Share

BAB 2 – Ernest Mars

Di tempat lain. Klien yang sebelumnya meminta pertemuan dengan Anna akhirnya tiba di sebuah restoran yang telah AW Organizer persiapkan. Setelah meminta pengertian klien itu, Anna menyerahkan tugasnya kepada asisten sekaligus sahabatnya-Rosy Woods-untuk menangani masalah perancangan pernikahan kliennya.

Rosy yang telah tiba di restoran itu sejak lima belas menit yang lalu cukup terkejut melihat klien yang memasuki ruangan khusus pertemuan itu.

‘Sial, dia tampan dan seksi!’ pikirnya sembari memperhatikan setiap inci wajah pria itu dan gestur tubuhnya. Dengan sedikit gugup, Rosy berdiri dan menampilkan senyum terbaiknya untuk menyapa klien pentingnya itu.

“Selamat pagi, Tuan. Saya Rosy Woods dari AW Organizer yang akan membantu perancangan pernikahan Anda.” Ucapnya dengan mengulurkan tangan pada pria itu.

“Ernest Mars.” Balas pria itu dengan singkat dan ekspresi acuh tak acuhnya. Rosy hanya tersenyum tipis dan mempersilahkan Ernest duduk lalu memanggil pelayan untuk menyiapkan minuman untuknya dan juga Ernest.

“Apa kau sudah menunggu lama?” Ernest menatap Rosy yang duduk di depannya dengan tatapan intens dan membuat Rosy gugup dengan pipi memanas, sedikit kesulitan menatap pria itu untuk menjawabnya., terlebih melihat tatapan intens pria itu yang seolah menelanjanginya membuat Rosy mau tak mau merasa kesulitan bernapas, “tidak, tuan Mars. Saya tiba di sini hanya beberapa menit sebelum Anda tiba. Jadi, itu bukan masalah.”

Rosy menyelamati dirinya sendiri yang berhasil untuk tetap bersikap profesional di depan Ernest tanpa menunjukkan kegugupannya. Bisa dibilang ia penggemar pria tampan, apalagi ketampanan Ernest di atas rata-rata. Ia yakin Ernest merupakan salah satu pria paling tampan di Boston yang pernah ia temui. Namun sayang sekali bahwa pria tampan ini sudah memiliki pasangan dan akan segera menikah. Rosy merasa pahit di dalam lidahnya menyadari fakta itu.

Ernest hanya mengangguk sebagai tanggapan. Rosy sedikit kehilangan kata-kata mendapat respon yang sikat seperti itu, ia sedikit kesulitan dalam memilih kata untuk membuka diskusi mereka. Akhirnya, dengan mengumpulkan keberaniannya, Rosy membuka suara memecah keheningan untuk bertanya.

“Apa Anda hanya datang sendiri? Bagaimana dengan pasangan Anda?” tanyanya dengan ekspresi bingung. Sangat jarang ada klien yang datang sendirian untuk mendiskusikan perencanaan pernikahan mereka kecuali pasangannya mungkin datang terlambat.

Ernest menatap Rosy sejenak, lalu menjawab dengan nada ragu, “sebenarnya bukan aku yang akan menikah, tetapi sepupuku. Saat ini dia masih di luar negeri bersama pasangannya. Aku datang mewakilinya untuk melihat beberapa hal. Apa itu tidak masalah untukmu nona Woods?”

Sedikit mengerjap, Rosy segera mengangguk dan menjawab dengan nada malu sekaligus bersemangat, “Ya, tentu. Itu bukan masalah. Maaf, karena saya mengira anda yang akan menikah.”

“Tidak, bukan saya.” Ernest menjawab dengan yakin lalu tersenyum maklum akan kesalahpahaman itu. Tepat ketika itu pelayan masuk ke ruangan mereka mengantarkan minuman. Rosy mempersilahkan Ernest untuk minum sementara ia mulai mempersipakan beberapa file untuk ditunjukkan kepada Ernest.

“Kalau begitu, bisakah Anda memberikan ini kepada calon pengantinnya untuk memilih konsep seperti apa yang mereka inginkan, tuan?”

Ernest menerima file itu dan membaca serta melihat-lihat beberapa tema dengan ekspresi serius, “sebenarnya mereka ingin aku yang sepenuhnya mengatur dan memilih konsepnya. Bisakah kau membantuku memberi masukan mana yang sebaiknya kupilih?”

Meskipun tidak sebaik Anna dalam bekerja, Rosy cukup cekatan ketika berdiskusi dengan kliennya. Dengan tanggap Rosy mulai menjelaskan dan merekomendasikan beberapa tema yang menurutnya bagus untuk digunakan saat ini. Tanpa Rosy sadari, pria di depannya kerap kali diam-diam mencuri pandang pada kaki dan pahanya yang sedikit terekspos karena ia hanya mengenakan mini dress ketat berwarna hitam dengan belahan dada yang rendah.

Lekuk tubuh Rosy cukup membuat banyak pria rela berlutut memohon untuk membuat Rosy menemani mereka bersenang-senang. Tak hanya itu, wajah mungil dengan mata biru besarnya yang indah mampu menghipnotis siapapun yang menatapnya. Ia benar-benar definisi salah satu wanita tercantik di Boston.

Dapat dilihat jika Ernest sedikit tertarik pada Rosy yang terlihat cukup cantik dan menawan. Bekerja sebagai fotografer profesional membuat Ernest sering bertemu dengan berbagai wanita cantik dari kalangan artis hingga orang-orang kaya di Boston. Dan itu membuatnya jadi menganggap kecantikan wanita lain biasa saja. Tapi, kesan kecantikan yang diberikan oleh gadis di depannya ini sungguh menarik perhatiannya. Entah mengapa hatinya sedikit berdesir dengan niat ingin memiliki gadis itu.

“Baiklah, hasil diskusi hari ini akan aku katakan pada sepupuku nanti. Untuk sekarang, bagaimana jika kita sudahi diskusinya dan sarapan dulu? Kebetulan aku belum sempat memakan apapun pagi ini.”

Sedikit linglung, Rosy akhirnya mengangguk setuju dan menjawab, “Huh? Ah, ya. Baiklah.”

 Pertemuan mereka hari itu di akhiri dengan sarapan yang merangkap makan siang dengan tenang. Rosy juga akhirnya tahu bahwa Ernest adalah seorang fotografer terkenal yang sering dibicarakan akhir-akhir ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status