Share

Hukuman Untuk Dinara

Author: Putri Tidur
last update Last Updated: 2024-02-02 10:46:50

Klak!

Dinara membuka pintu kamar mandi dan segera keluar dari kamar mandi dengan wajah sedih dan murung. “Maaf, Pak. Saya lupa bahwa seharusnya saya tidak pantas untuk melakukan ini dan seharusnya saya menjaga calon anak bapak ini.” Dinara kemudian berlalu mengambil pecahan ponselnya dan memisahkan kartu ponselnya. Dinara juga berjalan keluar dari kamar menuju entah kemana sedang Arka menatap Dinara pergi dengan tatapan bersalah dan juga sedih.

“Ini gak benar. Aku harus minta maaf. Aku gak boleh membuat Dinara sedih atau merasa buruk. Itu akan mempengaruhi calon anakku. Bagaimana jika nanti anakku jadi anak yang cengeng?” Arka segera keluar dari kamar Dinara dan berjalan menuruni anak tangga rumahnya namun ternyata Dinara dan yang lain berada di meja makan.

“Sayang, kenapa lama sekali? Kami jadi makan duluan tanpa kamu.” Sandra menatap Arka tersenyum namun matanya menunjukkan sebaliknya.

“Maaf, silakan lanjutkan makan malam kalian.” Arka menghela nafas lega dengan nafas yang masih memburu menatap Dinara.

“Nara, kamu sakit? Kenapa wajah kamu begitu?” Sandra dengan sengaja bertanya pada Dinara untuk menjebak Dinara.

“Saya kurang enak badan, Bu.” Suara Dinara terdengar masih bergetar.

“Ohh, kalau gitu kamu istirahat saja nanti biar pelayan bawa makanan kamu ke kamar.” Sandra entah kenapa menjadi mendadak ramah terhadap Dinara.

“Gak apa-apa, Bu. Kasihan mereka nanti repot.” Dinara memaksa senyum ke arah Sandra yang sudah tahu kalau Dinara baru saja menangis.

“Baiklah.” Kali ini Sandra menatap ke arah Arka.

“Sayang, kamu sebenarnya masih sayang sama aku atau enggak sih?” Satu kalimat yang Sandra ucapkan tampaknya cukup mengganggu bagi Arka yang merasa jengah.

“Pasti dong, Sayang. Sekarang kita makan dulu saja ya. Oke?” Arka berniat ingin membuat Sandra diam tapi Sandra malah tidak bisa diam.

“Kalau gitu, bagaimana kalau setelah ini kita bahas rencana pernikahan kita? Dan kita juga harus bahas soal anak.” Semua orang terkejut menatap ke arah Sandra yang berfokus menatap Arka.

Arka menghela nafas dan menatap Sandra. “Kita bicarakan itu nanti. Lagi pula bukannya sebelumnya kamu bilang kalau kamu gak mau hamil dan melahirkan karena kamu gak mau tubuhmu berubah? Kamu juga bilang kan kalau kita bisa mendapatkan anak dengan cara adopsi atau menyewa rahim wanita lain?” Suasana berubah menjadi kian panas menegang dengan Arka dan Sandra yang mulai tersulut emosi sedang Dinara yang perasaannya sensitive tidak bisa berbuat apapun selain mendengarkan.

Sandra tahu kalau Arka menyayangi anak yang Dinara kandung, maka dari itu karena Sandra tidak ingin membuat Arka marah dan membencinya, Sandra sudah memikirkan cara lain untuk menyingkirkan Dinara dan juga janinnya. Sandra juga akan membuat Arka membenci Dinara.

“Benar, Arka. Tapi aku sudah pikirkan setelah kita menikah nanti, aku akan melahirkan anak untuk kamu. Bagaimana? Kamu senang kan? Dengan begitu, kita tidak perlu mengadopsi anak lagi atau menyewa rahim wanita manapun.” Tampaknya Sandra benar-benar menyinggung Arka dan juga Dinara dengan cara ini.

“Terserah kamu saja.” Arka menjawab singkat seraya melanjutkan kembali makan malamnya walau Arka sudah tak berselera.

“Baiklah, Sayang. Nanti setelah makan malam, aku mau menginap di rumah mama kamu ya. Aku mau bahas pernikahan kita sama mama. Mereka pasti akan senang.” Sandra menggoda Arka dan bersikap manja dengan menempel pada Arka sedang Dinara wajahnya sudah terlihat memerah dengan netra yang terus menatap bawah.

“Baik, aku akan antarkan kamu nanti.”

“Gak perlu repot-repot, Sayang. Kan ada Dimas, dia bisa mengantarkanku. Lagi pula aku tau kamu sibuk. Jadi jangan memaksakan diri.”

“Baiklah.” Singkat Arka mengakhiri percakapan.

Setelah makan malam selesai, Dimas bergegas mengantarkan Sandra ke rumah orang tua Arka yang juga berada di kota Jakarta sedang Dinara mengurung diri di kamar. Dinara sadar kalau dirinya hanya istri kontrak rahasia yang tidak pantas mendapat cinta dari Arka. Tapi tetap saja, walau bagaimanapun Dinara memiliki hati dan juga perasaan yang sama dengan wanita lain. Ingin diakui, disayang dan juga dicintai sepenuh hati tanpa ada kebohongan di dalamnya.

“Dinara,” panggil Arka yang berhasil membuka pintu kamar Dinara dengan kunci lain hingga Dinara tampak terkejut melihat Arka.

Dinara tidak menyahut dan malah memilih untuk mengalihkan pandangannya. Melihat Arka sekarang ternyata membuat Dinara mual.

Baru saja Arka akan mendekati Dinara, tapi Dinara malah buru-buru berlari masuk ke kamar mandi dan memuntahkan makan malamnya. Arka yang khawatir langsung mengejar Dinara tapi Dinara mendorong Arka.

“Jangan mendekat, saya mual melihat anda.” Jelas Dinara menatap tak suka Arka yang diam melongo bingung.

“Jadi saya harus bagaimana? Saya akan panggilkan pelayan untuk kamu. Aneh sekali kamu ini.” Arka berlari keluar dari kamar Dinara untuk memanggil pelayan sedang Dinara menuntaskan tangisannya dengan puas seraya menunggu pelayan datang.

Salah satu pelayan senior Arka sudah masuk membantu Dinara dan Arka menunggu Dinara di depan pintu kamar Dinara. Begitu Dinara sudah kembali ke ranjang untuk istirahat, Arka memanggil pelayan tersebut karena mengira bahwa Dinara berbohong dan Arka berpikir bahwa Dinara bersikap seperti ini karena marah pada soalnya Arka menghancurkan ponsel Dinara.

“Bik, kenapa katanya Nona Muda mual kalau lihat saya? Aneh sekali dia. Dia bohong kan Bik?” Arka memanggil pelayannya tersebut keluar dari kamar Dinara.

“Tuan, Ibu hamil memang begitu. Mereka sensitif pada semua hal yang kita tidak bisa duga. Dari mual dengan aroma, tiba-tiba menyukai sesuatu dan tiba-tiba membenci sesuatu. Maaf, Tuan harus lebih sabar lagi ya.”

“Kamu turun, telepon Dimas, bilang suruh Dimas beli ponsel baru untuk Nona Muda. Cepat,” pinta Arka paham lalu kemudian menyuruh pelayannya tersebut pergi sedang Arka hanya bisa mengintip Dinara dari depan kamar Dinara saja yang tidak tertutup sempurna seperti seorang maling seraya Arka menunggu Dimas datang.

Beberapa saat kemudian.

“Pak, ini pesanan anda.” Dimas memberikan Arka pesanannya.

“Bagus, kamu pergilah.” Pinta Dimas seraya mengambil pesanannya namun Dimas tidak kunjung pergi. “Ada apa? Ada yang kamu ingin katakan?” Menyadari Dimas belum pergi, Arka kembali menatap Dimas padahal Arka sudah bersiap untuk masuk ke dalam kamar Dinara.

“Tidak, Pak. Saya permisi.” Dimas terpaksa pergi padahal ada hal yang ingin Dimas laporkan pada Arka terkait sikap dan pertanyaan aneh yang Sandra tunjukan pada Dimas tadi tapi melihat Arka tidak dalam minat untuk mendengarnya, maka Dimas memilih pergi dan akan memberitahu Arka apa yang ia pikirkan itu besok saja.

“Dan satu lagi, cari tahu tentang kehamilan. Apa yang mereka suka dan tidak atau apa aja hal yang membuat mereka mual.” Pinta akhir Arka sebelum akhirnya Arka masuk perlahan ke dalam kamar Dinara diam-diam tanpa membuat suara karena Dinara sudah tidur.

Arka meletakkan kotak ponsel baru untuk Dinara ke atas nakas lalu Arka perlahan ikut berbaring di samping Dinara dan memeluk Dinara. Dinara terlihat bergerak sedang Arka spontan mematung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
amymende
malesss lanjut baca dinaranya bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 82

    "Dinara? Ya, pasti ini." Raisa tersenyum puas merasa beruntung karena tiba-tiba Dinara mengirimkan pesan pada Hardiansyah. Raisa juga sangat yakin dengan nama Dinara di kontrak ponsel Hardiansyah. Sayangnya Raisa tidak bisa mengambil nomor ponsel Dinara karena Raisa tidak mengetahui password ponsel Hardiansyah.Isi pesan Dinara. "Hai, Har. Apa kabar? Rasanya Uda lama banget ya kita gak ngobrol bareng. Aku ada sedikit problem nih dan aku butuh banget kamu. Kira-kira kapan dan dimana ya kita bisa ketemuan?" Membaca itu, Raisa jadi memiliki ide untuk ikut dengan Hardiansyah saat Hardiansyah pergi nanti. Dengan begitu, Raisa bisa lebih dekat dengan Dinara dan Raisa juga sangat yakin, orang yang bisa membantunya adalah Dinara."Baiklah, aku harus mengenalnya dan dekat dengannya. Dengan begitu, aku akan punya alasan untuk keluar dan mendekatkan diri pada wanita itu." Raisa bermonolog seraya mengembalikan ponsel Hardiansyah.Tak lama, Hardiansyah pulang ke rumah dengan diantar oleh Sandra.

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 81

    "Temui aku di kantor sekarang juga." Arka menghubungi Sandra dan memintanya segera datang."Oke." Singkat Sandra tersenyum seakan dia menang. Di kantor Arka, tepatnya di dalam ruangan Arka."Bagaimana, Sayang? Aku sudah datang," ujar Sandra mendekat ke arah Arka hendak menggodanya. Namum, bukannya tergoda oleh Sandra, Arka malah terlihat jijik dan menghindari sentuhannya."Duduk di sana." Pinta Arka menunjuk ke arah kursi yang ada di seberang mejanya.Sandra tidak menjawab dan hanya menuruti perintah Arka. Setelah Sandra mendudukkan bokongnya. Barulah obrolan berjalan."Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Sandra memulai obrolan karena Arka tak kunjung memulai obrolan."Aku ingin kamu lakukan tes ulang, bukan di rumah sakit yang sama." Pinta Arka secara blak-blakan membuat Sandra sedikit terkejut namun Sandra masih tetap memaksa senyum."Ternyata kamu masih belum percaya aku ya. Bagaimana kalau aku menolak?" Sandra memastikan apa yang saat ini muncul di otaknya.Kalau b

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 80

    Setelah mandi dan berpakaian, Raisa kembali mendudukkan bokongnya ke bibir ranjang dan menggulung rambutnya tanpa menggunakan apapun. Wangi khas yang semerbak dari Raisa tercium dalam oleh Hardiansyah.Aroma tubuh Raisa bercampur dengan aroma segar dari sabun yang Raisa gunakan selalu menjadi favorit Hardiansyah.Hardiansyah membuka matanya dan bergerak mendekati Raisa, memeluknya lalu menarik tubuh Raisa hingga tubuh Raisa ambruk di atasnya."Temani aku sebentar, Sayang. Tetap dalam posisi ini, ya." Pinta Hardiansyah memejamkan matanya lagi dan mengunci posisi Raisa yang ambruk di atasnya."Tapi aku sudah tidur tadi. Aku gak pengen tidur lagi," ujar Raisa merasa tidak nyaman dengan posisinya sebab tangan Hardiansyah terlalu erat memeluknya.Merasakan ketidaknyamanan Raisa, Hardiansyah segera menaruh tubuh Raisa ke sampingnya dan memeluknya erat."Sebentar saja," ujar Hardiansyah sedikit memelas dengan suara seksinya yang Raisa pun tidak mampu menolaknya selain hanya menghela nafas pa

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 79

    Di apartemen Sandra."Bagaimana cara kamu melakukannya? Dan soal tadi, terimakasih ya, kamu menyelamatkan aku." Hardiansyah duduk santai di atas sofa memperhatikan Sandra yang baru saja selesai mandi dan bergerak ke sana-kemari tanpa busana.Sandra tersenyum licik. "Kamu mau tau bagaimana caranya?" Wanita jahat itu berjalan ke arah Hardiansyah dengan wajah menggoda kemudian duduk di pangkuan Hardiansyah sedang Hardiansyah hanya diam saja."Aku tidur dengan dokter itu. Aku menjadi selingkuhannya hahaha. Bagaimana menurutmu?" Sejenak Hardiansyah panas dan jijik, tapi Hardiansyah juga harus sadar diri dengan keadaan mereka semua dan status mereka."Apa menurutmu dia merasa puas olehmu? Kamu bisa?" Hardiansyah tampak meremehkan Sandra dari raut wajahnya."Tentu saja. Malah aku yang kurang puas. Aku hanya puas denganmu saja, Sayang. Bagaimana kalau kita," goda Sandra mengajak Hardiansyah."Aku lelah. Aku tadi baru main sama Raisa." Hardiansyah membalas balik melihat reaksi Sandra yang sek

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 78

    Sesampainya di rumah setelah berdiaman di dalam mobil. Dengan wajah murung Raisa masuk ke dalam rumah lalu langsung masuk ke dalam kamar dengan membantingnya.Raisa tidak ingin Hardiansyah masuk ke dalam kamar, oleh sebab itu Raisa mengunci pintu kamar. "Aku harus cari sesuatu yang bisa membantuku mengetahui siapa aku." Pikir Raisa membongkar isi kamarnya sedang Hardiansyah mencoba membuka pintu dengan membujuk Raisa. Tapi Raisa tidak mendengarnya sama sekali."Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau begini terus, semuanya bisa berantakan." Pikir Hardiansyah menjambak rambutnya kesal."Untung aja Sandra datang di saat yang tepat. Setelah mengurus anak ini, aku akan segera menemui Sandra." Hardiansyah harus menyusun rencana ulang. "Baiklah, aku harus buat Raisa tidur dulu, aku akan kurung dia sebentar di rumah, lalu aku akan pergi menemui Sandra." Tidak ingin menggunakan cara kekerasan, Hardiansyah mencari kunci cadangan pintu kamarnya untuk membuka pintu. Hardiansyah punya beberapa, jad

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 77

    "Aku seperti mengenal wanita itu. Aku merasa familiar dengannya," jawab Raisa jujur."Baiklah. Sekarang fokus sama kesehatan kamu dulu ya. Dokter dan perawat uda siap. Kamu juga bersiaplah," ujar Hardiansyah memberi arahan pada Raisa.Raisa menurut dan proses pemeriksaan segera berjalan. Hardiansyah diam berdiri memperhatikan Raisa di samping dokter yang memeriksanya menggunakan alat medis yang cukup canggih.Dari layar monitor, terlihat bentuk tengkorak kepala Raisa dan Hardiansyah yang tidak mengerti apapun hanya diam saja melihat dokter membuat catatan di bukunya sambil melihat monitor tersebut.Setelah beberapa saat, pemeriksaan selesai. Hardiansyah dan Raisa diminta menunggu di ruang tunggu sedang dokter membuat rincian dan menganalisa hasil pemeriksaan kepala Raisa."Sayang, aku pasti baik-baik aja kan?" Tanya Raisa pada Hardiansyah yang sejak tadi hanya diam saja memikirkan sesuatu."Aku berharap seperti itu, Sayang." Hardiansyah tersenyum memaksa. Waktu sudah menunjukkan puku

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 76

    Drtttt... Drtttt ...Hardiansyah menyadari merasakan ponselnya bergetar dari bawah bantalnya, namun karena Hardiansyah sangat mengantuk akhirnya Hardiansyah memilih untuk mengabaikan ponselnya. Pasalnya Hardiansyah baru saja berhasil terlelap setelah mengalami beberapa drama singkat.Sedang di ujung dunia lain, Sandra terlihat sangat kesal karena panggilannya tidak dijawab oleh Hardiansyah."Kenapa dia tidak menjawab telepon ku? Biasanya dia selalu menjawab dengan cepat. Apa dia,-" Sandra mulai menduga-duga."Tidak, ini tidak bisa terjadi. Enak saja dia." Sandra mengomel seraya terus berusaha menghubungi Hardiansyah. Namun baru sekali deringan, panggilan Sandra ditolak. Membuatnya sakit hati dan bertambah kesal hingga Sandra melempar ponselnya ke atas lantai."Sialan!" Makinya tidak senang.Sedang di tempat lain, Hardiansyah merasa terganggu dengan getaran ponselnya yang juga membuat Raisa terbangun. Malas dengan drama mereka, Hardiansyah akhirnya menolak panggilan Sandra dan segera

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 75

    "Iri denganku? Hah, apa yang bisa dia iri kan dari aku? Aku penyakitan gini, selalu nyusahin orang," jawab Raisa terkekeh mengasihani dirinya sendiri."Huss, Sayang.. Jangan ngomong gitu ah, aku gak suka. Kamu itu gak nyusahin aku kok." Dengan cepat Hardiansyah yang peka dengan perkataan Raisa memeluknya hangat membuat Raisa tersenyum menyeringai."Kalau gitu, aku boleh gak, minta kamu jangan terlalu dekat dengannya dan jangan sering bertemu dengannya? Jujur saja, aku cemburu." Raisa melancarkan rencananya dengan sangat baik."Aku tau, dia temanmu, mungkin kalian juga lebih dulu kenal dari kamu kenal aku. Tapi Sayang, aku kan wanita kamu." Sambungnya lagi sebelum Hardiansyah menjawab.Sedang Hardiansyah entah kenapa menjadi degdegan setelah perlakuan dan ucapan Raisa ini. Hardiansyah diam menatap Raisa seraya menelan ludah kasar. Hardiansyah sadar perasaannya kian berubah karena kehadiran Raisa. Tujuannya bisa goyah. Di sisi lain, Hardiansyah juga tidak bisa berhenti dari perjalanann

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 74

    Setibanya di rumah sakit. Hardiansyah dengan cepat segera menggendong Raisa masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang UGD diikuti oleh para perawat yang siap siaga ketika melihat Hardiansyah."Bapak dan ibu harap tunggu di luar saja ya. Saya akan segera memanggil dokter." Perawatan tersebut meminta agar Hardiansyah dan Sandra keluar dari ruangan ketika Raisa sudah berada di atas ranjang.Hardiansyah dan Sandra menurut. Mereka segera keluar bersama dengan perawat yang akan pergi memanggil dokter tersebut. "Hufttt, menyusahkan saja. Kenapa sih gak dari dulu aja kita lenyap kan dia? Ini juga gara-gara kamu ya." Keluh Sandra pada Hardiansyah.Sedang Hardiansyah yang lelah juga khawatir pada Raisa memilih untuk diam dari pada harus menjawab Sandra yang selalu memarahinya. Apalagi saat ini wanita gila itu sedang mengandung anaknya.Tak lama, dokter datang bersama perawat yang memanggilnya. Hardiansyah hanya bisa berdoa kali ini agar Raisa baik-baik saja.Beberapa waktu kemudian, pintu ru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status