Share

Bukan Jomblo

#SekPri_

Sekretaris Pribadi 8

Like dulu sebelum baca 🙏

Bab 8

Aku bukan Jomblo

Hujan rintik masih menyapaku pagi ini, ketika turun dari taksi online yang mengantarku berangkat kerja. Bara tidak bisa mengantar karena hujan. Biarlah, dia sedang sibuk bikin skripsi nanti kalau sakit kan kasihan. Aku saja yang mengalah, biar sakit gapapa demi Bara.

Aku segera berlari memasuki area kantor sekaligus pabrik makanan ringan ini. Tiga puluh menit aku terlambat.

Hujan yang turun di pagi hari menghambat aktivitasku. Pagi ini terpaksa aku memesan taksi online biar nggak kehujanan, tapi apes malah ke jebak macet.

Menaruh tas di ruangan aku lalu mengambil buku dan gegas ke ruang Bu direktur, Ibu Susan.

“Selamat pagi, Bu.” Sapaku saat memasuki ruangan. Eh! ada Alex di sini. Dia sudah pulang rupanya. Dadaku langsung berdebar. Ish!

“Pagi, Pak Alex.”

Alex yang sedang duduk mendongak padaku. Sungguh, aku tak bisa menyembunyikan binar di mata ini, aku senang sekali bertemu dia! Apa-apaan ini, Kenapa sepertinya hormon oksitosin di tubuhku bergejolak? Hihh, Duda satu ini beneran meresahkan hatiku.

“Duduk, Vy.” Bu Susan menyuruhku duduk.

Alex langsung berdiri, memberikan tempat duduknya padaku. Seperti biasa, senyum Alex penuh arti. Membuatku curiga, pasti dia sedang merencanakan sesuatu untukku.

“Ternyata, dulu kamu pernah jadi Sekretaris-nya Alex ya, Lovy.”

“I_iya, Bu.”

Aku melirik Alex, ngapain dia cerita sama Mamanya.

“Kok, kamu nggak pernah bilang sama saya, Vy.”

Bu Susan, tersenyum. Matanya menatapku. Alex sudah cerita apa aja nih, sama Mamanya. Mencurigakan.

“Kan di email lamaran saya ada, Bu.” Kataku pelan.

“Ya itu, saya nggak menyeleksi lamaran, Alex yang milih.”

Netraku melayang ke Alex. Ooh, ternyata dia yang menyeleksi lamaran. Tentu saja dia memilihku lagi, karena dia ada maunya. Alex ingin aku momong anaknya, duda songong, tapi pintar. Aku aja yang sial, keluar kandang Singa, masuk kandang Macan! Huh!

“Begini Lovy, Alex barusan bilang sama saya dia butuh sekretaris untuk membantunya di kantor dan dia meminta kamu kembali ke kantornya.”

Untuk ke sekian kalinya, aku harus menoleh ke Alex. Ada udang di balik bakwan apa lagi ini? Tinggal buka lowongan pekerjaan, nanti banyak yang melamar, kenapa harus aku?

“Mau ya, Vy?” Alex menganggukkan kepalanya padaku, netranya mengerjap seperti kode agar aku mau. Aku bisa apa? Alex meminta, Mamanya setuju dan dua-duanya Boss-ku. Tapi ku pikir, lebih baik aku pindah ke kantornya Alex saja lah, kantor Alex lebih dekat dengan rumah kost-ku. Bisa ngirit biaya transport. Bensin motor Bara juga ngirit.

“Kamu Sekretaris pintar, Vy, sebaiknya kamu berada di kantor Alex saja. Di sana relasinya banyak, hubungannya luas. Siapa tahu, kamu bisa dapat jodoh di sana, kan asyik tuhh ....” Bu Susan, tersenyum lebar. Dia sedang menggodaku. Wajahku memanas seketika karena ada Alex. Seolah aku merasa Bu Susan sedang menjodohkan aku dengan Alex.

“Ehemm.” Suara Alex berdehem. Ngapain sih dia, aku melirik jahat. Bibirku manyun dikit. Ibu sama anak kok sama saja. Apa aku juga harus jadi bagian dari keluarga songong ini?

“Gimana, ya ...”

Aku pura-pura bimbang. Palingan nanti aku juga di suruh momong baby Azka. Sama aja di sini dan di sana.

“Ntar aku naikin gajinya.” Kata Alex tiba-tiba.

Hehe, ini yang ku tunggu. Naik gaji. Biar aku nggak ngomel kalo di suruh momong anaknya. Gapapa nyambi momong, yang penting duitku banyak. Karena bebanku bertambah, yaitu cicilan motor Bara.

“Mau deh,” Jawabku cepat. Aku ketawa dan menganggukkan kepalaku.

[Satu lagi, cewek mata duitan. Begitu pikir Alex ]

“Ya sudah, kamu ikut Alex sana.”

“Sekarang, Bu?” tanyaku heran. Bu Susan mengangguk.

“Tapi pekerjaan saya di sini, belum selesai Bu.” Aku ragu.

“Gapapa, nanti saya cari sekretaris baru saja. Yang penting, Sekarang kamu urus Alex dulu.” Bu Susan berdiri dan berjalan keluar.

“Saya mau ke pabrik dulu”

Nah kan bener, aku di suruh ngurusin anaknya si Duda songong ini.

“Ayo, Vy.” Alex mengajakku keluar.

“Ntar dulu, beneran di naikin gaji nih Pak?” tanyaku, takut di PHP Alex.

“Beneran dong, tapi ada syaratnya.”

“Apaan?”

“Nanti Vy, masih aku pikirin.”

Oke lah, siapa takut. Aku mengikuti Alex ke luar ruangan dan memasuki ruanganku sendiri, mengambil tas dan berjalan di samping Alex. Ku lirik dia, ahhh Mas duda ganteng ….

Asyiik aku jadi sekretaris Alex, si duda songong lagi. Eh!

**

[Bara, aku Sekarang balik lagi ke kantornya Pak Alex.]

Ku kirim pesan singkat ke nomor Bara. Pasti dia senang, kan kantor Alex deket, irit bensin juga.

[Kok bisa?] Bara membalas.

[Ternyata, Pak Alex itu anaknya Bu Susan, jadi aku di pindah ke sini.] Membalas WA dari Bara, dengan menambahkan emot ketawa, biar dia tahu, aku lagi senang.

[O]

Aku melihat layar ponselku agak lama. ‘O’ gitu doang jawabnya? Nggak mutu!

Tuut tuut …

Suara telepon intercom di mejaku. Aku segera mengangkat. Dari Pak Alex, dia menyuruhku ke ruangannya.

“Ada apa, Pak.” Tanyaku.

“Vy, tolong cariin file kontraknya PT. Wijaya Prima dong.”

“Baik, Pak.”

Aku menggunakan komputer yang ada di ruangan ini. Pak Alex mengambil kursi dan duduk dekat di sampingku.

Wangi parfum Pak Alex, mampir di hidungku. Ihh, bikin konsentrasiku bubar aja. Deg-deg-an rasanya di dekati Boss Alex. Tanganku jadi kaku.

“A_Azka ke mana Pak.”

Aku berusaha santai dengan menanyakan kabar Azka. Memang udah lama aku tidak lihat dia.

“Ada di rumah Mama. Tapi nanti sore aku bawa pulang, kenapa?”

“Kangen aja,” Jawabku.

“Kalau gitu, nanti sore main rumahku, yuk.”

Aku menoleh Pak Alex, ku lihat matanya membulat, sepertinya dia ingin aku bilang iya.

“Jangan Sekarang Pak, soalnya nanti sore, saya di jemput pacar saya.”

“Oh.”

Alex langsung diam. Aku menggigit pelan bibir dan lanjutkan lagi pekerjaanku.

Biarlah Alex tahu yang sebenarnya, kalau aku ini sudah punya pacar. Bukan jomblo, apalagi jones, jomblo ngenes.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ahmad Gunawan
koinnya mahal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status