada Sandra.

“Saya ingin Arka tidur di kamar saya. Kamu bisa bantu kasih Arka obat gak biar dia datang ke kamar saya?” Sandra sedikit berbisik pada Dinara sedang Dinara yang kaget langsung menolaknya.

“Maaf, Bu. Kalau soal itu saya tidak berani. Saya permisi.” Tegas Dinara yang kemudian segera masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Sandra di sana.

Malam hari tiba. Semua orang sudah berada di meja makan kecuali Dinara. Makan malam tidak bisa dimulai tanpa Dinara, oleh sebab itu Arka berniat ingin memanggil Dinara namun Sandra yang melihat itu segera menahan Arka dan menyuruh pelayan untuk memanggil Dinara.

“Biar aku sekalian cek apakah dia sakit atau bagaimana.” Arka bersikeras dan segera pergi menaiki anak tangga menuju kamar Dinara tanpa Arka sadari jika Sandra menyelidikinya.

Di depan kamar Dinara, Arka bisa mendengar jika Dinara sedang mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon. Mungkin itu yang membuat Dinara memilih untuk tidak ikut makan malam bersama dengan Arka dan yang lain. Sayup-sayup Arka mendengar Dinara menyebut nama Hardiansyah. Tangan Arka mengepal dan kehilangan kesabarannya.

“Berani-beraninya dia teleponan dengan pria lain di rumahku. Apa dia tidak mendengar apa yang aku katakan?” Kesal Arka yang kemudian langsung masuk ke dalam kamar Dinara dan merebut ponsel Dinara lalu membantingnya ke lantai.

Prangg!

Ponsel Dinara terpecah namun Dinara yang terkejut segera bangkit dari bibir ranjangnya dan menatap tidak percaya Arka. Dengan tubuh gemetaran Dinara mencoba meraih ponselnya namun Arka langsung menarik tangan Dinara dan menjatuhkannya di atas ranjang.

“Apa yang kamu lakukan hah? Kamu gak tau kalau sekarang sudah waktunya makan malam? Kenapa kamu malah teleponan dengan pria lain? Kamu tidak memiliki hak untuk itu. Kamu adalah istriku. Paham?” Arka menatap dingin Dinara yang tidak bisa menahan tangisnya karena kaget dan juga takut.

“Tapi itu orang tua saya, Pak. Mereke cuman menanyakan kabar anak teman mereka saja. Apa saya juga tidak boleh bicara dengan orang tua saya?” Dinara tidak mengerti dengan sikap Arka yang seolah berkuasa atas dirinya karena sebuah kontrak rahasia yang didasari oleh kehamilannya itu.

“Apa? Maaf... “ Arka merasa terkejut dan merasa bersalah terhadap Dinara. Segera saja Arka melepaskan tangan Dinara dan bangkit dari ranjang Dinara sedang Dinara yang sedih dan marah hanya bisa berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Arka mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas panjang. Arka tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa Arka bisa bersikap seperti ini. Apakah Arka cemburu?

Dari dalam kamar mandi Arka bisa mendengar dengan jelas kalau Dinara sedang menangis. Hati Arka terasa sakit mendengar tangisan Dinara yang disebabkan oleh dirinya. Arka mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.

Tokkk ... Tokkk ... Tokkk ...

“Dinara, buka pintunya. Keluar dari sana. Ingat, kamu sedang mengandung anakku. Jika sesuatu terjadi pada calon anakku, aku tidak akan memaafkan kamu. Kalau kamu gak buka pintunya, aku akan dobrak pintu ini.” Ancam Arka yang sebenarnya khawatir pada Dinara tanpa Arka tahu bahwa Sandra mendengar semua yang Arka katakan di depan pintu masuk kamar Dinara.

Sandra terkejut tak menyangka dengan apa yang ia dengar ini. Sandra kecewa, sedih dan juga marah.

“Jadi, selama ini Arka bersikap baik pada wanita itu karena wanita itu hamil anaknya? Bagaimana bisa ini terjadi? Apa mereka juga menikah? Apa aku perlu melabrak mereka? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku akan laporin ini ke Tante Dena.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 82

    "Dinara? Ya, pasti ini." Raisa tersenyum puas merasa beruntung karena tiba-tiba Dinara mengirimkan pesan pada Hardiansyah. Raisa juga sangat yakin dengan nama Dinara di kontrak ponsel Hardiansyah. Sayangnya Raisa tidak bisa mengambil nomor ponsel Dinara karena Raisa tidak mengetahui password ponsel Hardiansyah.Isi pesan Dinara. "Hai, Har. Apa kabar? Rasanya Uda lama banget ya kita gak ngobrol bareng. Aku ada sedikit problem nih dan aku butuh banget kamu. Kira-kira kapan dan dimana ya kita bisa ketemuan?" Membaca itu, Raisa jadi memiliki ide untuk ikut dengan Hardiansyah saat Hardiansyah pergi nanti. Dengan begitu, Raisa bisa lebih dekat dengan Dinara dan Raisa juga sangat yakin, orang yang bisa membantunya adalah Dinara."Baiklah, aku harus mengenalnya dan dekat dengannya. Dengan begitu, aku akan punya alasan untuk keluar dan mendekatkan diri pada wanita itu." Raisa bermonolog seraya mengembalikan ponsel Hardiansyah.Tak lama, Hardiansyah pulang ke rumah dengan diantar oleh Sandra.

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 81

    "Temui aku di kantor sekarang juga." Arka menghubungi Sandra dan memintanya segera datang."Oke." Singkat Sandra tersenyum seakan dia menang. Di kantor Arka, tepatnya di dalam ruangan Arka."Bagaimana, Sayang? Aku sudah datang," ujar Sandra mendekat ke arah Arka hendak menggodanya. Namum, bukannya tergoda oleh Sandra, Arka malah terlihat jijik dan menghindari sentuhannya."Duduk di sana." Pinta Arka menunjuk ke arah kursi yang ada di seberang mejanya.Sandra tidak menjawab dan hanya menuruti perintah Arka. Setelah Sandra mendudukkan bokongnya. Barulah obrolan berjalan."Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Sandra memulai obrolan karena Arka tak kunjung memulai obrolan."Aku ingin kamu lakukan tes ulang, bukan di rumah sakit yang sama." Pinta Arka secara blak-blakan membuat Sandra sedikit terkejut namun Sandra masih tetap memaksa senyum."Ternyata kamu masih belum percaya aku ya. Bagaimana kalau aku menolak?" Sandra memastikan apa yang saat ini muncul di otaknya.Kalau b

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 80

    Setelah mandi dan berpakaian, Raisa kembali mendudukkan bokongnya ke bibir ranjang dan menggulung rambutnya tanpa menggunakan apapun. Wangi khas yang semerbak dari Raisa tercium dalam oleh Hardiansyah.Aroma tubuh Raisa bercampur dengan aroma segar dari sabun yang Raisa gunakan selalu menjadi favorit Hardiansyah.Hardiansyah membuka matanya dan bergerak mendekati Raisa, memeluknya lalu menarik tubuh Raisa hingga tubuh Raisa ambruk di atasnya."Temani aku sebentar, Sayang. Tetap dalam posisi ini, ya." Pinta Hardiansyah memejamkan matanya lagi dan mengunci posisi Raisa yang ambruk di atasnya."Tapi aku sudah tidur tadi. Aku gak pengen tidur lagi," ujar Raisa merasa tidak nyaman dengan posisinya sebab tangan Hardiansyah terlalu erat memeluknya.Merasakan ketidaknyamanan Raisa, Hardiansyah segera menaruh tubuh Raisa ke sampingnya dan memeluknya erat."Sebentar saja," ujar Hardiansyah sedikit memelas dengan suara seksinya yang Raisa pun tidak mampu menolaknya selain hanya menghela nafas pa

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 79

    Di apartemen Sandra."Bagaimana cara kamu melakukannya? Dan soal tadi, terimakasih ya, kamu menyelamatkan aku." Hardiansyah duduk santai di atas sofa memperhatikan Sandra yang baru saja selesai mandi dan bergerak ke sana-kemari tanpa busana.Sandra tersenyum licik. "Kamu mau tau bagaimana caranya?" Wanita jahat itu berjalan ke arah Hardiansyah dengan wajah menggoda kemudian duduk di pangkuan Hardiansyah sedang Hardiansyah hanya diam saja."Aku tidur dengan dokter itu. Aku menjadi selingkuhannya hahaha. Bagaimana menurutmu?" Sejenak Hardiansyah panas dan jijik, tapi Hardiansyah juga harus sadar diri dengan keadaan mereka semua dan status mereka."Apa menurutmu dia merasa puas olehmu? Kamu bisa?" Hardiansyah tampak meremehkan Sandra dari raut wajahnya."Tentu saja. Malah aku yang kurang puas. Aku hanya puas denganmu saja, Sayang. Bagaimana kalau kita," goda Sandra mengajak Hardiansyah."Aku lelah. Aku tadi baru main sama Raisa." Hardiansyah membalas balik melihat reaksi Sandra yang sek

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 78

    Sesampainya di rumah setelah berdiaman di dalam mobil. Dengan wajah murung Raisa masuk ke dalam rumah lalu langsung masuk ke dalam kamar dengan membantingnya.Raisa tidak ingin Hardiansyah masuk ke dalam kamar, oleh sebab itu Raisa mengunci pintu kamar. "Aku harus cari sesuatu yang bisa membantuku mengetahui siapa aku." Pikir Raisa membongkar isi kamarnya sedang Hardiansyah mencoba membuka pintu dengan membujuk Raisa. Tapi Raisa tidak mendengarnya sama sekali."Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau begini terus, semuanya bisa berantakan." Pikir Hardiansyah menjambak rambutnya kesal."Untung aja Sandra datang di saat yang tepat. Setelah mengurus anak ini, aku akan segera menemui Sandra." Hardiansyah harus menyusun rencana ulang. "Baiklah, aku harus buat Raisa tidur dulu, aku akan kurung dia sebentar di rumah, lalu aku akan pergi menemui Sandra." Tidak ingin menggunakan cara kekerasan, Hardiansyah mencari kunci cadangan pintu kamarnya untuk membuka pintu. Hardiansyah punya beberapa, jad

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 77

    "Aku seperti mengenal wanita itu. Aku merasa familiar dengannya," jawab Raisa jujur."Baiklah. Sekarang fokus sama kesehatan kamu dulu ya. Dokter dan perawat uda siap. Kamu juga bersiaplah," ujar Hardiansyah memberi arahan pada Raisa.Raisa menurut dan proses pemeriksaan segera berjalan. Hardiansyah diam berdiri memperhatikan Raisa di samping dokter yang memeriksanya menggunakan alat medis yang cukup canggih.Dari layar monitor, terlihat bentuk tengkorak kepala Raisa dan Hardiansyah yang tidak mengerti apapun hanya diam saja melihat dokter membuat catatan di bukunya sambil melihat monitor tersebut.Setelah beberapa saat, pemeriksaan selesai. Hardiansyah dan Raisa diminta menunggu di ruang tunggu sedang dokter membuat rincian dan menganalisa hasil pemeriksaan kepala Raisa."Sayang, aku pasti baik-baik aja kan?" Tanya Raisa pada Hardiansyah yang sejak tadi hanya diam saja memikirkan sesuatu."Aku berharap seperti itu, Sayang." Hardiansyah tersenyum memaksa. Waktu sudah menunjukkan puku

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 76

    Drtttt... Drtttt ...Hardiansyah menyadari merasakan ponselnya bergetar dari bawah bantalnya, namun karena Hardiansyah sangat mengantuk akhirnya Hardiansyah memilih untuk mengabaikan ponselnya. Pasalnya Hardiansyah baru saja berhasil terlelap setelah mengalami beberapa drama singkat.Sedang di ujung dunia lain, Sandra terlihat sangat kesal karena panggilannya tidak dijawab oleh Hardiansyah."Kenapa dia tidak menjawab telepon ku? Biasanya dia selalu menjawab dengan cepat. Apa dia,-" Sandra mulai menduga-duga."Tidak, ini tidak bisa terjadi. Enak saja dia." Sandra mengomel seraya terus berusaha menghubungi Hardiansyah. Namun baru sekali deringan, panggilan Sandra ditolak. Membuatnya sakit hati dan bertambah kesal hingga Sandra melempar ponselnya ke atas lantai."Sialan!" Makinya tidak senang.Sedang di tempat lain, Hardiansyah merasa terganggu dengan getaran ponselnya yang juga membuat Raisa terbangun. Malas dengan drama mereka, Hardiansyah akhirnya menolak panggilan Sandra dan segera

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 75

    "Iri denganku? Hah, apa yang bisa dia iri kan dari aku? Aku penyakitan gini, selalu nyusahin orang," jawab Raisa terkekeh mengasihani dirinya sendiri."Huss, Sayang.. Jangan ngomong gitu ah, aku gak suka. Kamu itu gak nyusahin aku kok." Dengan cepat Hardiansyah yang peka dengan perkataan Raisa memeluknya hangat membuat Raisa tersenyum menyeringai."Kalau gitu, aku boleh gak, minta kamu jangan terlalu dekat dengannya dan jangan sering bertemu dengannya? Jujur saja, aku cemburu." Raisa melancarkan rencananya dengan sangat baik."Aku tau, dia temanmu, mungkin kalian juga lebih dulu kenal dari kamu kenal aku. Tapi Sayang, aku kan wanita kamu." Sambungnya lagi sebelum Hardiansyah menjawab.Sedang Hardiansyah entah kenapa menjadi degdegan setelah perlakuan dan ucapan Raisa ini. Hardiansyah diam menatap Raisa seraya menelan ludah kasar. Hardiansyah sadar perasaannya kian berubah karena kehadiran Raisa. Tujuannya bisa goyah. Di sisi lain, Hardiansyah juga tidak bisa berhenti dari perjalanann

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 74

    Setibanya di rumah sakit. Hardiansyah dengan cepat segera menggendong Raisa masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang UGD diikuti oleh para perawat yang siap siaga ketika melihat Hardiansyah."Bapak dan ibu harap tunggu di luar saja ya. Saya akan segera memanggil dokter." Perawatan tersebut meminta agar Hardiansyah dan Sandra keluar dari ruangan ketika Raisa sudah berada di atas ranjang.Hardiansyah dan Sandra menurut. Mereka segera keluar bersama dengan perawat yang akan pergi memanggil dokter tersebut. "Hufttt, menyusahkan saja. Kenapa sih gak dari dulu aja kita lenyap kan dia? Ini juga gara-gara kamu ya." Keluh Sandra pada Hardiansyah.Sedang Hardiansyah yang lelah juga khawatir pada Raisa memilih untuk diam dari pada harus menjawab Sandra yang selalu memarahinya. Apalagi saat ini wanita gila itu sedang mengandung anaknya.Tak lama, dokter datang bersama perawat yang memanggilnya. Hardiansyah hanya bisa berdoa kali ini agar Raisa baik-baik saja.Beberapa waktu kemudian, pintu ru

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status