Share

Sekretaris Kumal Idaman Presdir
Sekretaris Kumal Idaman Presdir
Penulis: Els Arrow

Memergoki Perselingkuhan

"Kamu hamil?"

Aldara langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati suaminya tengah berbincang dengan seseorang di seberang telepon. Wanita itu mengernyit, ia semakin mencondongkan tubuh agar bisa menguping pembicaraan suaminya.

"Baiklah, aku akan ke apartemen setelah ini. Kamu tunggu aku, ya."

Saat Rangga mematikan sambungan telepon, Aldara langsung muncul dari balik dinding tempat persembunyiannya.

"Siapa, Mas?" tanyanya, membuat Rangga sontak menghentikan gerakan tangan mengeluarkan baju dari lemari.

"Atasan di kantor," sahut Rangga datar, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya seolah tak terjadi apa-apa. "Aku ada perjalanan bisnis ke luar kota selama tiga hari."

"Kok tiba-tiba? Ke kota mana?"

"Tidak usah banyak tanya!" sentak Rangga, raut wajahnya tampak tidak senang. "Tunggu saja di rumah."

"Aku nggak boleh ikut, Mas?"

Rangga membalikkan tubuh dan menelisik penampilan wanita yang sudah dinikahinya selama lima tahun itu. Sorot matanya menyiratkan rasa jijik, tampak dari keningnya yang mengerut dan bibir mencebik kesal.

"Ngapain? Mau bikin aku malu dengan penampilan kamu itu?” tanya Rangga sambil mendengkus. “Seharusnya kamu sadar, Dara, alasanku tidak pernah mengajakmu pergi ke mana-mana. Selain penampilanmu yang tidak enak dipandang, wajahmu juga ... ah, sudahlah! Kamu bisa lihat sendiri di kaca!"

"Tapi, Mas, tadi aku—"

"Sudah! Kamu nurut saja kalau aku suruh diam di rumah!" Rangga menarik resleting koper dan lekas membawanya turun dari ranjang, kemudian berlalu dari hadapan Aldara.

Aldara merasa sesak. Ini bukan pertama kalinya Rangga menghinanya masalah penampilan. Padahal ia tidak berdandan karena ingin menghemat jatah bulanan yang diberikan suaminya itu.

Aldara memutuskan untuk mengikuti Rangga setelah mobilnya meninggalkan halaman. Ia tidak bisa berdiam diri setelah mendengar pembicaraan yang mencurigakan itu.

Di dalam taksi, Aldara semakin gelisah saat mobil milik suaminya berhenti di salah satu apartemen mewah yang terletak di pusat kota.

Aldara segera ikut turun. Langkah kakinya mengendap-endap mengikuti Rangga dari belakang, memberi jarak aman agar tidak ketahuan. Ia gegas bersembunyi di balik pot besar yang terletak tepat di sisi kiri lift. Dari sini netranya dapat melihat jelas gerak-gerik pria bertubuh tambun itu.

"Sebenarnya dia mau bertemu siapa? Tidak mungkin kalau ...." Aldara bergumam harap-harap cemas. Hatinya sungguh tidak tenang. 

Sampai akhirnya pintu lift terbuka dan keluarlah seorang wanita berpakaian terbuka yang langsung menghambur ke dalam pelukan Rangga.

Aldara berdiri mematung sambil mengepalkan tangan erat. Rahangnya mengeras saat melihat suaminya mencium kedua pipi dan juga kening wanita itu dengan mesra.

“Ya Tuhan ….”

Meskipun sebelumnya sudah curiga, tapi hatinya tetap terasa nyeri melihat pemandangan di depan mata. Aldara bersandar pada dinding karena tidak sanggup menahan bobot tubuhnya sendiri. Kakinya terasa lemas dan gemetar.

Kepercayaan yang selama ini dibangunnya langsung runtuh seketika. Lima tahun menemani Rangga dari saat-saat pria itu terpuruk hingga kini posisinya menjadi manager, nyatanya tidak membuat pria itu setia.

‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi!’

Aldara segera menghapus pipinya yang basah oleh air mata dan diam-diam mengikuti saat kedua insan itu masuk ke dalam lift. Beruntung ia sempat melihat lantai berapa tujuan mereka.

Bola matanya menelisik ke lorong-lorong unit begitu sudah keluar dari lift. Aldara mendapati ternyata suaminya baru saja masuk ke dalam salah satu unit bersama wanita tadi.

Aldara menelan ludah sebelum mengayunkan tangan dan mengetuk pintu dengan hati yang masih terasa panas.

Tidak seberapa lama, pintu terbuka dan muncullah seorang pria bertelanjang dada dan hanya ada handuk yang membelit pinggulnya.

"Al-Aldara?" gumam pria itu dengan suara terbata.

Pandangan keduanya terkunci. Rangga tampak terkejut, gelagapan melihat istrinya yang berdiri tanpa suara.

Aldara hampir menumpahkan air mata lagi melihat penampilan suaminya, tetapi ia tahan sekuat mungkin. 'Haram hukumnya aku menangis untuk laki-laki sampah seperti dia!' batinnya menguatkan diri.

"Siapa, Sayang?"

Aldara langsung menoleh ke dalam unit apartemen.

"Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, Dara," ucap Rangga yang membuat pandangan Aldara kembali fokus ke arahnya.

"Kenapa? Takut kalau kebohonganmu ini terbongkar? Ini yang kamu bilang perjalanan bisnis? Tega kamu membohongi aku, Mas!" pekik Aldara dengan suara tertahan.

"Siapa, sih, Sayang?" Belum sempat pria itu menjawab, suara seorang wanita kembali terdengar dan kini sosoknya sudah berdiri di hadapan Aldara dengan menggamit lengan Rangga.

Alih-alih terkejut, bibir merah wanita itu justru mengulas senyum lebar. Ia hanya menggunakan handuk yang dililitkan di bawah ketiak, membuat pikiran Aldara semakin lari tak tentu arah. Apalagi saat netranya menangkap bercak merah di leher jenjang dan dada bagian atas wanita itu.

"Oh, jadi ini wanita murahan yang kamu jadikan selingkuhan?" dengus Aldara dengan suara dingin dan merendahkan. “Menjijikkan!”

"Jaga ucapanmu, Aldara!” tegur Rangga, membuat Aldara menganga tak percaya.

Sudah kepergok pun suaminya masih sempat membela wanita itu?!

Kemenangan terang terpancar dari wajah wanita yang semakin menggelayut manja di lengan Rangga. “Namaku Clarissa, Mbak. Aku rekan kerja sekaligus calon istrinya Mas Rangga," jawabnya dengan memamerkan senyuman lebar.

Benar-benar tidak tahu malu!

Aldara sampai tak sanggup berkata-kata. Ia merasakan dadanya seperti dihantam tombak tak kasat mata yang langsung menghancurkan hatinya.

Rasanya perih sekali melihat pemandangan ini, apalagi ia harus menahan matanya yang sudah memanas dan siap untuk menangis.

"Calon istri?" tanyanya dengan suara bergetar, meminta jawaban kepada Rangga.

"Iya, Dara. Mumpung kamu sudah tahu, sekalian saja hal ini aku katakan,” ucap Rangga. “Clarissa sebentar lagi akan melahirkan keturunanku, hal yang sudah aku tunggu selama lima tahun ini dan kamu tidak bisa memberikannya. Aku akan menikahi Clarissa secepatnya. Itu artinya aku menceraikanmu."

Aldara bungkam. Suaranya seperti tertelan oleh tenggorokan. Samar-samar ia mendengar suara Clarissa terkikik geli, menertawakan dirinya.

"Sabar, ya, Mbak Aldara. Kamu jangan bersaing sama aku, karena kamu sudah kalah dalam segala hal. Aku bisa hamil, sementara kamu tidak. Aku cantik dan terawat, sementara kamu kumal dan buruk rupa." Clarissa kembali melepas gelak tawanya. "Oh, maaf. Aku keceplosan," ucapnya lagi sambil menutup mulut dengan tangan.

"Aldara Maharani, mulai detik ini aku menceraikan kamu dan kita sudah tidak terikat hubungan suami istri. Untuk berkas-berkasnya, silakan kamu urus sendiri ke pengadilan!"

Rangga langsung menggandeng tangan Clarissa untuk masuk ke dalam, meninggalkan suara debum keras dari pintu yang dibanting hingga membuat Aldara terlonjak kaget.

Rahangnya mengetat sempurna bersama urat-urat lehernya yang mulai nampak. Belum selesai rasa kecewanya melihat Rangga bersama perempuan lain, sekarang ia harus menerima fakta suaminya menceraikannya dan langsung melepas tanggung jawab.

'Lihat saja, Mas! Luka yang kamu torehkan di hatiku, pasti akan menuntut karma suatu saat nanti!' batin Aldara seraya beranjak pergi dari sana dengan langkah lebar.

Namun, langkahnya terhenti saat ponselnya tiba-tiba berdenting.

Aldara mengambil benda pipih itu dan membaca sebuah pesan yang membuat matanya yang sembab seketika membelalak lebar.

Pada detik berikutnya, bibirnya terangkat membentuk seulas senyum puas. Tatapan matanya berkilat, menunjukkan sebuah tekad.

“Kamu pikir bisa membuangku begitu saja?” Aldara mendengus. “Teruslah bermimpi, Mas Rangga. Akan kubalas pengkhianatanmu berkali lipat!”

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Sun fatayati
semangat dara... tunjukkan kalau wanita itu kuat
goodnovel comment avatar
princeskinan49
sakit hati pasti liat suami berselingkuh
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
Kesel bgt sama si Rangga.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status