Share

02. Keputusan Akhir

Hari ini Rhea menghadiri acara arisan yang diadakan rutin setiap bulan bersama para sepupunya Danial. Seperti biasa, acaranya diadakan di ballroom hotel milik salah satu sepupunya Danial. Keluarga besar Danial memang berasal dari kalangan melas atas, Rhea bahkan sangat kesulitan saat belajar menyesuaikan diri dengan mereka. Maklum saja, Rhea terlahir dari keluarga sederhana yang bahkan tidak pernah mengenalkannya dengan keharmonisan keluarga.

"Kau datang sendiri, Rhea?" Kedatangan Rhea disambut dengan senyuman manis milik Miranda, kakak sepupu Danial.

Seulas senyum tipis Rhea terbitkan sebagai balasan, "Ah, iya, Danial sedang ada urusan dan tidak bisa datang." jawab Rhea tak enak hati. Melihat mereka semua datang membawa pasangannya. Rhea jadi merasa terasingkan.

"Kami tahu, kok." sahut Gabriella, adiknya Miranda. "Katanya kau dan Danial akan bercerai, apa benar?" sambung gadis itu membuat Rhea menahan napas. Perkataan Gabriella berhasil mengundang perhatian yang lain, perlahan beberapa orang mengerubungi mereka, menunggu jawaban dari Rhea yang akan menuntaskan rasa penasaran.

"Apa itu benar, Rhea?" Gabriella kembali bertanya, menuntut Rhea untuk tidak mengacuhkannya. Melihat Rhea yang gelisah dan tak nyaman, Miranda menyikut Gabriella, memberi isyarat agar cewek itu diam.

"Aku dan Danial masih membicarakannya." jawab Rhea hampir berbisik. Wajah palsunya yang ia pasang cerah perlahan menyusut mendung. Gabriella berhasil membuat suasana hati Rhea semakin memburuk.

"Tapi, Tante Gracia mengatakan kepada kami kalau dia sudah memiliki calon istri baru untuk Danial." celetuk Fanny, lantas wanita itu mendapatkan teguran langsung dari suaminya.

"Tante Gracia bilang hal itu masih rahasia. Kenapa kau memberitahunya?!" timpal Felix kesal dan merasa tak enak ke Rhea yang tampaknya belum mengetahui hal tersebut. Fanny hanya mengangkat bahu tanpa perasaan bersalah.

Sementara Rhea, wanita itu membeku di tempatnya. Ada rasa sesak, perih dan kesedihan yang bercampur menjadi satu mendominasi perasaannya saat ini. Rhea tidak tau apa yang harus ia lakukan usai mendengar ucapan Fanny. Ia hanya berharap seseorang datang memberikannya pelukan dan membawanya pergi dari tempat dingin ini.

Oh, tunggu! Apa Tuhan baru saja mendengar doanya? Siapa pemilik tangan hangat yang baru saja menggenggam telapak tangannya?

"Danial baru saja menghubungiku, dia memintaku untuk membawa istrinya pulang." suara berat itu terdengar familiar.

Perlahan Rhea mendongakan wajahnya, mendapati Cleo yang sedang mengacungkan ponselnya ke hadapan para sepupu Danial.

Kenapa pria jangkung itu bisa berada di sini? batin Rhea kebingungan.

"Tapi kau datang bersamaku, Leo! Jika kau pergi, siapa yang mengantarku pulang?" Sebagai pasangan Cleo di acara hari ini, Gabriella protes.

"Telepon supirmu." ketus Cleo kemudian menarik Rhea untuk pergi dari sana.

Di dalam mobilnya, Cleo mencuri-curi pandang ke arah Rhea yang sama sekali belum buka suara. Wanita dengan dress floral yang membungkus tubuh rampingnya itu terus menunduk, seakan tidak ingin Cleo melihat wajah suramnya.

"Angkat kepalamu. Tuhan meciptakan wajah indahmu itu untuk memanjakan mata laki-laki, jadi biarkan aku melihatnya." ujar Cleo merayu.

Rhea terkekeh pelan, lantas melirik Cleo dengan sinis, "Danial akan marah jika mendengarmu merayuku!"

"Biarkan saja. Aku suka membuatnya marah." sungut Cleo tak kenal takut, membuat Danial marah adalah hobi yang merambat menjadi keahliannya.

Rhea terdiam lagi. Suasana kembali sunyi.

"Rhea," panggil Cleo terdengar ragu.

Rhea membuang napas frustasi, "Tolong jangan bertanya apapun." Rhea sedang tidak ingin membahas keretakan rumah tangganya yang sedang menjadi tanya besar di kepala orang-orang.

"Tidak, tidak! Aku hanya ingin mengatakan kalau kau tidak perlu merasa bersalah atas semua yang sudah terjadi. Maaf... tapi aku tau perlakuan seperti apa yang kau terima dari keluarganya Danial." Bibir Rhea terkantup, perkataan Cleo berhasil menyejukan hatinya. Ditengah beratnya masalah yang sedang ia lalui, ternyata masih banyak yang memahami kondisinya dari pada menempatkannya di posisi bersalah seperti yang keluarganya Danial lakukan.

"Kau tau jalan mana yang seharusnya kau pilih, Rhea. Sangat disayangkan jika kau menyia-yiakan sisa hidupmu untuk mendengarkan caci maki mereka. Pilihlah jalan yang membawamu keluar dari penjara itu."

* * *

"Belum tidur?

Waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam, Danial yang baru saja pulang lantas bertanya karena melihat Rhea masih terjaga di ruang tengah.

"Aku setuju untuk bercerai, Mas."

Rhea sudah mengambil keputusan. Menemukan ujung pada kegundahannya. Gara-gara ucapan Cleo di mobil siang tadi, Rhea jadi membuka logika. Ia memang mencintai Danial, tapi keputusannya untuk bertahan juga bukan pilihan yang benar mengingat Danial sendiri tidak berpihak kepadanya. Selama ini sudah cukup untuk Rhea berjuang, bertahan di tengah gempuran tekanan dari orang tua serta sanak saudara dari suaminya.

Kali ini, Rhea harus lebih mencintai dirinya sendiri.

"Baiklah. Aku akan mengurus surat untuk pengajuaan perceraian kita besok pagi." jawab Danial dengan tenang, ekspresi wajah pria itu bahkan tidak menunjukan kesan apapun.

"Aku akan tidur di kamar lantai bawah malam ini." ujar Rhea. Pandanganya fokus mengarah ke televisi yang menyala di hadapannya, mengacuhkan wajah tampan Danial yang tersaji di sampingnya.

"Tidak masalah. Suka-sukamu saja." Danial berbalik badan, ia hendak berjalan menuju kamar kalau saja tidak melanjutkan ucapannya. "Setelah bercerai nanti, kau boleh tetap tinggal di rumah ini. Biar aku yang pergi." sambungnya tanpa menoleh ke belakang.

Rhea memejamkan kedua matanya, ia mengambil napas dalam guna menormalkan deru napasnya yang mulai berantakan.

"Danial." panggil Rhea dengan suara bergetar.

"Ya?" Danial sahuti dari ambang anak tangga.

"Sepupumu bilang, Mama sudah punya calon istri untukmu. Apa itu benar?"

Danial tidak langsung menjawab. Butuh satu menit untuk Danial buka suara dan menjawabnya. Padahal, dia hanya butuh mengatakan 'ya' atau 'tidak', tapi terlihat begitu sulit.

"Ya. Dia Liya. Aku pernah mengenalkannya kepadamu, Liya teman kecilku."

Rhea mengangguk. Baiklah, Rhea mengerti betapa tidak berharga kehadiran dirinya di mata keluarga pria itu selama ini. Rhea berharap wanita bernama Liya itu tidak bernasib seperti dirinya yang kedatangannya disambut dengan hangat oleh keluarga Danial, namun dibuang begitu saja saat tidak ada gunanya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status