Mohon dukungannya dengan vote dan komen ya, agar aku bisa lebih semangat lagi menulis dan tahu bahwa ada yang membaca novel ini. Terimkasih atas semua reader yang bersedia komen dan memberikan dukungan serta mebaca cerita pertamaku di sini. Luv luv <3
Masih pukul enam pagi ketika ponsel Ernest di atas nakas berdering menampilkan nama ‘Lisa’ sebagai pemanggilnya. Dengan setengah mengantuk, Ernest mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang enghubunginya terlebih dahulu. “Halo?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. “Ernest? Kenapa kau tidak pulang? Aku sudah menunggu di apartemenmu sejak pagi!” Suara cempreng Lisa yang sedikit keras membuat Ernest menjauhkan ponselnya dan mengerutkan kening memeriksa nama di layar ponselnya. Dengan jengkel Ernest menjawab, “Kenapa kau begitu heboh? Aku sedang ada pemotretan di luar kota saat ini,” jawabnya berbohong. Tatapan Ernest beralih pada sosok gadis cantik yang masih terlelap di sebelahnya saat ini. Sudut bibirnya seketika terangkat karena senang, perlahan ia mengulurkan tangan merapikan anakan rambut gadis itu yang menutupi wajahnya dengan lembut. “Apa? Pemotretan? Kenapa kau tidak memberitahuku dulu semalam?! Sial, menyebalkan sekali! Aku bahkan sudah berbohong pada Marcu
Sebulan sudah Marcus dan Anna menjalani hubungan terlarang tanpa diketahui oleh Lisa. Lisa yang selalu sibuk dengan karirnya semakin jarang menemui Marcus jika bukan di saat-saat tertentu, seperti pertemuan keluarga dan pembicaraan mengenai pernikahan mereka. Berkat hal itu, Marcus semakin memiliki banyak waktu untuk bersama Anna.Siang itu, sehari menjelang pernikahannya dengan Lisa, Marcus mengunjungi hotel Star Wash untuk bertemu dengan Anna sekaligus memeriksa persiapan dekorasi pernikahannya.Ia sengaja datang sendiri tanpa mengajak Lisa karena menduga gadis itu tetap akan menolaknya seperti biasa. Tentu saja hal ini sangat disyukuri oleh Marcus karena waktu berdua dengan Anna akan semakin bertambah, dan dia sangat menantikannya.‘Aku harap dia belum makan siang,’ batin Marcus ketika turun dari mobil. Ia sedikit merapikan baju dan rambutnya sebelum melangkah memasuki gedung hotel untuk menemui Anna yang sedang bekerja bersama para pegawainya di Sky Hall lantai paling atas yang ad
Saling mencintai belum tentu dapat saling memiliki. Menyedihkan dan tragis, namun terkadang ada beberapa hal yang membuat cinta itu hanya dapat dirasakan dan disimpan tanpa harus dimiliki. Hal inilah yang dirasakan oleh Anna. Duduk di antara para tamu undangan menyaksikan pria yang dicintai menikah dan dimiliki oleh wanita lain secara sah. Hatinya begitu perih, matanya berulang kali terasa memanas hendak menangis menumpahkan perasaan yang harus ia pendam. Tapi dia bisa menahannya. Benar, ia menjadi wanita paling kuat di antara semua wanita yang hadir pada hari itu. Pandangannya tak pernah lepas dari sosok Marcus yang berdiri dan bersanding dengan Lisa. Senyum bahagia pengantin wanita itu juga tak luput dari pandangannya. Dan semua pengunjung berbahagia bersama mereka, semua, kecuali dirinya dan juga orang- orang yang mengetahui lukanya. Rosy terus memperhatikan Anna, ia merasa begitu prihatin pada sahabatnya itu. Meskipun Anna belum memberitahunya mengenai hubungan gadis itu denga
“Jadi, bagaimana jika kau dahulu yang bercerita?” Ujar Rosy pada Anna setelah mereka memesan minuman di salah satu Bar yang ada di kota itu. Anna menggeleng lalu berkata, “Tidak, kau saja yang mulai duluan. Kau akan mengomeliku nantinya jika aku yang berbicara lebih dulu.” Rosy mengerutkan keningnya menatap Anna dengan ekspresi aneh sekaligus curiga, namun pada akhirnya ia hanya menghela nafas dan mengalah. “Kuharap kau tidak akan menyembunyikan apapun dariku nantinya,” balas Rosy lalu melanjutkan, “Pria itu..., Ernest Mars adalah seorang potografer terkenal. Aku yakin kau sudah mengetahuinya, dia adalah salah satu client kita. Dan...yeah, kami sudah tidur bersama akhir-akhir ini. Itu adalah seks terhebat yang pernah kurasakan.” Terdiam. Anna benar-benar kehilangan kata-kata mendengar penjelasan Rosy. Mata gadis itu terlihat berbinar dan senang ketika menceritakan sosok Ernest padanya. “Itu cukup mengejutkan kau mau tidur dengannya mengingat kau cukup pemilih dalam hal teman tidur
“Ada apa denganmu? Bukankah kau setuju untuk lebih banyak meluangkan waktu untukku setelah kita menikah?” Marcus menatap Lisa yang terlihat tengah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat dengan ekspresi marah.Istrinya itu langsung bersiap-siap begitu mereka tiba di rumah sepulang dari bulan madu selama seminggu di Hawaii. Ia tidak dapat memahami bagaimana perubahan drastis pada istrinya itu bisa terjadi dan apa penyebabnya. Tidak dapat Marcus pungkiri bahwa ia benar-benar merindukan sosok Lisa kekasihnya yang lembut dan perhatian seperti di masa lalu.“Maafkan aku Marcus, tetapi pekerjaan ini benar-benar penting untukku. Kau tahu bukan jika film ini akan ditayangkan sebagai film layar lebar, dan jadwal syuting kami juga sangat padat. Aku tidak bisa menundanya lebih lama lagi.”Marcus kehilangan kata-katanya. Ia hanya dapat duduk terdiam di pinggir kasur menatap punggung Lisa yang tengah berpakaian dan berdandan untuk pergi.Hatinya terasa begitu hampa saat ini, dan sosok Anna yang p
Anna melepas tangan Marcus dari pipinya dan mengulurkan tangan mengusap pipi pria itu.“Apa kau sudah sarapan?” tanyanya dengan penuh perhatian.“Belum, apa kau sudah sarapan?”“Aku baru akan membuatnya, tunggulah sebentar,” jawab Anna sembari mengikat rambutnya dengan asal dan beranjak kembali ke dapur sementara Marcus mengikutinya lalu duduk di bangku dekat meja bar.“Sepertinya, ini pertama kalinya ada wanita yang memasak untukku selain ibu dan juga pengasuhku,” ujar Marcus dengan jujur sembari memperhatikan Anna dengan intens.Anna melanjutkan kegiatan sebelumnya memilih bahan-bahan makanan lalu mencuci beberapa sayuran dan ikan salmon sembari merespon ucapan Marcus.“Kenapa begitu? Apa istrimu tidak pernah memasak untukmu?” tanyanya penasaran.Tangannya dengan ahli memotongi sayuran dan membuat saus untuk saladnya. Sementara ia mulai memanggang dua potong ikan salmon yang sudah dilumuri olive oil, garam, dan merica di atas teflon yang sudah dipanasi.“Lisa benci memasak. Katanya
Selesai mandi, Anna memakai kaos putih jumbo dan celana hotpants berwarna abu-abu ketika keluar dari kamar mandi dan mencari keberadaan Marcus di kamarnya. Ia menemukan pria tampan itu tengah berbaring dengan mata terpejam di kasur. Perlahan ia mendekati Marcus dan duduk di pinggir kasur untuk memperhatikan wajah kekasihnya itu. “Apa kau tidur?” tanyanya pelan sembari mengulurkan tangan memberikan elusan lembut di pipi pria itu. Dahi Marcus mengernyit ketika merasakan tangan dingin Anna menyentuh pipinya. Matanya terbuka perlahan menatap gadis itu dan memegang tangannya. Terkejut akan mata Marcus yang tiba-tiba terbuka, Anna refleks hendak menarik tangannya, namun tidak jadi begitu melihat tatapan lembut pria itu. “Kau tidak tidur?” tanyanya terkejut. “Hmm..aku baru mencoba untuk tidur,” jawab Marcus sembari menarik tangan Anna dan mengecupinya dengan lembut. “Kemarilah, temani aku berbaring,” pintanya dengan nada lembut. “Tapi aku tidak mengantuk,” balas Anna namun berbanding
Pagi yang sama di tempat lain, terlihat Rosy dengan apron pink bermotif kelinci dan spatula di tangan kanannya ketika membuka pintu setelah bel apartemennya berdering. Matanya mengerjap terkejut beberapa kali menatap sosok pria bermata biru itu dengan tak percaya. “Kenapa kau di sini?” tanyanya dengan bingung. Ernest—pria itu—hanya tersenyum tanpa dosa menatap Rosy. Matanya menelusuri kostum pagi gadis itu dengan ekspresi gelinya, ia tidak menduga akan melihat penampilan lucu gadis itu pagi ini. “Kau sedang memasak?” tanyanya balik mengabaikan pertanyaan Rosy sebelumnya. “Ah, iya,” tersadar akan penampilannya, pipi Rosy sedikit bersemu merah lantaran malu kepergok tengah memakai kostum kebanggaannya ketika memasak oleh Ernest. “Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau di sini?” Tanya Rosy kembali mencoba mengalihkan pembicaraan Ernest. Ia menatap pria itu dengan ekspresi anehnya. Ernest sedikit mendorong tubuh Rosy agar memberikannya ruang untuk masuk melewati pintu ketika men