Share

Sikap Hangat?

Author: Putri Tidur
last update Last Updated: 2024-01-03 15:38:58

Arka mencoba menghentikan Sandra dan membujuknya. Tentu Arka juga merasa tidak enak kalau harus membuat Sandra marah di hari kepulangannya.

"Sayang, maaf. Kita lakukan di lain hari dan di tempat yang aman. Oke?"

Hanya dengan kalimat itu saja, Sandra kembali melunak. Namun tetap saja, Sandra tidak ingin terlihat mudah oleh Arka.

***

Sandra masih merajuk akibat penolakan Arka dan Arka harus membujuknya lagi. Apalagi Sandra menolak untuk makan malam saat semua orang sedang menikmati makan malam mereka.

“Jangan gitu, nanti kamu laper gak bisa tidur. Kalau gitu, biar aku suapin kamu ya.” Sandra mengagguk setuju sedang Dimas melirik Dinara yang terihat cemburu.

Dinara menyelesaikan makan malamnya lebih dulu kemudian Dinara berpamitan sopan pada semua orang dengan alasan kalau Dinara ingin menyusun jadwal untuk Arka besok. Arka mengijinkan, dan tak lama setelahnya Dimas juga berpamitan pergi meninggalkan Arka bersama dengan Sandra.

Acara makan malam berakhir, Sandra mengajak Arka menonton tv dan Arka menurut. Tapi tampaknya Arka tidak terlihat menikmati waktu kebersamaan mereka. Arka terlihat gelisah seraya sesekali melirik jam tangannya.

“Nara uda minum vitamin apa belum ya?” Pikir Arka yang kemudian memutuskan untuk pergi memeriksa Dinara di kamarnya sedang Sandra menatap curiga Arka.

“Sayang, sebentar ya. Aku mau ke toilet sebentar.” Arka berbohong agar Arka bisa pergi ke kamar Dinara. Bukannya Arka takut pada Sandra, tapi Arka tidak ingin rencananya kacau untuk mendapatkan anak dari Dinara dan juga menikahi Sandra.

“Cepat balik ya, Sayang.” Sandra mengangguk seraya tersenyum ke arah Arka. Walau bagaimanapun Sandra tidak ingin kehilangan kesan baiknya terhadap Arka. Arka mulai berlalu sedang Sandra diam-diam mengikuti Arka, namun sialnya Sandra tertangkap Dimas lebih dulu.

Dinara terlihat sedang mencatat sesuatu di buku jadwal miliknya untuk Arka bekerja besok. Tapi Arka tak senang melihat Dinara bekerja di waktu istirahat seperti ini.

“Sudah, kerjakan besok pagi saja. Lebih baik kamu istirahat kalau uda minum vitamin. Jangan sampai kelelahan. Ingat, kesehatan kamu dan calon bayiku itu tanggung jawab kamu.” Arka segera berlalu pergi setelah memastikan jika Dinara sudah meminum vitaminnya sedang Dinara merasa campur aduk.

Dinara senang mendapat perhatian Arka walau itu bukan untuknya namun untuk bayinya. Tapi Dinara juga sedih dengan statusnya dan berpikir bahwa Arka hanya perhatian pada calon anaknya saja.

“Kamu harus kuat, Dinara. Kamu harus bisa menjalani semua ini. Hanya butuh waktu 9 bulan untuk kamu bertahan, dan setelah semuanya berakhir, kamu akan bebas.” Dinara menguatkan dirinya sendiri seraya Dinara membereskan barangnya dan menghela nafas panjang.

Dinara memutuskan untuk tidur sedang di tempat lain, Arka juga menyuruh Sandra agar tidur sendiri di kamarnya karena Sandra meminta tidur bersama dengan Arka. Akhirnya tetap saja, Sandra harus tidur sendiri di kamarnya malam ini.

Pagi hari.

Dinara sudah ada di meja makan padahal semua orang belum keluar dari kamar mereka masing-masing. Wajah Dinara terlihat tidak sehat walau Dinara sudah menutupinya dengan riasan. Tak lama, saat Viona sedang menyeruput teh jahenya, Arka menyusul bersama dengan Dimas dan Sandra.

“Pagi, Pak. Pagi, Bu.” Dinara berdiri menyapa Arka dan Sandra secara formal.

“Pagi.” Jawab singkat Arka memperhatikan wajah pucat Dinara sedang Dinara menunduk karena takut dilihat oleh Arka dan dicurigai Sandra.

“Pagi juga, Dinara.” Sahut Sandra dengan nada sedikit centil. Sandra juga terlihat menggandeng lengan Arka seolah Sandra ingin mengatakan jika Arka adalah miliknya.

Ketika semua orang sudah kumpul, makanan mulai disajikan, dan pada momen itu, keadaan Dinara akan memburuk.

“Maaf semuanya, silakan sarapan duluan.” Dinara bangkit dari kursi dan berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Arka yang khawatir dengan keadaan Dinara kemudian menatap salah satu pelayan dan memberinya kode agar segera menyusul Dinara.

“Sekretaris kamu itu kenapa sih? Kok kayaknya aneh banget,” ujar Sandra curiga setelah memperhatikan gelagat Dinara.

“Dia suka bergadang kalau kerja, jadi mungkin masuk angin,” jawab Arka yang kemudian meyumpal mulut Sandra yang hendak bicara dengan roti isi.

10 menit berlalu, Dinara belum juga kembali dan itu membuat Arka khawatir.

“Dim, panggil Nara. Kenapa dia lama sekali?” Pinta Arka pada Dimas tanpa sadar jika Sandra mulai menyidik mimik wajah khawatirnya.

“Baik, Pak.” Dimas berlalu menuju kamar Dinara namun tak lama setelahnya Dinara kembali bersama dengan Dimas sudah dengan make-up yang lebih baru dan fresh.

“Aku harus tetap ke kantor biar Bu Sandra gak curiga,” pikir Dinara mempertahankan rasa tidak nyamannya. Dinara kembali duduk di kursinya dengan wajah canggung.

“Kalau kamu gak sehat, kamu bisa tinggal di rumah saja, Nara. Kamu tidak perlu ke kantor.” Pinta Arka khawatir melihat keadaan Dinara.

“Pak, saya...” Entah kenapa Dinara menghentikan kalimatnya setelah menatap Sandra. “Saya...”

“Saya baik-baik saja, Pak.” Dinara menjawab cepat, menolak saran Arka karena tidak ingin Sandra curiga walau sebenarnya Sandra sudah mulai curiga.

“Yaudah, kita berangkat.” Arka melirik kaki Dinara yang memakai sandal tanpa tumit setelahnya Arka berlalu menggandeng Sandra.

Sesampainya di kantor, seperti biasa, semua orang yang berpapasan dengan Arka dan Dinara akan menyapa mereka dan Dinara adalah satu-satunya orang yang akan membalas sapaan mereka dengan senyum hangat nan ramah yang hal itu ternyata tidak disukai oleh Sandra yang menatap sinis Dinara apalagi sapaan terakhir seseorang membuat langkah Dinara mendadak terhenti membuat Arka juga Sandra ikut berhenti sejenak dan menoleh ke arah Dinara dengan orang yang memanggilnya.

“Nara!”

“Hardi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 82

    "Dinara? Ya, pasti ini." Raisa tersenyum puas merasa beruntung karena tiba-tiba Dinara mengirimkan pesan pada Hardiansyah. Raisa juga sangat yakin dengan nama Dinara di kontrak ponsel Hardiansyah. Sayangnya Raisa tidak bisa mengambil nomor ponsel Dinara karena Raisa tidak mengetahui password ponsel Hardiansyah.Isi pesan Dinara. "Hai, Har. Apa kabar? Rasanya Uda lama banget ya kita gak ngobrol bareng. Aku ada sedikit problem nih dan aku butuh banget kamu. Kira-kira kapan dan dimana ya kita bisa ketemuan?" Membaca itu, Raisa jadi memiliki ide untuk ikut dengan Hardiansyah saat Hardiansyah pergi nanti. Dengan begitu, Raisa bisa lebih dekat dengan Dinara dan Raisa juga sangat yakin, orang yang bisa membantunya adalah Dinara."Baiklah, aku harus mengenalnya dan dekat dengannya. Dengan begitu, aku akan punya alasan untuk keluar dan mendekatkan diri pada wanita itu." Raisa bermonolog seraya mengembalikan ponsel Hardiansyah.Tak lama, Hardiansyah pulang ke rumah dengan diantar oleh Sandra.

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 81

    "Temui aku di kantor sekarang juga." Arka menghubungi Sandra dan memintanya segera datang."Oke." Singkat Sandra tersenyum seakan dia menang. Di kantor Arka, tepatnya di dalam ruangan Arka."Bagaimana, Sayang? Aku sudah datang," ujar Sandra mendekat ke arah Arka hendak menggodanya. Namum, bukannya tergoda oleh Sandra, Arka malah terlihat jijik dan menghindari sentuhannya."Duduk di sana." Pinta Arka menunjuk ke arah kursi yang ada di seberang mejanya.Sandra tidak menjawab dan hanya menuruti perintah Arka. Setelah Sandra mendudukkan bokongnya. Barulah obrolan berjalan."Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Sandra memulai obrolan karena Arka tak kunjung memulai obrolan."Aku ingin kamu lakukan tes ulang, bukan di rumah sakit yang sama." Pinta Arka secara blak-blakan membuat Sandra sedikit terkejut namun Sandra masih tetap memaksa senyum."Ternyata kamu masih belum percaya aku ya. Bagaimana kalau aku menolak?" Sandra memastikan apa yang saat ini muncul di otaknya.Kalau b

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 80

    Setelah mandi dan berpakaian, Raisa kembali mendudukkan bokongnya ke bibir ranjang dan menggulung rambutnya tanpa menggunakan apapun. Wangi khas yang semerbak dari Raisa tercium dalam oleh Hardiansyah.Aroma tubuh Raisa bercampur dengan aroma segar dari sabun yang Raisa gunakan selalu menjadi favorit Hardiansyah.Hardiansyah membuka matanya dan bergerak mendekati Raisa, memeluknya lalu menarik tubuh Raisa hingga tubuh Raisa ambruk di atasnya."Temani aku sebentar, Sayang. Tetap dalam posisi ini, ya." Pinta Hardiansyah memejamkan matanya lagi dan mengunci posisi Raisa yang ambruk di atasnya."Tapi aku sudah tidur tadi. Aku gak pengen tidur lagi," ujar Raisa merasa tidak nyaman dengan posisinya sebab tangan Hardiansyah terlalu erat memeluknya.Merasakan ketidaknyamanan Raisa, Hardiansyah segera menaruh tubuh Raisa ke sampingnya dan memeluknya erat."Sebentar saja," ujar Hardiansyah sedikit memelas dengan suara seksinya yang Raisa pun tidak mampu menolaknya selain hanya menghela nafas pa

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 79

    Di apartemen Sandra."Bagaimana cara kamu melakukannya? Dan soal tadi, terimakasih ya, kamu menyelamatkan aku." Hardiansyah duduk santai di atas sofa memperhatikan Sandra yang baru saja selesai mandi dan bergerak ke sana-kemari tanpa busana.Sandra tersenyum licik. "Kamu mau tau bagaimana caranya?" Wanita jahat itu berjalan ke arah Hardiansyah dengan wajah menggoda kemudian duduk di pangkuan Hardiansyah sedang Hardiansyah hanya diam saja."Aku tidur dengan dokter itu. Aku menjadi selingkuhannya hahaha. Bagaimana menurutmu?" Sejenak Hardiansyah panas dan jijik, tapi Hardiansyah juga harus sadar diri dengan keadaan mereka semua dan status mereka."Apa menurutmu dia merasa puas olehmu? Kamu bisa?" Hardiansyah tampak meremehkan Sandra dari raut wajahnya."Tentu saja. Malah aku yang kurang puas. Aku hanya puas denganmu saja, Sayang. Bagaimana kalau kita," goda Sandra mengajak Hardiansyah."Aku lelah. Aku tadi baru main sama Raisa." Hardiansyah membalas balik melihat reaksi Sandra yang sek

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 78

    Sesampainya di rumah setelah berdiaman di dalam mobil. Dengan wajah murung Raisa masuk ke dalam rumah lalu langsung masuk ke dalam kamar dengan membantingnya.Raisa tidak ingin Hardiansyah masuk ke dalam kamar, oleh sebab itu Raisa mengunci pintu kamar. "Aku harus cari sesuatu yang bisa membantuku mengetahui siapa aku." Pikir Raisa membongkar isi kamarnya sedang Hardiansyah mencoba membuka pintu dengan membujuk Raisa. Tapi Raisa tidak mendengarnya sama sekali."Bagaimana ini bisa terjadi? Kalau begini terus, semuanya bisa berantakan." Pikir Hardiansyah menjambak rambutnya kesal."Untung aja Sandra datang di saat yang tepat. Setelah mengurus anak ini, aku akan segera menemui Sandra." Hardiansyah harus menyusun rencana ulang. "Baiklah, aku harus buat Raisa tidur dulu, aku akan kurung dia sebentar di rumah, lalu aku akan pergi menemui Sandra." Tidak ingin menggunakan cara kekerasan, Hardiansyah mencari kunci cadangan pintu kamarnya untuk membuka pintu. Hardiansyah punya beberapa, jad

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 77

    "Aku seperti mengenal wanita itu. Aku merasa familiar dengannya," jawab Raisa jujur."Baiklah. Sekarang fokus sama kesehatan kamu dulu ya. Dokter dan perawat uda siap. Kamu juga bersiaplah," ujar Hardiansyah memberi arahan pada Raisa.Raisa menurut dan proses pemeriksaan segera berjalan. Hardiansyah diam berdiri memperhatikan Raisa di samping dokter yang memeriksanya menggunakan alat medis yang cukup canggih.Dari layar monitor, terlihat bentuk tengkorak kepala Raisa dan Hardiansyah yang tidak mengerti apapun hanya diam saja melihat dokter membuat catatan di bukunya sambil melihat monitor tersebut.Setelah beberapa saat, pemeriksaan selesai. Hardiansyah dan Raisa diminta menunggu di ruang tunggu sedang dokter membuat rincian dan menganalisa hasil pemeriksaan kepala Raisa."Sayang, aku pasti baik-baik aja kan?" Tanya Raisa pada Hardiansyah yang sejak tadi hanya diam saja memikirkan sesuatu."Aku berharap seperti itu, Sayang." Hardiansyah tersenyum memaksa. Waktu sudah menunjukkan puku

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 76

    Drtttt... Drtttt ...Hardiansyah menyadari merasakan ponselnya bergetar dari bawah bantalnya, namun karena Hardiansyah sangat mengantuk akhirnya Hardiansyah memilih untuk mengabaikan ponselnya. Pasalnya Hardiansyah baru saja berhasil terlelap setelah mengalami beberapa drama singkat.Sedang di ujung dunia lain, Sandra terlihat sangat kesal karena panggilannya tidak dijawab oleh Hardiansyah."Kenapa dia tidak menjawab telepon ku? Biasanya dia selalu menjawab dengan cepat. Apa dia,-" Sandra mulai menduga-duga."Tidak, ini tidak bisa terjadi. Enak saja dia." Sandra mengomel seraya terus berusaha menghubungi Hardiansyah. Namun baru sekali deringan, panggilan Sandra ditolak. Membuatnya sakit hati dan bertambah kesal hingga Sandra melempar ponselnya ke atas lantai."Sialan!" Makinya tidak senang.Sedang di tempat lain, Hardiansyah merasa terganggu dengan getaran ponselnya yang juga membuat Raisa terbangun. Malas dengan drama mereka, Hardiansyah akhirnya menolak panggilan Sandra dan segera

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 75

    "Iri denganku? Hah, apa yang bisa dia iri kan dari aku? Aku penyakitan gini, selalu nyusahin orang," jawab Raisa terkekeh mengasihani dirinya sendiri."Huss, Sayang.. Jangan ngomong gitu ah, aku gak suka. Kamu itu gak nyusahin aku kok." Dengan cepat Hardiansyah yang peka dengan perkataan Raisa memeluknya hangat membuat Raisa tersenyum menyeringai."Kalau gitu, aku boleh gak, minta kamu jangan terlalu dekat dengannya dan jangan sering bertemu dengannya? Jujur saja, aku cemburu." Raisa melancarkan rencananya dengan sangat baik."Aku tau, dia temanmu, mungkin kalian juga lebih dulu kenal dari kamu kenal aku. Tapi Sayang, aku kan wanita kamu." Sambungnya lagi sebelum Hardiansyah menjawab.Sedang Hardiansyah entah kenapa menjadi degdegan setelah perlakuan dan ucapan Raisa ini. Hardiansyah diam menatap Raisa seraya menelan ludah kasar. Hardiansyah sadar perasaannya kian berubah karena kehadiran Raisa. Tujuannya bisa goyah. Di sisi lain, Hardiansyah juga tidak bisa berhenti dari perjalanann

  • Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris    Bab 74

    Setibanya di rumah sakit. Hardiansyah dengan cepat segera menggendong Raisa masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang UGD diikuti oleh para perawat yang siap siaga ketika melihat Hardiansyah."Bapak dan ibu harap tunggu di luar saja ya. Saya akan segera memanggil dokter." Perawatan tersebut meminta agar Hardiansyah dan Sandra keluar dari ruangan ketika Raisa sudah berada di atas ranjang.Hardiansyah dan Sandra menurut. Mereka segera keluar bersama dengan perawat yang akan pergi memanggil dokter tersebut. "Hufttt, menyusahkan saja. Kenapa sih gak dari dulu aja kita lenyap kan dia? Ini juga gara-gara kamu ya." Keluh Sandra pada Hardiansyah.Sedang Hardiansyah yang lelah juga khawatir pada Raisa memilih untuk diam dari pada harus menjawab Sandra yang selalu memarahinya. Apalagi saat ini wanita gila itu sedang mengandung anaknya.Tak lama, dokter datang bersama perawat yang memanggilnya. Hardiansyah hanya bisa berdoa kali ini agar Raisa baik-baik saja.Beberapa waktu kemudian, pintu ru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status