Share

Sekretaris Kesayangan Tuan Tristan
Sekretaris Kesayangan Tuan Tristan
Author: Vanilla_Nilla

Bab 1. Kejutan Ulang Tahun yang Gagal

“Huft! Berapa lama lagi aku akan selesai bekerja?”

Stella menatap layar komputernya dengan mata yang lelah. Hari ini telah berlalu begitu panjang di kantor, tapi pikirannya masih terbelenggu pada rencana spesial yang telah ia susun dengan hati-hati selama beberapa minggu terakhir. Hari ini adalah ulang tahun Ramon, kekasihnya, dan Stella tak ingin melewatkan momen spesial tersebut.

“Stella, sudah pulang?” tanya rekan kerjanya, Maya, yang melintas di depan meja kerjanya.

“Ya, Maya. Aku akan pulang sebentar lagi. Ada sesuatu yang harus aku lakukan di rumah,” jawab Stella sambil tersenyum tipis.

Maya mengangguk mengerti dan melanjutkan langkahnya. Stella segera menutup laptopnya, mengambil tasnya, dan bergegas meninggalkan kantor.

Sesampainya di kontrakan, wanita yang memiliki rambut panjang itu segera menuju ruang makan. Ia melepas sepatu high heels dan memakai sandal rumah, kemudian meletakkan tas kerjanya di atas meja.

Matanya menjelajahi isi kulkas dan senyum manis terukir di wajahnya ketika melihat kue black forest berbentuk love yang ia buat dengan sepenuh hati masih terlihat cantik di dalam kulkas. Dengan hati-hati, Stella mengeluarkan kue tersebut.

“Syukurlah, kuenya masih terlihat bagus,” gumamnya sebelum kembali menutup kulkas.

Jarum pendek dari jam tangannya menunjukkan pukul 21:35 malam, dan Stella harus segera bergegas pergi menuju rumah kekasihnya, Ramon. Ia langsung mengambil kado yang sudah ia beli sebelumnya dan keluar dari kontrakannya.

Rumah Ramon memang tidak terlalu jauh dari kontrakan Stella. Meski begitu, Stella harus menempuh perjalanan selama 15 menit dengan berjalan kaki. Ia bergegas menuju rumah Ramon, tapi ditengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun begitu deras.

“Aduh, kenapa hujan tiba-tiba turun? Aku harap kue ini tidak rusak!” gumamnya cemas.

Stella panik. Ia melindungi kue yang dibawanya dengan jaketnya agar tidak basah dan hancur. Wanita yang memiliki tubuh ramping itu berlari agar hujan tidak terlalu mengenai dirinya dan juga kue tersebut.

Visualisasi kue yang sudah disiapkannya dengan rapi dan sepenuh hati tidak akan lagi terwujud dengan baik jika hujan terus turun seperti ini. Stella merasa semakin cemas dan gelisah dalam melangkah.

Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya Stella sampai di depan rumah Ramon. Dia merasa sangat senang dan bersemangat. Stella membuka jaketnya, mengambil kue dan hadiah dari dalamnya dan mengeceknya beberapa kali untuk memastikan semuanya dalam keadaan yang baik.

“Semoga Ramon sangat senang dengan kejutannya. Aku ingin melihat senyumnya dan mendengar suaranya ketika ia melihat kue dan hadiah ini,” ungkap Stella begitu antusias.

Tok! Tok! Tok!

Stella sudah beberapa kali mengetuk pintu rumah kekasihnya, tetapi tidak ada respons. Akhirnya, karena merasa lelah, Wanita cantik itu memutar handle pintu tersebut dan ternyata pintunya tidak terkunci.

“Pintunya tidak dikunci, tapi kenapa Ramon tidak membukanya? Mungkin dia tidak mendengar,” gumam Stella sambil masuk ke dalam rumah tersebut.

Setelah itu, Stella melangkah dari satu ruangan ke ruangan lainnya sambil mencari Ramon. Namun, saat ia melihat pintu kamar yang terbuka, senyum manis yang mewarnai wajahnya berubah menjadi kesedihan. Ternyata Ramon sedang berciuman dengan seorang wanita.

Hati Stella hancur. Semua mimpi indah untuk memberikan kejutan ulang tahun pada Ramon kini hancur sudah. Dia merasa kecewa dan sakit hati.

Seketika, kue yang ada di tangan Stella terjatuh ke lantai begitu juga dengan kado yang ia bawa.

Ramon menghentikan pergulatannya ketika mendengar suara benda terjatuh, sepasang matanya membulat sempurna ketika melihat Stella yang ada di hadapannya.

“Stella ....”

Stella hanya merasa kecewa dan tertekan dengan semua yang terjadi. “Apa yang terjadi? Siapa dia?” Stella bertanya dengan suara yang gemetar.

“Aku adalah pacarnya Ramon. Kamu siapa?” Wanita itu dengan dingin bertanya sambil merasa kesal dengan kehadiran Stella.

Stella semakin merasa kecewa dan rasa kecewa itu makin menjadi-jadi ketika wanita itu menyebut dirinya sebagai pacar Ramon. Hatinya bergetar dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Stella tidak mampu mengucapkan kata-kata apa pun. Hatinya hancur dan ia tidak bisa menahan air matanya. Semua yang telah dibangun selama ini hanya omongan kosong belaka?

“Pacar?” Stella menatap Ramon dengan perasaan yang sangat kecewa. “Sejak kapan kamu memiliki pacar di belakangku?”

“Stella, aku bisa menjelaskan ...” Ramon memotong pembicaraan Stella.

“Apa yang harus kamu jelaskan? Silakan, aku akan mendengarkan.” Stella merasa tidak tahu bagaimana cara berbicara dengan Ramon.

Mira memegang lengan Ramon yang ingin memberikan penjelasan. “Kamu tidak perlu memberikan penjelasan apa pun.”

Mira menatap ke arah Stella. “Dengar baik-baik, aku dan Ramon telah menjalin hubungan selama satu tahun, dan Ramon tak perlu menjelaskan apa pun kepadamu.”

“Benarkah? Selama satu tahun itu, kau mengkhianati diriku, Ramon?”

“Siapa yang tahan bila memiliki pacar yang tidak pernah perhatian dan egois seperti kamu?!” sungut Mira dengan nada tinggi.

“Diam! Aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada Ramon!” sergah Stella yang kesal ketika Mira terus saja menyela percakapan tersebut.

“Stella, maafkan aku. Apa yang dikatakan Mira memang benar,” ujar Ramon dengan pandangan menunduk, tak mampu menatap Stella.

“Kalau begitu, kenapa kamu tidak bilang kepadaku? Setidaknya, kamu bilang bila kamu tidak suka dengan sikapku. Setidaknya, kamu bilang bila sudah tak mencintaiku lagi. Tapi, bukan begini caranya, Ramon!”

“Aku tahu diriku salah, aku mohon maaf.”

“Maaf, maaf, dan maaf? Apa memohon maaf adalah satu-satunya hal yang bisa kamu katakan? Apa kamu pikir kata maaf itu bisa menyembuhkan hatiku yang terluka? Kamu adalah lelaki brengsek yang pernah kutemui. Aku menyesal pernah menerima cintamu. Mulai sekarang, detik ini juga, kita putus!” ucap Stella lantang dengan nada yang meninggi.

“Stella!” Ramon berteriak ketika melihat Stella pergi begitu saja dari hadapannya.

Malam ini, Stella menyadari bahwa kejutan ulang tahun yang telah dipersiapkan dengan susah payah untuk Ramon telah berubah menjadi kejutan pahit yang tidak akan pernah ia lupakan. Cinta yang awalnya tumbuh subur antara mereka kini retak dan rapuh. Setelah hatinya terkoyak, akhirnya Stella memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Stella merasa dunia sedang runtuh di hadapannya. Hatinya terluka setelah kekasihnya, Ramon, mengkhianatinya. Selama satu tahun mereka menjalin kasih, selama itu pula, Ramon mengkhianatinya.

Stella berjalan di tengah hujan rintik-rintik. Dia merasa begitu rapuh dan lemah di bawah guyuran hujan. Tubuhnya terasa basah, dan hawa dingin malam semakin memperparah situasinya. Namun, Stella tidak peduli. Dia membutuhkan waktu untuk merenung dan memikirkan apa yang terjadi padanya.

“Kenapa dia harus menyakitiku?” gumamnya dengan suara lirih sambil menangis. Stella tak bisa mengerti mengapa Ramon melakukannya, padahal dia hanya mencintainya dengan tulus. Dia mempertanyakan apakah Ramon benar-benar mencintainya atau hanya memanfaatkannya saja?

Stella terus berjalan tanpa arah. Tiba-tiba, dia tersandung batu dan jatuh di air yang bercampur lumpur. “Aduh!” teriaknya kesakitan ketika tubuhnya terjatuh ke aspal. Namun, dia tidak peduli. Dia hanya terus meratapi hatinya yang terluka dan tidak memperhatikan sekitarnya.

Tanpa peringatan, sebuah mobil muncul seketika di hadapannya dengan kecepatan yang tinggi, membuat dirinya terkejut dan berpikir mungkin inilah hari terakhirnya di dunia ini.

Beep, Beep!

Klakson dari mobil tersebut menggema dengan keras, decitan ban dan aspal terdengar berulang kali. Mobil itu hampir menabrak Stella, tetapi sopirnya berhasil menghindar pada saat yang tepat.

Srak!

“Ada apa ini? Kenapa kamu tiba-tiba ngerem mendadak?”

“Maaf, Tuan. Sepertinya kita menabrak orang.”

Helaan napas berat terdengar dari Tristan, ketika ia mendengar bila sopirnya menabrak seseorang.

Tanpa menunggu lama, sang sopir pun turun dari mobil dengan membawa sebuah payung, beberapa saat kemudian, ia kembali lagi ke mobil dengan perasaan cemas.

“Tuan, kita benar-benar menabrak seseorang.”

“Apa?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status